12 : Sengaja Dises.atkan

“Kalau sudah begini, aku tahu ini nggak beres,” lirih Rain sambil mengawasi sekitar.

“Ya Allah, aku hanya ingin hidup tenang. Jika memang ada yang tidak menyukai hamba dan mereka melakukan cara yang menyimpang, tolong mudahkan hamba dalam menghindarinya,” batin Rain.

Ketika akhirnya Rain membuka matanya, ada seorang kakek-kakek yang lewat dan mengamatinya penuh senyuman. Kakek-kakek tersebut sudah tongkok dan memakai tongkat kayu, selain berpakaian serba hitam. Atasannya merupakan lengan sesiku, sementara bawahan merupakan celana yang panjangnya persis di bawah lutut. Celana maupun baju tersebut sama-sama kedodoran. Yang membuat penampilan kakek tersebut berbeda dari kebanyakan, ialah ikat kepala yang menutupi sebagian kepala botaknya.

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, penampilannya mencurigakan, tapi telanjur kontak mata,” batin Rain seiring ia yang menunduk. Ia bahkan jadi menahan napas.

Rain menyesali keputusannya yang asal menatap keadaan di sana. Termasuk membiarkan kedua matanya berkontak mata dengan si kakek. Si kakek yang bagi Rain berpenampilan jadul, khas dukun.

“Kalau capek, istirahat Mas. Silakan mampir ke gubug saya. Sekalian shalat magrib,” ucap si pria.

“Orang ini menawariku shalat? Bentar deh jangan langsung percaya. Yang namanya jin dan silum.an kan selalu punya banyak cara buat menyesa.tkan targetnya. Termasuk menjadikan agama sebagai kedok,” batin Rain lagi masih membatasi komunikasi dengan kakek tersebut.

Tanpa menggubris kakek-kakek tadi, Rain memutuskan pergi. Di mata Rain, jalan yang ia ambil merupakan jalan aspal menuju kota. Namun ia justru memilih jalan menuju pesawahan.

Paling mencolok, kakek-kakek tadi tak hanya langsung menghilang setelah berkomunikasi dengan Rain. Karena warga sekitar dan sudah menjadikan Rain perhatian, justru tak melihat pria tua tersebut.

“Eh malah ke sana.”

“Enggak bener ini, enggak bener. Pasti ada yang enggak beres!”

“Kasu.s binat.ang bu.as yang mener.kam anaknya si Lamun saja, belum terpecahkan. Meski beberapa warga ada yang melihat seorang ibu-ibu seperti gendong pocong, terus pas balik dari sana jadi gendong wanita mirip kuntilanak.”

“Iya bener. Wanita itu memang bolak-balik ke arah tempatnya ki Asnawi! Namun enggak semuanya melihat dia bawa pocong maupun kuntilanak seperti yang diceritakan sebagian warga khususnya anak kecil!”

“Masalahnya, biasanya anak kecil malah lebih peka pada hal yang begitu. Mereka masih bisa lihat,” ucap ibu-ibu yang mengemban bocah berusia dua tahun.

Setelah obrolan barusan, sebagian warga memutuskan ke masjid terdekat untuk menunaikan shalat magrib berjamaah. Sementara anak-anak yang ikut serta memang akan menjalani ngaji rutin. Namun para laki-laki yang ke masjid berdalih akan menyusul Rain, selepas mereka selesai shalat maghrib berjamaah.

Di mata Rain, galengan atau itu pembatas sawah yang ia lewati dengan mudah merupakan jalan aspal menuju jalan raya. Padahal, Rain tengah menuju jalan keberadaan gubuk pak Asnawi berada. Hanya saja, perjalanan Rain sangat dimudahkan. Malahan, kakek-kakek tadi membonceng Rain, dan Rain tak menyadarinya.

“Ini sudah magrib, berarti aku sudah menjalani perjalanan sangat lama. Padahal harusnya aku sudah sampai rumah dan bertemu Hasna,” pikir Rain.

Di gubuk pak Asnawi, penampilan ibu Unarti sudah sangat berbeda. Ibu Unarti juga memakai pakaian serba hitam. Rambutnya tak lagi ditutup hijab, melainkan dibiarkan disanggul rapi. Kini, ia sudah kembali mengurus Echa. Pernikahannya dan pak Asnawi yang membuat mereka menarik Echa pulang ke gubuk pak Asnawi dengan sangat mudah. Hingga karena kenyataan tersebut juga, lagi-lagi ibu Unarti makin percaya kepada pak Asnawi.

Echa yang tak sadarkan diri kembali dibaringkan di meja persembahan. Tubuh Echa ditutupi kain kafan bekas, dan tengah ibu Unarti mandikan menggunakan air kembang tujuh rupa. Sementara di sebelahnya, meja sesajen kembali penuh. Asap pekat dari pembakaran dupa dan kemeyan menjadi aroma mencolok mengalahkan harumnya kembang tujuh rupa.

“Cha, ... akhirnya kamu akan menikah dengan Rain Cha! Setelah ini, kamu bisa membu.nuh Rain maupun Hasna dengan leluasa. Karena menurut hasil terawangan bapak Asnawi, bayi yang Hasna kandung itu indigo.”

“Jadi, sampai kapan pun, kita tidak bisa menjalani misi balas dendam kita, jika kamu belum dinikahkan dengan Rain!” Ibu Unarti tersenyum bahagia memandangi wajah putrinya yang memang jadi jauh lebih bersih setelah ia mandikan.

Akan tetapi, apa yang terjadi pada Rain maupun apa yang sedang ibu Unarti lakukan, lagi-lagi menghiasi benak Hasna. Semuanya terlihat sangat jelas tak lama setelah Hasna selesai shalat maghrib.

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un,” ucap Hasna, hingga kedua wanita yang awalnya masih khusyuk berdoa di sebelahnya, langsung terusik.

Ibu Rere dan Binar, langsung menjadikan Hasna sebagai fokus perhatian. Sesekali, keduanya juga akan saling tatap.

“Ma, papanya anakku dalam bahaya. Dia disesatkan, dan akan dinika.ahkan dengan Echa yang sudah menjadi kuntilanak!” ucap Hasna dengan logat bicara sangat berbeda dari biasanya.

Ibu Rere dan Binar sampai merasa ada yang tidak beres. Kenapa Hasna yang sudah mereka sangat kenal, jadi bersuara laki-laki tua.

“Merin.ding Ma!” bisik Binar menunjukkan kedua tangannya kepada mama mertuanya yang memang merinding.

Ibu Rere yang sebenarnya tak kalah takut sekaligus bingung, berangsur mengangguk-angguk. “Terus, kita harus bagaimana? Benar, itu Echa yang sebelumnya sempat berurusan dengan kita?” ucapnya hati-hati.

Hasna yang jadi sangat serius layaknya diarahkan oleh makhluk lain, mengangguk. “Iya, Ma. Ayo kita susul papanya anakku, Ma!”

Ibu Rere berangsur mengangguk-angguk. “Ayo, ... ayo kita susul!” sanggupnya.

“Tapi Mama enggak takut ke aku. Niatku pinjam tubuh Hasna, baik.” Kali ini Hasna mengakhiri ucapannya dengan jauh lebih manis. Ia sampai tersenyum manis kepada ibu Rere.

Akan tetapi, ulah Hasna justru membuat ibu Rere nyaris linglung. Ibu Rere nyaris pingsan karena harus berurusan dengan hal gaib nan mistis layaknya sekarang.

“Kuat, Re. Kuat! Kuaaat! Demi anakmu. Demi kelangsungan keluarga kecil anakmu!” yakin Rere dalam hatinya. Ibu Rere membulatkan tekadnya, yang mana kemudian ia juga mengajak Binar sang menantu untuk membantunya.

Di desa terpencil yang sempat membahas Rain. Desa yang juga menjadi lokasi Echa mem.akan seorang bayi, pencarian sedang dilakukan besar-besaran. Mereka yang kebanyakan bapak-bapak dan pemuda desa, membawa kentongan maupun perabotan. Perabotan tersebut mereka tabuh, hingga menghasilkan suara riuh. Namun karena suara riuh tersebut pula, mereka akan memanggil sekaligus menyelamatkan Rain.

Rain sendiri sudah sampai di depan gubuk pak Asnawi. Yang di mata Rain, itu merupakan rumah orang tuanya. Rumah yang memang menjadi alasannya buru-buru meninggalkan lokasi syuting. Sebab Hasna yang ada di dalamnya, sedang sakit parah.

Diam-diam, kakek tua tadi dan merupakan pak Asnawi, makin tersenyum girang. Pak Asnawi turun dari motor Rain dengan sangat hati-hati.

Terpopuler

Comments

ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻

ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻

niat jahat yang kayak gitu mah pasti gak bakalan berjalan lancar
astaga cepet lah Hasna datang dan selamatin misuamu

2024-04-22

0

🥰Siti Hindun

🥰Siti Hindun

semoga Rain bisa selamat dari jebakan tersebut😣😣

2024-02-19

0

Firli Putrawan

Firli Putrawan

y allah jgn sampe kejadian dia d kawinin sm echa

2024-02-15

0

lihat semua
Episodes
1 1. Dendam yang Tak Berkesudahan
2 2 : Firasat yang Sudah Hasna Rasakan
3 3 : Ritual Pembangkitan
4 4 : Kekuatan Yang Menghalangi Ritual
5 5 : Titisan Kuntilanak
6 6 : Semuanya Sudah Dimulai
7 7 : Echa yang Sudah Langsung Mengincar Hasna
8 8 : Teror yang Benar-Benar Dimulai!
9 9 : Pelindung Hasna
10 10 : Kamu Harus Mati!
11 11 : Tersesat
12 12 : Sengaja Dises.atkan
13 13 : Jebakan Gaib
14 14 : Pertolongan Dari Para Leluhur
15 15 : Gara-Gara Keris
16 16 : Rukiyah
17 17 : Tali Pengikat Jodoh Gaib
18 18 : Kuntilanak Bunting
19 19 : Echa yang Berusaha Membun.uh Hasna
20 20 : Kesempatan Membalaskan Dendam
21 21 : Warga yang Jadi Resah
22 22 : Ibu Unarti yang Mulai Berulah
23 23 : Korban yang Mulai Berjatuhan
24 24 : Akibat Menjalani Perjanjian Gaib
25 25 : Bayaran yang Harus Diberikan
26 26 : Kedatangan Echa
27 27 : Ingin Balas Dendam
28 28 : Beraksi
29 29 : Kedatangan Hasna Dan Bertemu Ibu Unarti
30 30 : Kemarahan Ibu Unarti Kepada Rain
31 31 : Kemunculan Echa Dan Ulah Baru Pak Asnawi
32 32 : Mencabut Keris Dari Ubun-Ubun Ibu Unarti
33 33 : Kematian Ibu Unarti
34 34 : Jenazah yang Ditolak Bumi
35 35 : Bocah Berwajah Pak Asnawi
36 36 : Jebakan Balik
37 37 : Menuju Final Dendam
38 38 : Melawan Sang Dukun
39 39 : Berharap Keajaiban
40 40 : Ternyata Hamparan Pemakaman
41 41 : Nama Untuk Anak Echa
42 Akhir Kisah
43 Novel : Menikahi Wanita Taruhan
44 Novel Rain Dan Hasna (Sudah Tamat)
45 Promo Novel : Anak Kuntilanak Dan Teror Di Hutan Tua
46 Novel Anak-Anak : Tumbal Pengantin Kebaya Merah
Episodes

Updated 46 Episodes

1
1. Dendam yang Tak Berkesudahan
2
2 : Firasat yang Sudah Hasna Rasakan
3
3 : Ritual Pembangkitan
4
4 : Kekuatan Yang Menghalangi Ritual
5
5 : Titisan Kuntilanak
6
6 : Semuanya Sudah Dimulai
7
7 : Echa yang Sudah Langsung Mengincar Hasna
8
8 : Teror yang Benar-Benar Dimulai!
9
9 : Pelindung Hasna
10
10 : Kamu Harus Mati!
11
11 : Tersesat
12
12 : Sengaja Dises.atkan
13
13 : Jebakan Gaib
14
14 : Pertolongan Dari Para Leluhur
15
15 : Gara-Gara Keris
16
16 : Rukiyah
17
17 : Tali Pengikat Jodoh Gaib
18
18 : Kuntilanak Bunting
19
19 : Echa yang Berusaha Membun.uh Hasna
20
20 : Kesempatan Membalaskan Dendam
21
21 : Warga yang Jadi Resah
22
22 : Ibu Unarti yang Mulai Berulah
23
23 : Korban yang Mulai Berjatuhan
24
24 : Akibat Menjalani Perjanjian Gaib
25
25 : Bayaran yang Harus Diberikan
26
26 : Kedatangan Echa
27
27 : Ingin Balas Dendam
28
28 : Beraksi
29
29 : Kedatangan Hasna Dan Bertemu Ibu Unarti
30
30 : Kemarahan Ibu Unarti Kepada Rain
31
31 : Kemunculan Echa Dan Ulah Baru Pak Asnawi
32
32 : Mencabut Keris Dari Ubun-Ubun Ibu Unarti
33
33 : Kematian Ibu Unarti
34
34 : Jenazah yang Ditolak Bumi
35
35 : Bocah Berwajah Pak Asnawi
36
36 : Jebakan Balik
37
37 : Menuju Final Dendam
38
38 : Melawan Sang Dukun
39
39 : Berharap Keajaiban
40
40 : Ternyata Hamparan Pemakaman
41
41 : Nama Untuk Anak Echa
42
Akhir Kisah
43
Novel : Menikahi Wanita Taruhan
44
Novel Rain Dan Hasna (Sudah Tamat)
45
Promo Novel : Anak Kuntilanak Dan Teror Di Hutan Tua
46
Novel Anak-Anak : Tumbal Pengantin Kebaya Merah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!