"Apah! Cerai?" Kejut Nata sambil masih memegang secarik kertas resmi di kedua tangannya.
Dalam surat itu tertulis pernikahan yang tak di dasari oleh cinta ini akan bertahan maksimal 6 bulan terhitung tanggal sekarang.
Setelah itu keduanya diharapkan tidak mengurusi urusan pribadi masing-masing lagi.
"Ya.. cerai, kita akan cerai diam-diam?"
Zevan menatap lekat wajah cantik gadis remaja yang baru saja di nikahinya tadi.
Pria itu sepertinya sangat menyesal. Tentu saja bukan pernikahan seperti ini yang dia harapkan.
Apa karena catatan kecil dari sang mantan yang membuatnya galau?
"O."
Gadis cantik bermanik mata biru itu hanya bisa ber"o" ria.
Dia nggak kaget jika pria ini memang tak berniat untuk benar-benar menikahinya, tapi ada sedikit nyeri di sudut hatinya.
Pria itu masih mencoba ingin meyakinkan Nata lagi tentang perasaannya.
"Hey, saya nggak cinta kamu begitu juga sebaliknya, jadi jangan buang-buang waktumu untuk tua Bangka seperti saya!"
Gadis cantik itu pun tersenyum miring, sambil berlalu sekilas menatap wajah sang dosen yang terduduk di atas tempat tidurnya.
Nata menjauhinya, berjalan ke arah meja rias dan mengambil satu persatu hiasan rambut yang terpasang di kepalanya tadi.
"Apa bapak yakin akan menceraikan saya?" Nata berkata sambil membelakangi Zevan.
Ia lalu mengurai rambut panjangnya dan menyisirnya perlahan.
Zevan bereaksi dengan mengerutkan keningnya. "Kenapa saya harus ragu?"
Pria itu terkekeh seolah-olah mengejek gadis itu sambil menggeleng.
"Kenapa aku harus galau dan bimbang, bocil ini lama lama bikin aku geregetan, aku bukan pedofil, yang suka daun muda seperti kamu!" Sanggahnya dalam hati.
Putus nyambung itu suatu hal yang biasa dalam hidup Zev. Apa lagi hubungan atas dasar 'one night stand.'
Ada puluhan mungkin bahkan ratusan, hubungan singkat yang pria itu sudah jalani selama ini, so untuk cerai dari Nata itu bukanlah masalah besar, sampai-sampai bisa membuat Zevan gamang? Hah yang benar saja?
"Saya sayang sama mama dan papa bapak seperti orang tua saya sendiri, begitu pula sebaliknya, saya nggak mau mereka sampai masuk rumah sakit lagi, kalau bapak ceraiin saya."
"Kalau orang tua saya itu urusan saya. Mereka pasti mau mengerti."
Seenaknya Zev memberikan solusi. Seperti sedang mengobrol dengan bocah yang mudah di kelabuhi. Ah diberi permen saja, beres dah!
"Saya tetap nggak mau cerai pak, begini saja, bapak bebas memiliki hubungan dengan wanita mana pun di luar pernikahan ini, tapi bapak juga jangan melarang saya untuk berhubungan juga dengan lelaki lain? Apa bapak mengerti?"
Tantang si cantik sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Zev lalu mencolekkan ujung hidung mancungnya ke hidung pria itu.
Sontak tubuh Zev berdesir menghangat. "Belajar nakal dari mana nih si bocil?" Selorohnya dalam hati.
Gadis belia itu dengan mudahnya menjelaskan bahwa dirinya mengijinkan Zev untuk selingkuh tapi jangan main larang-larang kalau sampai suatu hari nanti Zev melihat Nata dekat dengan laki-laki lain.
Pria itu memberangus, wajahnya merah, mirip red bull. Dikiranya Nata hanya bisa diam dan menurut. Jangan lupa Nata ini juga punya modal untuk memiliki banyak fans seperti yang sering Zevan lakukan.
"Do i make my self clear sir?"
Zev pun membisu tak bisa berkata-kata. Tenggorokannya tercekat.
Zev tak menyangka jika gadis ini bisa membalik perkataannya dengan mudah.
"Jadi gadis ini menantangku? Bukannya takdir seorang istri itu, harus berbakti pada suami? Lantas ini apa, kenapa si bocil ini malah bertingkah?" Tanya Zev dalam hati sampai keningnya mengerut.
Nata pun mengemas satu persatu pakaiannya yang tadi sudah di bawa masuk ke dalam kamar Zevan untuk pencitraan keluarganya.
Zevan bereaksi dan berdiri mendekati Nata yang tampak sibuk. "Mau kemana kamu?" Tanya pria itu dengan mencekal lengan gadis itu.
"Kenapa? Tuh kan.. belum juga cerai, bapak sudah nggak mau jauh dari saya gini?"
Bagai keruntuhan durian montong belum tuntas perjanjian keduanya tadi, tapi pria ini malah tak mau jika Nata meninggalkannya secepat ini.
Nata pun menunduk ada bulir mengumpul di sudut matanya yang sedikit lagi tumpah. "Ya Allah apa memang engkau sudah mengambil kedua orang tua kandungku? Aku bersyukur sampai detik ini masih mendapatkan kasih sayang dari orang tua angkatku juga mertuaku.
Tapi apakah suamiku ini sedari awal berniat untuk menambah luka hatiku jadi makin menganga?"
"Kalau jawabannya iya.. maukah kau membukakan sedikit pintu hatinya untuk jatuh cinta padaku? Karena aku ragu jika anugrah kesempurnaan fisik yang aku punya masih tak dapat memikatnya?"
Gadis itu berdoa setelah keluar dari kamar Zev tanpa memperhatikan reaksi wajah sang suami yang masih tampak teringat sang mantan.
"Loh menantu mamah kok sudah keluar kamar? Bukan lagi, kan sudah nggak usah curi-curi kesempatan sampai dapat bogem mentah?" Tanya Reta yang masih sibuk membereskan ini dan itu.
Pesta yang sangat sederhana itu tak ubahnya seperti bongkar pasang saja. Asal meresmikan hubungan Zev dan Nata saja demi keselamatan nyawa Nata yang terancam.
Reta melihat lekat wajah sang menantu yang murung. "Kemarilah." Reta mengajak Nata duduk bersamanya di sofa lantai 2 itu.
"Mah, ini."
Reta sedikit terkejut. Lebih tepatnya gemas membaca surat perjanjian perceraian itu.
"Terus kamu mau terima gitu aja sayang?"
Nata menggeleng. "Nata harus lawan pak Zev ya Mah?"
"Nah gitu dong, jangan panggil pak lagi panggil dia Mas."
Gadis itu melotot, lalu tatapannya berubah teduh. Setengah hari yang lalu memang Zev masih dosen nya tapi sekarang statusnya sudah suami.
"Nata takut bapak menertawakan Nata mah." Ucapnya sambil cemberut.
"Biarkan saja, suami istri itu tempatnya bertukar malu, bertukar rahasia, keburukan, kejelekan kita, dan merubahnya menjadi kelebihan hingga menumbuhkan cinta."
Gadis itu kemudian menegakkan bahunya sedikit termotivasi dan mengangguk.
"Cepat mandi dan tunjukkan siapa menantu mamah yang sebenarnya. Awas jangan telat nanti habis Maghrib ada pengajian syukuran kawinan kalian, ada ustadz Hamzah lo."
Ustadz Hamzah? Kayak kenal.. gadis itu melanjutkan lagi langkahnya menuju ke kamar bapaknya si 'anu'.
Gadis itu berlalu sambil melompat kegirangan. Walau sedari awal tak ada rasa suka terhadap sang suami namun gadis itu begitu dewasa hingga menerima semua ini sebagai takdirnya.
"Hey mau kemana kamu?" Tanya Zev dengan kening mengkerut.
"Mau mandi, emang mas mau ikut?"
Lah! Mas katanya? Secuil rasa hangat nyetrum ke tubuh si borokokok.
Nata tak perduli lagi nyatanya Zev tampak suntuk dengan memainkan hpnya saja sedari tadi. "Nomornya masih sama kan?" Gumamnya.
Dicarinya nama sang mantan yang masih tetap sama tapi histori chat yang sudah di hapus sejak lama. Lalu mengetik kata-kata standar. "Apa kabar?" Lalu di hapusnya. "Aku kangen." Lalu di hapusnya lagi. "Apa David baik padamu?" Tak jadi juga.
To be continued..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Ippiieeee
./Scream//Scream//Scream//Scream//Scream/
2024-02-20
0
◌⑅⃝(꜆˘͈Chy˘͈꜀)⑅⃝◌
djiancok emg astaga bawaan pingin kali nonjok si anu biar gk bisa mrengesᥬ🤭᭄
2024-02-20
2