"Apa maksudnya teh Marni tadi Bu?"
Hanif menggaruk puncak kepalanya dan mengusap-usap wajahnya. Atikah pun kebingungan dengan sikap Marni yang tak ketulungan latahnya.
"Udah gitu abis latah, bersiul lagi."
Atikah spontan tertawa terbahak-bahak sampai perutnya sakit dan keluar air mata. "Bu jangan kelewat senang, tar nangis lu!" Celetuk Hanif sambil masuk lagi ke ruang setrika. "Yeee syirik aja lu pak!"
Sementara Atikah membereskan bawaan piring juga tempat box makan merek tuppermeler milik Reta hingga ada 5 buah di sana.
"Ini begimane si Eneng mah, box tempat makanan dari besan nggak di bawa balik sampe numpuk."
Atikah tertawa sendiri membayangkan jika Reta menjadi besannya sambil menggeleng.
"Mimpi aja lu ketinggian buk! Mereka itu levelnya mentog diatas langit!" Semalam itu Hanif masih melanjutkan menyetrika pakaian kering milik pelanggan.
Sebenarnya setrika pun pake setrika uap jadi Hanif tinggal menggantung pakaian-pakaian itu lalu tak berapa lama akan licin sendiri terkena uap dari setrika itu.
"Salah! Diatas langit masih ada satelit!"
Hanif sampai tak tahan dengan sikap sang istri yang terlalu Ge-er menurutnya. Lebih baik menemani putrinya hingga lulus sarjana agar bisa mendapat pekerjaan yang layak.
Tidak mengikuti jejaknya sebagai buruh kasar karena kendala pendidikan.
"Mending kita tutup aja pak, udah jam 8 lebih, tar ada pelanggan lagi kalo bukanya kelamaan." Ceroccos Atikah diangguki kepala oleh Hanif. "Iya .. iya!"
Ruko pun di tutup. Pintu rolling door sudah diturunkan ke bawah dan keduanya berboncengan motor menuju ke rumah mereka yang terletak di kampung kecil tepat dari belakang komplek ruko itu.
Tiba-tiba ada yang aneh, Atikah merasa ada mobil putih besar mengikuti arah laju motor Hanif itu hingga sampai di gang kecil. Yah rumah Hanif dan Atikah terletak di gang sempit karenanya mobil tak bisa masuk ke dalam.
Hingga Atikah yakin jika mobil tadi memang mengikutinya. Atikah diam saja tak mengatakan kecurigaannya tadi pada Hanif. Sesampainya di rumah kedua orang tua Nata itu pun di sambut oleh sang putri yang terlihat menjemur pakaian tepat di tiang jemuran sebelah rumah mereka.
"Assalamu'alaikum yah, buk."
Nata sungkem sambil membawa bak kosong di pinggangnya.
"Waalaikumsalam, udah makan neng? Masak lu?"
"Nggak usah masak neng kalo capek. Biar ayah belikan soto di depan gang."
Keduanya masih memperhatikan gelagat anak perawannya yang masih murung.
"Aku kenyang Bu, ayah Ama ibu lapar, biar aku belikan sotonya ke depan"
Mata Atikah berkaca-kaca lalu di peluknya sang putri erat. "Neng, lu kenapa? Cerita ma ibu kalo ada yang nge ganjel."
"Ada Bu yang nge ganjel nyesek penuh, dari tadi malam, sampe rasanya sobek." Gumam Nata seraya meringis merasakan pedih di intinya.
"Ya udah ayah mandi dulu, kita berdua udah makan, yang bawain makanan banyakan hari ini, Alhamdulillah neng."
Hanif tampak lega melihat anak gadisnya mau ngomong lagi. NFC semakin hari semakin bertambah sampai-sampai jatah makanan Hanif dan Atikah meluber. Keduanya hampir gak pernah keluar uang untuk membeli makanan jika sudah di rumah.
Allah memang adil. Keluarga pas-pasan ini selalu bersyukur dengan pekerjaan apa adanya. Uang sedikit yang mereka miliki sudah bisa membuat bahagia.
Yang penting halal. Walau dapat sedikit ketiganya tampak bahagia tanpa mengeluh.
Chat dari teman kuliah pun sampai membuat gadis itu murung lagi.
"Sar." Tulis gadis itu.
"Nataa, kok ga kelihatan?" Balas Sarah teman dekatnya di kelas Zevan.
"Iya aku tadi ijin ga masuk, ada tugas nggak?" Ketik Nata serius sampai kening mulusnya berkerut.
Duduklah gadis itu diatas ranjang busanya.
"Tadi di tunda gitu kuliahnya gara-gara Ratu Sejagat." Balas Sarah lagi.
"Oh ya? Jadi diganti kapan kuliahnya?" Tanya Nata penasaran.
"Besok jam 3 sore." Jawab Sarah.
"Ada apa lagi dia?" Tanya Nata khawatir. Apa Vena dipanggil karena sudah merekam kegiatan mesumnya bersama Gavin dan menunjukkannya pada Zevan?
Gadis itu lalu berdiri dari duduknya sambil mondar-mandir.
"Tau tuh, Zevan tiba-tiba manggil si Vena keruangannya, maka itu kuliah diundur jam 3 sore besok."
Nata pun resah. Digigitnya bibir bawahnya.
"Aduh," ketik Nata sampai nyambung ke chat padahal tak sengaja di dengarnya ada suara langkah kaki yang menyeret di dekat kamarnya.
"Ada apa Sel?" Ketik Sarah lagi.
"Jadi tadi pak Zevan ama Ratu nyinyir berduaan di ruangannya?"
Nata resah Gelisah tak karuan. Apa mungkin si pemilik 'anu' murahan itu juga bakalan mengaduk lendir dengan Vena di ruanganya? "Apa sih yang aku pikirin? Kita kan bukan siapa-siapa kenapa aku harus peduli?"
Sakit hati Nata jika teringat kelakuan Zevan si penjajah tubuhnya akan berganti lagi menjajah tubuh wanita lain seenak hidungnya.
"Yup." Tulis Sarah pasti.
Detak jantung Nata pun berkejaran. "Brengsek! Dasar dosen cabul!"
Yah udah tahu dia biangnya cabul kenapa juga lu mau?
"Ya kan semua gara-gara... Aahh udah deh." Nata pun adu mulut dengan pikirannya sendiri.
"Okay deh Sar, thanks." Ketik Nata pasrah dengan helaan nafasnya berat sampai ke dada.
"Eh kita lagi kepoin ignya pak Zevan, coba Lo intip Sel, @zevan_mal." Ketik sasaran antusias.
"Emang ada yang menarik pasti cewek-cewek pada ngerubungin fotonya ya?"
Gadis itu makin insecure. Sampai kapan pun seorang Zevan nggak akan pernah menoleh padanya.
"Gimana mau buka orang di private!"
Terbersit rasa lega di dalam hati Nata. Gadis itu pun menjawab. "Oh" saja tapi tak. Dapat di pungkiri walau Zev tak niat bertanggungjawab setidaknya untuk sekarang Nata masih menganggap dirinya adalah wanita terakhir yang disentuh Zev hingga detik ini.
Lalu tiba-tiba ada suara "Kompryaaang!" seperti panci dan wajan yang berhamburan.
Nata spontan menuju ke belakang tempat panci dan alat masak yang lain di gantung untuk mengecek apa yang terjadi. "Hmmmp!"
Bibir nya dibekap oleh seseorang hingga Nata gelagapan. "Pak Zevan?"
"Ada apa itu Pak?"
"Neng siapa itu di belakang."
Pekikan kedua orang tua Nata yang khawatir.
"Meoong..meoohmmpp!"
Kini giliran Nata yang membekap mulut Zev yang asal nyaut sembarangan. "Kucing buk!" Teriak Nata tepat di depan pria tinggi besar itu. Si pencuri keperawanan nya yang tiba-tiba muncul tanpa di undang.
"Ngapain kesini? Kangen ya?" Cerocos Nata yang siap di disangkal mentah-mentah oleh Zev.
"Kalo bukan karena mamah yang maksa, saya nggak akan datang kesini?" Sangkal Zev mati-matian.
Keduanya saling berbisik agar tak kepergok Hanif dan Atikah.
"Oh ya sudah, pergi sanah!" Usir gadis cantik itu agar Zev segera angkat kaki dari pekarangan rumahnya.
Nata pun menjauh dari Zev dan hendak masuk ke dalam dapur lagi lalu mengunci pintunya.
"Tunggu!"
Dengan sigap Zev menahan tubuh gadis itu sambil memeluk pinggang Nata dari belakang. Tubuh yang pas dipelukannya ini ternyata lumayan membuat otaknya tak sempat memikirkan untuk 'jajan sembarangan' lagi malam ini.
"Lepas, bukan muhrim!" Tolak Nata yang keberatan kenapa Zev tiba-tiba mengambil keuntungan darinya.
Pria itu dengan kekuatannya memutar tubuh Nqta agar berhadapan dengannya. "Tampar saya kalo kamu nggak suka."
Zev spontan menyesap ranum bibir merah tebal mungil itu dengan penuh kelembutan.
Mulanya gadis itu menolak dengan menampar pipi kanan Zev Namun dengan gigih si pria melesatkan jurus *njing kesetrum hingga mengabsen tiap sudut rongga mulut Nata sampai gadis itu terhanyut dan mengalungkan kedua tangannya ke leher bidang Zev sambil berjinjit.
"Haaaaahh! Dasar dosen gelo'!" Geramnya.
Bibir keduanya saling mendalami peran.
"Aaaaaakkk!"
Spontan teriakan Hanif dan Atikah pun menghentikan adegan itu..
Eng .. ing.. eng.. kucingnya bukan cari Ikan tapi cari perawan..
To be continued..
Koment yuk dear?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
◌⑅⃝(꜆˘͈Chy˘͈꜀)⑅⃝◌
Thor sayang mike liy nongol loh emg cantik nama yg lama ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄
2024-02-20
1