Panik..

"Apa-apaan ini?" Teriak Hanif tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ily pun bersembunyi di balik tubuh tegap nan tinggi menjulang itu. Hingga tak terlihat lagi.

"Pak, jangan-jangan, seprei-seprei den Zevan yang..?"

Hanif lalu teringat noda perawan di seprei putih Zevan nggak salah lagi pasti milik putrinya.

Suara pukulan tinju Hanif ke pipi Zevan terdengar keras hingga pria itu ambruk tak berdaya. "Aaaa...!" Teriak Zevan tanpa perlawanan.

"Yah, cukup, yah, aku bisa jelasin." Protes Nata sambil bulir air mata luruh di kedua pipinya.

"Pak Zevan nggak salah yah, buk, Vena yang jebak aku."

Nata sampai bersimpuh di kaki kedua orang tuanya untuk meminta ampun sambil menutup tubuh Zevan agar Hanif tak menyerangnya lagi. Air mata gadis itu pun banjir membasahi pipi mulus dan tubuhnya bagai air bah.

Percuma juga Nata menjelaskan duduk perkaranya sekarang. Hanif sudah di liputi emosi dan kecewa. Nata bisa membaca itu dan menunda untuk menceritakan tragedi yang paling buruk yang pernah di alaminya dalam hidupnya itu.

"Nggak apa-apa." Jawab Zevan seraya bangkit dari posisi robohnya di lantai tadi.

"Pak, Bu, saya kemari memang ingin meminta restu untuk melamar Nata." Serunya tegas, layaknya pria baik-baik yang ingin meminang gadis yang di cintainya. Nata tak kuasa Melihat darah segar yang mengalir dari sudut bibir Zevan, hingga mengusapnya dengan tisue.

Zevan lalu meringis merasakan pedih di sudut bibirnya itu.

Detak jantung Atikah dan Hanif semakin berkejar-kejaran. Keduanya kemudian duduk diatas karpet. Rumah mereka memang tak tampak banyak perabotan karena kecil, untuk menerima tamu pun cukup lesehan di ruang keluarga dengan TV 32 inch disana sebagai pemanis.

Zevan dan Nata pun menyusul bersila di depan keduanya. Zevan heran melihat reaksi kedua orang tua Nata itu. Keduanya bukan malah senang, tapi malah bereaksi ketakutan.

Sekujur tubuh keduanya tampak gemetar lalu sesekali mengusap keringat dingin.

"Eh, pak, Bu, mohon maaf atas semua yang terjadi dan maaf kalo sudah membuat bapak dan ibu tak nyaman.." ujar Zevan tanpa berkedip lantang. Maklumlah sudah biasa bicara di depan forum masa menghadapi 2 orang saja keder ya nggak?

Bukan lagi, ujung kaki Zevan terasa sedingin es batu. Nervousnya mengalahkan ujian akhir predikat Professor yang diraihnya dari universitas Columbia dulu.

"Hmm maaf kalo bapak sedikit emosi.. tapi sebaiknya Aden pulang, sementara akan kami pikirkan perihal lamaran yang mendadak ini?"

Hanif dan Atikah saling menoleh kelihatan sekali wajah khawatir keduanya jika Nata sampai menikah. Ada apa sebenernya? Apa yang di takuti kedua orang tua Nata?

Mata Nata pun berkaca-kaca apakah tidak apa-apa jika menunda untuk tak menikah, dikarenakan kejadian memalukan itu sudah berkembang jadi rumor yang tidak baik nanti. Apalagi semakin banyak orang yang tahu tentang kejadian itu?

"Tap.. tapi.. kena.. pa pak Bu?" Tanya Zevan sampai gemetar. Zevan melihat ke arah Nata agar bertanya juga pada kedua orang tuanya.

"Yah, Bu? Kenapa?"

"Neng, masuk ke kamar lu, bapak Ama ibu harus memikirkan dengan matang hal ini. Dan untuk den Zevan, kami harap Aden jauh-jauh dari anak kami. Sampai kami memberikan jawaban."

Bulir air mata itu luruh kali ini semakin banjir bandang. Nata berhamburan pergi ke dalam kamarnya lalu mengunci pintu kamarnya rapat-rapat.

"Apah? A... Baik saya permisi!"

Zevan sampai heran. Lalu merasa kehadirannya makin tak di terima dengan baik oleh Hanif dan Atikah, Zevan pun pamit.

Seumur-umur baru kali ini Zevan mendapat penolakan apalagi ini tentang masalah percintaan. Akhirnya jawaban ambigu pun di dapat Zev.  Coba bayangin siapa yang akan menolak jika calonnya se~keren Zev?

Apa kedua orang itu sadar? Atau otak keduanya geser, seperti otak Zev? Ah entahlah yang pasti Zev lemas sekarang.

Rasanya seperti di khianati oleh Vero beberapa tahun yang lalu.  Tidak yang kali ini lebih parah. Zev tak menyangka jika lamarannya di tolak mentah-mentah oleh orang tua Nata yang yah... Miskin iya, juga tak punya status sosial.

Zev pun pergi dengan berjalan kaki menuju tempat parkir mobilnya tadi. Beberapa pria berbadan besar menghampirinya seraya bertanya.

"Permisi mas." Tanya salah satunya.

"Apa di sini ada tinggal pasangan suami istri dan anak gadis yang wajahnya tak mirip dengan orang tuanya yah usianya sekitar 20 tahunan?"

Jantung Zev berdesir lirih. Pria itu tak peduli hanya ada satu dipikiranya. "Ahh, masa bodoh soal tanggung jawab, lagi pula dari awal aku nggak ada rencana untuk mempertanggungjawabkan apa pun! God damn it! Tapi kenapa hatiku sakit!"

Pria tampan itu lalu langsung masuk ke dalam mobilnya dengan menjawab. "Maaf saya bukan orang sini, saya juga tamu."

Zevan pun pergi setelah kecewa yang di rasanya semakin menggerogoti  hati dan jiwanya.

"Okeh, kita lanjutkan pencarian besok pagi pas jalanan sudah rame," seru salah satu dari mereka.

"Aku juga tahu kalo kamu hanya tamu, tamu dari keluarga yang aku cari, tak lama lagi aku akan menerkam kalian semua!"  Desis sang ketua lalu mengetuk-ngetuk jari telunjuknya ke foto pasangan yang sedang di carinya sambil tersenyum miring.

Ke lima orang itu lalu melihat kepergian Zev sambil manggut-manggut.

***

Keesokan harinya..

"Heh Non vedo l'ora di restare qui, hai fatto la proposta al futuro genero di papà? Tanya Balwin sambil memelorotkan kaca matanya.

Tumben nginep di sini, apa sudah kamu lamar calon menantu papa?

"L'ho fatto, ma sono stato rifiutato!"

Sudah, aku di tolak! Kata Zev sambil mencoba menyomot pisang goreng buatan Reta.

Balwin dengan cepat menutup piring berisi pisang goreng itu  agar anak bungsunya tak dapat apa-apa. "Eits! Kenapa kok bisa ditolak?"

"Papah!" Kesal Zev lalu melewatinya saja seraya membuka pintu kulkas empat pintu di dekat meja makan megah itu dan mengambil sebotol air mineral dingin untuk meredakan dahaganya setelah joging tadi.

"Yah si Saccheggiatore femminile (penjarah wanita) dateng." Celetuk Varell lalu diikuti Shanaz. "Zev, kenapa tuh bibir kok sobek?"

"Tentu dia nggak baik-baik saja, ya kan Zev?" Sahut Reta tersenyum mendekat kearah meja makan bergabung dengan yang lain melihat sudut bibir anaknya yang memerah sedikit sobek, Pasti Hanif sudah memberinya pelajaran.

Ke empatnya duduk diatas meja makan. Lalu menunggu si bungsu duduk juga di atas meja makan itu menjelaskan duduk perkaranya.

"Mah, pah,"  Keluh Zev sambil merengut.

Gelagat Zev yang aneh. Tampaknya keberatan untuk berbagi cerita karena ada kakak dan kakak iparnya yang kelewat usil.

"Ngomong aja? Kita sudah siap," seru Shanaz dengan anggukan cepat,  yakin jika kedatangan sang adik ipar pastinya karena ada sesuatu yang besar terjadi apalagi setelah melihat keadaannya sepertinya Zev sudah menjadapat Ganjar eh ganjaran setimpal.

"Ck! Tadi malam aku ke rumah Pak Hanif dan Bu Atikah untuk melamar."

"Hah! Yang... kandas calon menantu kita di tekling duluan?" Seru Shanaz sambil mewek.

"Yaaahh, apa boleh buat yang... si Saccheggiatore femminile makin mengepakkan sayapnya, udah ketahuan kalo di tolak apalagi dapat bogem mentah."

Kedua pasangan itu pun saling mewek dan berpelukan lantaran si jodoh yang mereka damba untuk Rafael kini malah di embat omnya.

Pasalnya siapa yang gak tahu predikat playboy karatan yang sudah  di emban Zevan selama 8 tahun lamanya itu? Imbas patah hatinya pada anak tetangga hingga si 'anu' beriman kini berubah jadi murahan.

"Ya sudahlah kalo emang nggak boleh nikahin, toh aku juga.."

Seperti biasa sifat songong dan congkak Zev yang seperti tak butuh tapi sebenarnya mau, itu ditunjukan pada ke empat orang disana.

Alhasil sendok pun melayang ke kepalanya.

"Aaaaak!"

Zev nyengir meringis sambil menggosok-gosok ubun-ubunnya sendiri lantaran lemparan Balwin selalu tepat sasaran.

"Kita kesanah nanti malam, pake pakaian terbaik kamu!" Pekik sang papa tegas.

Balwin melengos lalu menutupi lagi pisang goreng di depannya setelah memastikan Varel dan Shanaz kebagian.

"Pah, minta dong?"

Zev lagi-lagi tak kebagian cemilan lezat buatan sang mama gara-gara menyelesaikan misi se~sepele begini saja tak becus.

Zev sampai mengejar Balwin yang membawa pisang gorengnya naik ke lantai 2. "Heh, jauh-jauh huss-hussh!" Usir Balwin dengan melindungi pisgor sekuat tenaga.

"Mah si Borokokok merawanin calon menantuku?" Tanya Varell panik.

"Iya Mah kok bisa?" Timpal Shanaz tak kalah penasaran.

Kedua orang itu masih nggak percaya dengan apa yang terjadi. Reta lalu tersenyum. "Udah berangkat sanah jangan sampai telat, entah kalo nggak ada kalian berdua mau jadi apa Maldini Grup?"

"Yah mamaahhh?" Seru kedua suami istri itu dengan wajah kecewa lalu menurut dan segera berangkat ke kantor.

"Gawat Yang, si Raf udah mulai nanya-nanya soal tembem kemaren?" Sahnaz tak kalah kecewa dikiranya sang anak sudah berada di jalur yang benar untuk mulai PDKT pada Nata.

"Yaaa.. Mau gimana lagi Yang?"

To be continued..

Episodes
1 Tampol Pake Kentut
2 Pasangan Gemoy tak kalah ngocol..
3 Ngembang Tapi Bukan Roti..
4 Munculnya Sang Mantan..
5 Mantan Teman Memakan Korban..
6 Tragedi..
7 Tolong Pak?
8 Wah..
9 Ons Itu Biasa..
10 Rasain Lu!
11 Balwin Geram..
12 Zevan Mengancam..
13 Buktinya Mana?
14 Marni Kepatok Ayam..
15 Kucingnya Nyari Perawan..
16 Panik..
17 N~nggak Nyangka..
18 Khawatirnya Hanif..
19 Zevan Berulah..
20 Gamon..
21 Ustadz Juga Berhak Bahagia..
22 Tontonan Menyakitkan..
23 Musibah Itu..
24 Gantian Yang Hilang..
25 Gemes..
26 Nu Bangun Gih..?
27 Setia Atau Tidak?
28 Syirik Terus!
29 Ngambek Langsung Keenakan..
30 Masih Ngambek?
31 Dimanapun Tak Masalah..
32 Rival Cinta..
33 Cantiknya..
34 Gamon Akut..
35 Kena Batunya..
36 Pamit..
37 Sabar..
38 Kutu Kupret..
39 Nata Tumbang..
40 Sudah Mantap..
41 Kepepet..
42 Open Bo..
43 Berduaan Dengan James..
44 Tak Sebanding..
45 Terpukul..
46 Aku akan menikahinya..
47 Kangen..
48 Loalah..
49 Kangen Gila!
50 Nyesel Kan?
51 Rehat Sejenak..
52 Sedikit Lagi..
53 Lu Ingat Kan?
54 Tenang.. ada mas..
55 Menyerang..
56 Nggak Percaya..
57 Nyamuk Nakal..
58 Tekad Bulat..
59 Pertemuan..
60 Perjanjian..
61 Kembali Ke Indo..
62 Haru..
63 Duo May..
64 Kangen..
65 Ibu-ibu PKK..
66 Kenangan..
67 Sepres..
68 Kuli Pemikat Zizah..
69 Naudzubillah Mupengan..
70 Lanjut Dramanya..
71 Harapan..
72 Temu Kangen..
73 Modus Mayang..
74 Persiapan Resepsi..
75 Mengakui..
76 Kebenaran..
77 Masuk Kantong...
78 Barisan Para Mantan..
79 Membuktikan Sendiri Perasaannya..
80 Panggil Aku Miley..
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Tampol Pake Kentut
2
Pasangan Gemoy tak kalah ngocol..
3
Ngembang Tapi Bukan Roti..
4
Munculnya Sang Mantan..
5
Mantan Teman Memakan Korban..
6
Tragedi..
7
Tolong Pak?
8
Wah..
9
Ons Itu Biasa..
10
Rasain Lu!
11
Balwin Geram..
12
Zevan Mengancam..
13
Buktinya Mana?
14
Marni Kepatok Ayam..
15
Kucingnya Nyari Perawan..
16
Panik..
17
N~nggak Nyangka..
18
Khawatirnya Hanif..
19
Zevan Berulah..
20
Gamon..
21
Ustadz Juga Berhak Bahagia..
22
Tontonan Menyakitkan..
23
Musibah Itu..
24
Gantian Yang Hilang..
25
Gemes..
26
Nu Bangun Gih..?
27
Setia Atau Tidak?
28
Syirik Terus!
29
Ngambek Langsung Keenakan..
30
Masih Ngambek?
31
Dimanapun Tak Masalah..
32
Rival Cinta..
33
Cantiknya..
34
Gamon Akut..
35
Kena Batunya..
36
Pamit..
37
Sabar..
38
Kutu Kupret..
39
Nata Tumbang..
40
Sudah Mantap..
41
Kepepet..
42
Open Bo..
43
Berduaan Dengan James..
44
Tak Sebanding..
45
Terpukul..
46
Aku akan menikahinya..
47
Kangen..
48
Loalah..
49
Kangen Gila!
50
Nyesel Kan?
51
Rehat Sejenak..
52
Sedikit Lagi..
53
Lu Ingat Kan?
54
Tenang.. ada mas..
55
Menyerang..
56
Nggak Percaya..
57
Nyamuk Nakal..
58
Tekad Bulat..
59
Pertemuan..
60
Perjanjian..
61
Kembali Ke Indo..
62
Haru..
63
Duo May..
64
Kangen..
65
Ibu-ibu PKK..
66
Kenangan..
67
Sepres..
68
Kuli Pemikat Zizah..
69
Naudzubillah Mupengan..
70
Lanjut Dramanya..
71
Harapan..
72
Temu Kangen..
73
Modus Mayang..
74
Persiapan Resepsi..
75
Mengakui..
76
Kebenaran..
77
Masuk Kantong...
78
Barisan Para Mantan..
79
Membuktikan Sendiri Perasaannya..
80
Panggil Aku Miley..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!