Natasha Seroja. Gadis cantik berusia 20 tahun ini terpaksa harus tertinggal satu tahun untuk masuk universitas.
Dikarenakan kesibukannya membantu orang tuanya bekerja hingga terlewat tes masuk universitas lewat pengajuan beasiswa.
Sebenarnya kedua orang tuanya sudah menyiapkan biaya untuknya berkuliah.
Namun gadis ini tak rela jika kehidupan mereka yang sungguh pas-pasan harus di bebani lagi dengan spp kuliah Nata yang memberatkan.
Nata terpaksa ketinggalan ujian untuk mendapatkan beasiswa di Universitas Gunadarsa dikarenakan sang ibu mendadak di rawat di rumah sakit karena kelelahan bekerja.
Pagi itu Nata menyempatkan untuk mengirim paket laundry milik keluarga Maldini yang sudah seperti keluarga baru baginya.
Kedua pemilik rumah itu begitu menyayanginya seperti cucu mereka sendiri. Sehingga gadis itu bisa bebas keluar masuk rumah gedong itu lewat pintu samping.
Reta tak henti-hentinya menjodohkannya dengan sang cucu yang juga berkuliah di universitas yang sama dengannya, tapi di semester akhir.
"Kalo kamu repot biar Varell yang ambil di ruko. Oma nggak apa-apa kok?"
"Hangan Oma, nanti si om minta ganti ongkos kirimnya dipotong ke harga laundry. Yaahhh mana bisa gitu omaaa? Nata ama orang tua Nata bisa di pecat dong?"
"Udah..udah.. jangan tiru opa Balwin emang suka sableng!"
Reta pun tak tahan untuk terkekeh lagi. Lalu mengajak gadis cantik itu turun dan meninggalkan Balwin yang masih asyik nonton 'pemandangan' di TV seraya melambai ke arah Nata, dan gadis itu pun membalas lambaian tangan Balwin dengan meringis menunjukkan deretan gigi seputih odolnya.
Seisi rumah itu suka sekali menggoda gadis itu tak terkecuali Varell dan istrinya hampir suka ngusilin gadis cantik itu. Siapa yang tak gemas jika berhadapan dengan wajah cantik Nata?
Pipi putih mulus kemerahan dan bibir merah semerah buah Cherry itu selalu dapat membuat pria mana saja tak berkedip melihatnya.
"Ya sudah ini Oma bungkusin menu makan hari ini buat kamu dan untuk orang tua kamu. Di makan ya sayang, jangan sampe telat makan lagi!"
Lagi-lagi kebaikan-kebaikan yang selalu di berikan tanpa pamrih oleh wanita berusia 65 tahun yang masih sangat cantik di usia rentanya itu.
Reta selalu membekali Nata dengan makanan lezat setiap Nata mengantar paket laundry ke rumahnya.
Tak ada maksud apa pun lantaran Reta sudah sangat mengenal Orang tua Nata dengan baik. Hanif dan Atikah sebagai pengantar laundry, sebelum Nata menggantikan tugas itu.
"Nata nggak tahu harus membalas Oma dengan cara apa...?"
Mata gadis itu langsung berkaca-kaca lalu Nata menunduk sambil mengusap bulir air mata yang jatuh di pipinya. "Heyy.. ada bawang merah ya disini, bentar Oma pinggiran dulu bawang merahnya."
Gadis cantik itu pun tergelak sambil mengusap air matanya lagi. Haru bahagia begitulah yang di rasanya saat ini. Reta selalu bisa mengalihkan kesedihan gadis riang ini menjadi tawa.
"Aduuh Oma lupa, ini yang ada dalaman wanita pasti milik si bujang lapuk itu?"
Wanita itu pun mengerutkan keningnya lagi sambil terduduk. Mengelus dadanya yang sedikit nyeri. Lagi-lagi ulah anak bungsunya yang sampai detik ini belum mau menikah tapi sukanya bergonta ganti pasangan.
"Omaaa! Oma nggak papa?"
Nata terpaksa kembali masuk ke ruang makan tempat Reta shock melihat pakaian dalam wanita berbeda ukuran yang pasti milik tidak hanya satu wanita.
"Omaaa, minum dulu, biar Nata yang antar ke apartemen bapak."
"Sayang Nata, kapan anak Oma itu insyaf?"
Sambil tersenyum Miley memeluk Reta erat menenangkannya agar tak anfal lagi seperti waktu itu.
"Nanti Nata jompa jampi biar si bapak insyaf."
Celetuk Nata tadi, tak ayal bisa sedikit menghibur hati Reta hingga terkekeh.
Setelah melihat keadaan Reta sedikit membaik. Nata memberanikan diri untuk mengantar baju dan beberapa celana dalam milik wanita itu ke apartemen Zevan sendiri.
Gadis cantik itu lebih dulu berhenti di pos satpam rumah Reta.
"Neng Nata manis, sinih di manja abang?"
"Nggak mau di manja maunya di timang?"
"Eh emang abang setua itu? Kita masih cocok jadi Anang~Ashanty atuh?"
"Hmm ini mah, Anang~Aurel."
Firman lalu bercermin setelah tersindir oleh kata-kata nyaring Nata, saat gadis itu berbalik menggodanya.
"Bang bisa kasih alamatnya pak Zevan nggak?"
"Eh ini neeng alamatnya, tapi eneng yakin mau kesono? Masalahnya jaraknya masih beberapa blok dari sin.."
Tin tin!
Obrolan mereka pun terpotong kala Varell kakak Zevan kebetulan mau berangkat ke kantornya di pukul 6.30 pagi itu.
"Nah tuh mas Varell mau berangkat ke kantor mending bareng." Saran firman padanya setelah Varell membuka kaca jendela mobilnya.
"Mau kemana Mbem?" Tanya Pria tampan gemoy itu seraya memicing. Panggilan Mbem itu dari kata tembem karena pipi Nata yang begitu bulat putih kemerahan membuatnya gemas.. sangat.
"Om, Nata boleh nebeng ke apartemen bapak nggak?"
"Boleh tapi ada ongkosnya." Celetuk Shanaz sang istri dari sisi kirinya yang membeo.
"Iya deh, berapa ongkosnya?"
Dengan berat hati Nata pun bertanya berapa ongkos nebeng ke apartemen Zevan seraya menundukkan kepalanya dan meremas ujung kemeja putihnya.
Lalu kedua pasangan ngocol itu pun terpingkal kala godaan mereka sukses membuat gadis itu goyah.
"Igh tante, om suka banget bikin beban."
"Yeeeee kamu Mbem yang bikin beban?"
Gadis itu malah balik usil pada pasangan berbadan montog itu dengan melihat bentuk badan masing-masing lalu tertawa bersama.
"Salam dari Tulus dan TTdj." Pekik Firman dengan melambai ke mobil majikannya dan tak lupa memberi Nata kedipan mata sebelah.
"Heran deh kenapa abang-abang pada genit semua Ama kamu sih Mbem?"
"Ehh, gadis chuby pemikat hati kok malah ditempelin abang-abang sih?" Seru Varell dan Shanaz bergantian.
"Mending abang-abang juga dari pada aki-aki!"
Nata pun membalas telak godaan pasangan itu hingga membuat keduanya lagi-lagi terpingkal tak karuan.
"Sampe nih Mbem, kita tunggu di bawah ya?"
Varell lebih dulu mengambil kartu acces dari security gedung apartemen itu agar Nata bisa langsung melesat ke lantai 35 tempat tinggal Zev.
"Tante nggak apa-apa ya? Nata kan baru pertama ke sinih?"
Nata yang ragu untuk naik ke tempat tinggal pribadi Zevan itu pun sedikit gusar. Ragu untuk berjalan sendiri ke dalam.
"Nggak apa-apa, kita udah kasih tahu Bi Marni kalo kamu antar cuciannya."
Ah lega ternyata di dalam apartemen itu sudah ada asisten rumah tangga yang menjaganya. Syukurlah Nata tak perlu lagi khawatir akan bertemu sang dosen di sana.
"Baik om, Tant. Makasih, nanti Nata sekalian berangkat ke kampus."
Varell dan Syahnaz kompak menyatukan kedua jari jemari mereka hingga membentuk simbol hati "ini untukmu dari Rafael." Seru mereka sambil melambaikan tangan kemudian.
Nata pun menggeleng saat keluarga itu selalu menjodohkannya dengan Rafael. Sedangkan Rafael sendiri tak pernah bersikap ramah padanya.
Sedangkan sang dosen di lantai 2 ternyata sedang disiksa oleh seorang perempuan, melahap dengan rakus miliknya hingga pria itu mengerang..
"Shit!"
Erangan itu malah terdengar seperti orang kesakitan karena terhimpit 'sesuatu'.
To be continued..
Tinggalkan jejak yuk yuk dear?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
◌⑅⃝(꜆˘͈Chy˘͈꜀)⑅⃝◌
❤❤❤❤
2024-02-20
1
◌⑅⃝(꜆˘͈Chy˘͈꜀)⑅⃝◌
Thor masa harus ngulang bacanya iy
2024-02-20
2
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
aahhh 😳😳😳kok kok kok🤭🤭🤭 aduhhh mulai treveling nih otak
2024-02-07
1