"Jadi emang waktu itu si saykoji gagal ngambil perawan tu jalang?" Tanya Vena dengan menggigit bibir.
"Pantes, berhari-hari gue minta duit nggak di kasih, gue kira udah jebol pertahanan tu perek!" Sahut Tamara sepupu Gavin.
"Sial banget! Tapi lu udah beresin kan masalah Cctv?" Tanya Vena khawatir.
Ke lima gadis yang menamakan dirinya geng mentereng itu semakin gusar, tenyata rencana penjebakan mereka malah gagal total.
"Udah, bereslah gue bayar teknisinya biar di hapus pus."
Alexa begitu yakin dengan tindakannya. Kelimanya berkerumun sambil menunggu jam kuliah Zev di mulai di jam 3 sore.
"Tuh liat!" Seloroh Naura sambil menunjuk kedatangan Nata dengan dagunya.
"Cih! Baju murahan aja bangga."
Jenifer tak kalah keki, melihat gaya Nata berjalan begitu modis dengan baju yang di beli Atikah paling banter di tanah Abang.
Boro-boro beli ke Mall, bayar parkir motor aja Hanif dan Atikah tak mau, takut kehabisan jatah uang, untuk beli pakaian anak gadisnya.
Karenanya geng mentereng dengan penampilan serba mahal tapi tak cukup membuat para lelaki terpesona pada kelimanya membuat mereka begitu dendam pada gadis cantik itu.
Sadar jadi topik ghibah, Nata pun menunduk tak peduli. Kemudian Nata masuk ke dalam kelasnya yang sudah di sambut Sarah juga Rena di dalam sana.
"Kamu udah baikan?" Tanya Rena khawatir lalu menepuk bangku sebelahnya agar Nata duduk tepat diantara tempat duduknya dan Sarah dengan antusias.
"Iya aku cerita ke Rena soal kamu yang sakit."
Sarah manggut-manggut tak kalah antusias.
"Ahh udah enakan kok." Jawab Nata seraya tersenyum lalu duduk di tengah keduanya dan menunggu sang dosen datang.
Bebepa menit kemudian tepat di jam 3 sore.
"Selamat sore semuanya." Salam sapa Zev. Dalam hati Zev menghangat saat dilihatnya, gadis cantik si korban keganasannya sudah duduk manis bersama dengan kedua temannya sambil tersenyum padanya.
"Sore pak ganteng." Pekikan geng mentereng selalu membuat rumit keadaan memecah lamunan Zev spontan.
"Hmmm wangi bebebkuh sampe sini Lo?" Seru Vena menghirup ranum parfum mahal yang di pakai Zev sambil merem.
Nata dan ketiga temannya pun mendengar hal itu tapi tetap tak mau ambil pusing. Toh memang Zev sudah banyak fansnya turun temurun dari senior hingga junior, Nata tak kaget lagi.
"Kita praktek di lab komputer mulai besok." Seru Zev mengakhiri kuliahnya.
"Yeee!"
Teriakan dari para mahasiswa setelah teori tentang informatika sudah dirasa cukup jelas dari Zev.
"Lu liat tuh pak Zev matanya ngeliat ke arah si jalang terus?" Bisik Alexa pada Vena.
Nata bersikap seolah-olah tak terjadi apa-apa. Gadis cantik itu berusaha tegar dan yakin bahwa semua kejahatan akan menerima balasan yang setimpal suatu hari nanti.
"Ah masa sih, kemaren juga bebeb malah bahas pembulyan yang kita lakuin ke Nata? Kok bisa ya?"
"Ngadu kali dia?"
Ke limanya tak henti-hentinya menggunjing Nata hingga keluar ide.
"Ra, terbitin deh foto si Saykoji merkosa tu jalang di website kampus."
"Siap bos, tar gue bikin artikelnya, pasti viral."
Perintah sang ketua geng agaknya tak bisa di ganggu gugat lagi. Semakin Zev menunjukkan perhatiannya pada Nata semakin panas suasana hati Vena.
Sorot mata gadis itu masih menghunus ke arah Nata yang berjalan meninggalkan kelas tepat di jam 6 malam itu.
Zev pun tampak mengejarnya.
"Brengsek!"
Geng mentereng yang lagi-lagi mematangkan rencana mau tak mau menyaksikan tingkah Zev yang berjalan cepat agar tak tertinggal oleh Nata.
"Ayo, kita pulang bareng?" Ajak Zev pada gadis itu dengan menahan tangan Nata karena cara jalan Nata yang begitu cepat sampai membuat pria itu ngos-ngosan.
"Terus motor saya gimana?"
Nata pun kesal. Tak tahukah gadis itu nyawa Zev sekarang berada diujung tanduk.
"Tinggalkan saja! Kalo ilang ya beli lagi, gitu aja kok repot!"
Mulut ember Zev kambuh. Kenapa saat bertemu si borokokok, bawannya selalu membuat panas suasana sekitarnya.
Tangan kanan Nata pun di gamitnya erat. Layaknya dua pasang kekasih yang sedang bersitegang.
"Bapak tu! Sudah lupa ya kita itu nggak boleh dekat-dekat!"
"Berisik!"
Zev masih menarik tangan gadis itu hingga keduanya sampai di parkiran mobil.
"Masuk!"
Zev membuka pintu mobilnya lalu mempersilahkan gadis itu agar masuk ke sisi penumpang tepat di samping tempat duduknya.
Nata pun masuk dengan tak ikhlas dan cemberut. Gimana dengan motornya lalu gimana kalo ayahnya malah tak bisa bekerja kalo motornya malah tertinggal di kampus Nata.
Mobil itu pun melaju ke arah rumah utama untuk menjemput Reta dan juga Balwin yang sudah siap sedari tadi.
Tahan ya nu..
"Tumpangan ini nggak gratis Lo.."
Zev menghentikan laju mobilnya lagi karena merasa si 'anu' sudah menyapa.
"Hah, apa maksudnya?" Cerocos Nata kembali ke mode cempreng. Lalu di lihatnya sesuatu menyembul di balik Zipper Zev.
"Kemarilah!"
Spontan Zev menarik tangan lentik gadis itu agar naik diatas pangkuannya. Mobil dengan kaca film super gelap itu pun melipir ke pinggiran jalan.
Entahlah apa yang merasuki keduanya hingga Zev kini malah masuk ke dalam kemeja gombrong Nata untuk mengisi bensin.
"Kenapa di jalan begini sih?"
Nata protes. Tak ikhlas jika Zev berulah lagi. Tapi apa daya sentuhan si penjarah wanita itu begitu memabukkan hingga membuatnya tak mampu menepis serangan itu.
Berbagai adegan pun di lakukan kecuali yang satu itu. Hingga Bel ponsel mahal Zev berbunyi.
Nata yang masih terengah malah tak sengaja menekan tombol yes ponsel itu.. "Papa dan Mama sudah di rumah besan! Lama amat sih?"
Mau tak mau Zev pun menghentikan kegiatan pengajiannya, saat suara bariton Balwin sukses membuat si 'nu' bobok kembali.
"Ihhh! Selalu deh, udah ayok?" Seru Nata sambil menutup kedua bongkahan miliknya yang di Pepet terus Oleh Zev.
Wajah Zev yang kaku tak pernah senyum itu, terpaksa membantu gadis cantik itu mengaitkan bra nya kembali dan melajukan mobilnya langsung menuju ke rumah Nata tanpa harus mampir dulu di rumah utama.
"Yahh sini sayang duduk ama mamah."
Begitu sayangnya Reta pada gadis cantik itu hingga tak mau jauh darinya. Di atas karpet rumah itu sudah berjejer seserahan Ala kadarnya berupa baju, tas, sepatu merek Chadel dan Hermen yang marak di gandrungi para konglomerat.
"Jadi apa benar yang dikatakan Zevan kalo Mas Hanif menolak lamarannya?"
Balwin langsung membuka pertemuan penting itu sambil menoleh ke anaknya yang kini duduk bersila di dekatnya.
Serba salah Hanif dan Atikah menempatkan kata untuk menjawab keresahannya.
"Mohon maaf sekali Tuan, nyonya, bukannya kami menolak. Tapi sebenarnya Neng Nata ini bukan anak kandung kami."
"Apaaaahh?!"
Reta, Balwin, Zev dan Nata sendiri kompak menjerit..
To be continued..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments