EP 07 AWAL KEHANCURAN 2

Tak terasa hari sudah siang, waktunya untuk makan siang di kantin. Aida sebenarnya cukup malas ke kantin karena tak mau berada di lokasi yang terlalu ramai. Tempat yang ramai selalu membuat Aida mudah marah atau stres. Tapi kalau perut tidak di isi, tentu Aida sendiri yang akan tersiksa. Jadi, mau tak mau Aida harus pergi ke kantin.

   Seperti yang Aida duga, kantin sangat ramai. Jujur saja, di kamp hanya Aida seorang saja perempuan yang ada di sini, awalnya memang banyak perempuan yang ada di kamp, tapi mereka hilang entah kemana dan hanya tersisa Aida saja. Sekarang semua orang yang ada di kantin memperhatikan Aida yang berjalan mendekati salah satu meja dan membawa nampan berisi makan siangnya, dan lauknya hanya sup kacang merah dengan nasi.

   Aida duduk di salah satu meja yang nampak masih kosong, lalu perlahan Aida memakan supnya. Karena supnya masih panas jadi Aida harus makan secara perlahan. Yang lain pun masih sibuk dengan makanan mereka, namun ada tiga orang yang mendekat pada Aida lalu salah seorang dari mereka menduduki meja yang Aida pakai.

    Dasar tidak sopan, Aida sedang makan itu orang malah duduk di mejanya. Selera makan Aida pun sedikit hilang karena kesal, Aida juga malas melihat wajah ketiga orang ini yang mengerumuninya.

    "Hei manis, sendirian saja nih? Mau aku temani tidak?" Ucap salah satu dari mereka yang duduk di atas meja Aida.

   "..." Aida tidak menghiraukan ucapan orang tersebut dan lanjut makan. Ke tiga orang ini terus melihat tubuh Aida yang ramping serta kakinya yang panjang. Aida sudah merasa muak, nafsu makannya pun turun drastis.

   "Aku belum pernah melihatmu di kamp, apa kau anggota baru? Kau berada di tim mana?" Ucap salah satu dari mereka.

   "..." Aida tidak menjawab, makannya terhenti karena sudah mulai kesal pada tiga orang ini yang terus merapatkan diri mereka padanya.

   "Hei kau harus menjawab! Apa kau tuli?!" Ucap salah satu dari mereka kesal karena Aida tidak menjawab.

   "Dasar, berisik sekali! Makan saja terasa susah bagiku!" Ucap Aida kesal namun dengan nada suara yang di tahan.

   "Hah! Apa kau bilang?! Kau baru junior tapi sudah belagu pada senior!"

   Karena kesal, Aida bangkit dari kursinya dan langsung menonjok hidung salah satu  dari mereka sampai berdarah.

   "Haish sialan kau!" Ucap orang tersebut yang memegang hidungnya yang berdarah.

   Dua orang lainnya tidak terima jika diri mereka di perlakukan seperti itu oleh Aida, mereka berdua menyerang Aida secara bersamaan. Namun, kecepatan Aida dua kali lipat lebih cepat dari mereka berdua. Dengan cepat Aida menendang perut dan langsung meninju bagian pinggir wajah mereka berdua. Karena saking cepat dan kuatnya, salah satu dari mereka mendapatkan retakan pada tulang rahangnya. Mulut orang tersebut agak ke pinggir dan tidak mau menutup dengan rasa sakit yang luar biasa, orang tersebut menjerit sambil memegang bagian rahangnya.

   Pengunjung Kantin yang mendengar keributan langsung terpancing dan melihat Aida yang sudah mengalahkan 3 orang dengan satu orang cedera pada rahangnya, satu orang lagi cedera patah tulang pada hidungnya dan satunya lagi tidak sadarkan diri dengan mulut yang mengeluarkan cairan putih berbusa.

   Semua pengunjung kantin hanya diam menyaksikan, ada dua orang di meja paling ujung sebelah kanan. Kedua orang Tersebut adalah 324 dan 342 yang kebetulan sedang makan di sana. Mereka berdua mendengar suara gaduh dan melihat, ada Aida yang sudah membuat beberapa anggota kamp babak belur dan penuh luka.

   "Itu 467, sepertinya ada orang lagi yang menggangunya, pasti kali ini 467 tidak tinggal diam. Lihat di sana, 3 orang terkapar dengan cedera rahang dan hidung, dan satunya lagi tak sadarkan diri" ucap 342 sambil menyuap makanannya.

   "Salah mereka juga menggangunya, tapi perbuatan 467 juga agak berlebihan sampai membuat mereka seperti itu, komandan Zero pasti akan menghukumnya" jawab 324.

   "Pasti hukumannya di permudah karena dia kan baru saja kembali kemarin dari misinya" jawab 342.

   "Ya aku juga agak heran kenapa dia tidak se tim dengan kita, padahal kita kan seasrama" jawab 324.

   "Pasti dia sudah melakukan sesuatu di belakang kita pada para atasan, jadi dia dengan mudah bisa masuk kemana dan mau misi apa, namanya juga wanita, pasti dia menjual tubuhnya pada atasan" jawab 342.

   "Kurasa begitu, tapi itu juga masih belum pasti sih. Aku sering melihat dia terluka tanpa alasan" jawab 324.

   "...ah terserah kau saja lah, tapi aku yakin pasti dia menjual tubuhnya, aku yakin sekali. Karena aku lihat dia sangat dekat dengan Dokter Cris, pasti dia sudah melakukannya dengan Dokter Cris" jawab 342.

   "..." 324 tidak menjawab dan melanjutkan memakan makanannya.

    Di tempat Aida, ke tiga orang yang di hajarnya sudah tak sadarkan diri. Tangan Aida terlihat basah oleh darah, tatapannya begitu dingin menatap ke tiga orang tersebut yang terkapar di lantai.

   "Itu adalah akibat jika kalian berani mengangguku" ucap Aida dengan nada suara yang dingin.

   "Kau membuat kekacauan lagi, 467? Ini sudah yang keberapa kalinya?" Ucap seseorang yang mendekat pada Aida.

   Orang tersebut bisa dibilang penjaga kantin, tapi walaupun dia seorang penjaga tetap saja dia selalu diam saja walaupun ada keributan seperti ini. Jika sudah selesai, baru dia akan menghampiri.

   "..." Aida tidak menjawab namun menatap orang tersebut.

   "Kau di panggil oleh komandan, kau tidak akan selamat hari ini, karena sepertinya komandan terlihat marah padamu" ucap orang tersebut.

   "Oi! Kalian bantu pindahkan mereka ini ke Dokter Cris sana! Aku agak malas bekerja sekarang, cepat jangan pakai lama!" Ucap orang tersebut memerintah.

   Aida yang kesal langsung pergi dari kantin, tak peduli banyak pasang mata yang menatapnya dari jauh. Aida berjalan melewati asramanya, lalu ke bangunan yang lebih besar yang tak jauh dari asramanya.

   Sebenarnya bangunan itu adalah tempat komandan Zero, terkadang komandan Zero akan diam di sini sebelum kembali lagi ke kamp. Selama komandan Zero ada di sini, Aida pasti akan di latih sendiri oleh komandan Zero. Itulah kenapa Aida lebih kuat dibanding dengan yang lain. Latihannya pun tidak main main, komandan Zero begitu keras melatih Aida. jika latihan menggunakan pisau, komandan Zero tidak main main untuk melukai Aida walaupun hanya latihan.

   Saat pertama kali Aida di latih langsung oleh komandan Zero, Aida mendapatkan luka sayatan di beberapa tempat di punggung serta tangannya. Untung saja latihan segera di hentikan oleh Dokter Cris yang kebetulan bersama komandan Zero saat itu, jika tidak pasti Aida akan terluka sangat parah bahkan dirinya bisa saja lumpuh atau meninggal akibat latihan dari komandan Zero.

    Aida sudah sampai di tempat komandan Zero, ada bangunan seperti sebuah rumah yang besar. Tapi saat masuk ke dalam, ruangan tersebut hanyalah lapangan dalam ruangan yang terdapat satu meja dan kursi di bagian sudut kanan.

   Aida tidak melihat komandan Zero di mejanya, biasanya setiap dirinya masuk komandan Zero pasti duduk di kursinya, namun sekarang dia tidak ada.

     Aida yang masih berdiri di depan pintu masuk melihat ke sekelilingnya, komandan Zero tidak ada di sini. Namun, Aida melihat di atasnya ada benda yang melayang ke arahnya, sebuah pisau dengan terdapat pahatan berbentuk mata dan taring singa di bagian belati pisau tersebut.

    Aida yang menyadarinya langsung menghindar berguling ke samping, pisau tersebut menancap di pintu, Aida kenal siapa pemilik pisau ini. Terdengar suara tepuk tangan sebanyak lima kali, lalu terlihat seseorang di atas langit langit ruangan.

   "Refleks, ketajaman telinga dan penglihatan mu sudah semakin berkembang ya. Padahal itu serangan mendadak tapi bisa kau hindari" ucap orang tersebut sambil turun dari atas sana, pemilik suara tersebut adalah komandan Zero. Rupanya dia menunggu Aida datang ke tempatnya dari atas sana.

   "Ada apa anda memanggil saya?" Tanya Aida tak mau buang buang waktu dan langsung ingin ke inti permasalahannya, Aida mencabut pisau yang tertancap di pintu dan memberikannya pada komandan Zero.

   "Hah! Tanpa basa basi ya?...kalian yang di luar masuklah!" Ucap komandan Zero.

   Ada orang lain yang komandan Zero panggil, tapi siapa? Pintu terbuka, keluar dua orang yang Aida kenal yaitu 324 dan 342 datang bersamaan lalu masuk ke dalam mendekati Aida dan komandan Zero.

    "Kau di sini?" Ucap 324 bertanya pada Aida.

    "..." Aida tidak menjawab dan hanya menatap 324.

    "Hahaha! Bagus kalian datang, ada hal yang ingin aku bicarakan pada kalian bertiga, terutama kau 467" ucap komandan Zero mulai berbicara.

    324, 342 dan Aida berdiri di hadapan komandan Zero dengan tegak, mendengarkan apa yang akan komandan Zero sampaikan. Komandan Zero berjalan menuju mejanya yang ada di sudut ruangan sebelah kanan, lalu membawa beberapa lembar dokumen dan berjalan mendekat pada Aida dan yang lainnya.

    "Aku melihat dari hasil laporan kalian selama 1 bulan ini, kalian bertiga sebagai satu tim sudah menyelesaikan beberapa misi secara cepat. Tapi ada beberapa kekurangan dari tim kalian, kalian memilih untuk melakukan misi secara mandiri daripada secara kelompok.

    Ya, aku tidak tahu apa masalahnya tapi itu memang sudah biasa di setiap anggota yang ingin lebih cepat naik pangkat. Lalu mengenai pangkat kalian sebagai prajurit kamp, ada beberapa orang prajurit kamp yang meninggal saat Melakukan misi dan sekarang pangkat tersebut masih kosong.

    Aku melihat dari hasil laporan kalian, kalian bertiga yang paling teratas. Jadi, aku ingin kalian mengantikan para prajurit kamp yang sudah gugur itu". ucap komandan Zero menjelaskan.

   324 dan 342 mulai tegang, kenaikan pangkat tentu saja bisa mengubah kehidupan mereka. Pangkat yang tinggi bisa membuat siapapun tunduk di bawahnya, namun Aida. Aida hanya berekspresi biasa saja, karena Aida tidak terlalu tertarik dengan yang namanya pangkat. Yang penting bagi dirinya asal dirinya hidup saja, pangkat hanya sementara saja dan bisa di ubah ubah, tapi dengan yang namanya nyawa hanya bisa di miliki satu kali saja dan tak dapat di ubah ubah.

    "324!" Ucap komandan Zero dengan tegas.

   "Ya komandan!" Jawab 324.

   "Kini pangkatmu aku naikkan, kini kau adalah 006. Selamat dengan kenaikan pangkatmu" ucap komandan Zero.

    "Ya komandan!" Jawab 324 dengan senang karena dirinya kini beralih nama serta pangkat menjadi 006, senyum bahagia tampak di wajahnya.

    "342!" Ucap komandan Zero.

    "Ya komandan!" Ucap 342.

    "Kini kau menjadi 026, kau harus memperbanyak latihanku agar bisa menyusul 006" ucap komandan Zero.

   "Baik komandan!" Jawab 342 yang senang dirinya di ubah pangkat serta nama menjadi 026, biarpun berbeda 20 angka tapi itu angka yang bagus menurutnya.

   "467!" Ucap komandan Zero.

   "Saya komandan!" Ucap Aida.

   "Kau telah membuat lonjakan yang begitu besar, kau aku naikkan pangkat menjadi 001" ucap komandan.

    006 dan 026 terkejut, 001? Itu adalah pangkat teratas sebagai seorang prajurit. Pangkat 001 yaitu sebagai kapten prajurit kamp.

   "Mulai hari ini, kau bisa memerintah yang lain yang berada di bawahmu. Gunakan pangkatmu itu dengan baik, aku harap kau bisa bekerja lebih baik lagi. Kalian di beri cuti selama tiga hari, kalian bebas menghabiskan waktu tiga hari itu semau kalian" ucap komandan Zero yang lalu pergi ke luar meninggalkan Aida dan teman temannya di dalam.

    Aida dan yang lain masih diam di tempat, namun tak lama setelah itu 006 menarik kerah baju Aida agar Aida menatap wajahnya.

   "Sialan, kenapa kau yang di pilih menjadi 001?! Padahal kami di sini lebih dulu sebelum kau!...hahaha, trik licik apa yang kau gunakan agar bisa mendapatkan pangkat itu hah?!" Ucap 006 dengan raut wajah marah pada Aida, Aida hanya membalas menatap dingin pada 006.

   "Apa yang kau maksud, 006?" Ucap Aida dengan nada suara dingin. 026 hanya diam menyaksikan saja.

   "Hahaha! Apa memangnya kami tidak tahu apa yang akan para wanita lakukan demi memiliki apa yang dia inginkan? Kau pasti menggunakan tubuhmu agar naik pangkat dengan cepat" jawab 006.

   Aida sedikit mengerutkan dahi, tatapannya jadi tajam pada 006. Bisa bisanya orang di hadapannya ini menuduh tanpa ada bukti, lagipula Aida tak tertarik dengan pangkat, dan dirinya juga masih memiliki harga diri sebagai wanita. Dirinya tidak akan memberikan tubuhnya sendiri pada orang lain hanya untuk kenaikan pangkat.

   "Hah?! Kau bilang apa tadi? Berani sekali kau menuduhku seperti itu" ucap Aida mulai marah dirinya di fitnah oleh 006.

   "Pelaku kejahatan mana mungkin akan mengaku, biarpun kau tutupi kejahatan busukmu itu, tapi suatu hari nanti pasti akan terungkap juga" ucap 006 lalu melepaskan kerah baju Aida dengan sedikit mendorongnya agar Aida agak menjauh dari hadapannya.

   "Aku akan pindah asrama, aku tak Sudi sekamar dengan wanita busuk seperti dirimu"ucap 006 lalu pergi menjauh keluar dari dalam gedung tersebut.

    Aida hanya diam menahan amarah pada 006, bagaimana tidak akan marah jika dirimu di fitnah seperti itu? 026 diam menatap Aida dengan tatapan jijik. Lalu dirinya berjalan mendekati pintu, namun saat berada di depan pintu langkahnya di terhenti.

   "Aku juga akan ikut pada 006, aku akan pindah asrama. Kau tahu hal apa yang sangat aku tidak sukai? Yaitu adalah perbuatan licik karena ego sendiri, aku harap kau belajar dari kesalahanmu, 001" ucap 026 tanpa berbalik badan dan langsung membuka pintu, meninggalkan Aida sendirian.

    Aida diam sambil menunduk, terlihat wajahnya memerah menahan amarahnya. Dada Aida sedikit sesak karena menahan emosinya, dengan tatapan tajam Aida mengepalkan kedua telapak tangannya. Ingin rasanya dirinya menghajar 006 karena berani memfitnahnya seperti itu.

    Aida yang terlanjur marah dan kesal, mengeluarkan pisau dari sarungnya yang ada di paha kanan, "sialan!" Aida berteriak kesal, di lemparnya pisau tersebut ke sembarang arah dan menancap di Ding Ding yang kuat.

    Nafas Aida sedikit terengah engah karena dadanya terasa sakit dan sesak, serta kedua matanya terasa perih dan terlihat memerah.

    Di tengah tengah amarahnya, Aida tiba tiba tidak bisa bergerak selama 3 detik. Lalu setelah itu terasa kepalanya dan tubuhnya sakit seperti di setrum. Aida mengerang kesakitan, kepalanya mulai pusing dan sakit, sampai Aida berlutut di lantai karena tubuhnya tak kuasa menahan rasa sakit dan pusing.

    Aida berlutut sambil memegang kepalanya, di dalam kepalanya seperti ada suara decitan yang sangat keras. Aida berteriak kesakitan, entah apa yang terjadi pada dirinya.

   Hingga tiba tiba Dokter Cris datang masuk ke dalam bangunan tersebut dan mendekati Aida yang terus mengerang kesakitan.

   "Aida apa yang terjadi? Kau kenapa?" Ucap Dokter Cris khawatir melihat keadaan Aida.

   Aida tidak menjawab dan terus mengerang kesakitan, semakin lama tubuh dan kepalanya semakin sakit. Tubuh Aida terlihat gemetaran dan keringat dingin mulai membasahi dahinya.

   Dokter Cris yang melihat kondisi Aida semakin memburuk segera menggendongnya, lalu berlari ke luar untuk membawanya ke ruangannya agar bisa di obati.

    Dokter Cris memasukan Aida ke dalam mobil dan Dokter Cris segera masuk ke mobil dan menghidupkan mobil. Tanpa menunggu lama, mobil sudah menyala. Dokter Cris langsung tancap gas, saat pintu gerbang baru terbuka setengahnya Dokter Cris memaksakan mobilnya agar keluar. Beberapa penjaga sontak langsung menghindar karena takut tertabrak.

    Untung saja gerbang bisa di lewati dengan mobil yang di tumpangi Dokter Cris. Dokter Cris terus melakukan mobilnya, di lihat dari kaca dasboard Aida tampaknya pingsan karena tak kuasa menahan sakit. Dokter Cris yang khawatir semakin kuat menginjak pedal gas mobil.

    Hingga tiba di kamp, Dokter Cris menghentikan mobilnya tepat di depan tenda tempatnya Dokter Cris. Dokter Cris dengan cepat turun dari mobil dan membawa tubuh Aida yang terkulai lemas dengan wajahnya yang mulai memucat.

    Dokter Cris membaringkan Aida di atas kasur, lalu dirinya mengambil sesuatu dari dalam bajunya. Sebuah kunci kecil berwarna putih dengan gagang kunci tersebut berbentuk segitiga yang di tengahnya ada satu mata. Kunci tersebut di sembunyikan di dalam baju Dokter Cris dan di jadikan kalung agar tidak hilang.

    Dokter Cris berjongkok di bawah mejanya, ada sebuah laci di pinggiran mejanya yang tersembunyi. Bagian depannya hanya seperti ukiran meja pada umumnya namun di bawahnya terdapat lubang kunci. Dengan segera Dokter Cris memasukan kunci yang dia pegang pada lubang kunci di bawah meja tersebut.

   Terdengar bunyi clek, dan laci pun bisa di buka. Di dalamnya ada sebuah kotak persegi panjang berwarna putih yang terdapat sebuah kode 3 digit. Dengan cepat Dokter Cris membuka kunci tersebut dengan 3 kode. Saat kotak tersebut di buka, ada sebuah jarum suntik dan sebotol cairan berwarna bening.

    Dokter Cris segera mengisi jarum suntik tersebut dengan cairan yang ada di dalam botol kecil tersebut. Lalu dengan setengah berlari Dokter cris menghampiri Aida yang masih pingsan.

   Terlihat di tangan Aida ada semacam garis hitam yang sudah merambat sampai ke bagian lehernya, dokter cris segera menusukkan jarum suntik tersebut yang berisikan cairan dari botol kecil tadi.

   Perlahan Aida mulai membaik, garis kehitaman Yang ada di tangan dan lehernya sedikit demi sedikit menghilang. Dokter Cris bernafas lega, untunglah dirinya sempat memberikan obat tadi.

   Dokter Cris membereskan kembali kotak dan jarumnya ke dalam laci dan menguncinya kembali, dilihat Aida masih diam membisu. Dokter Cris mendekati kembali Aida dan menyelimutinya menggunakan selimut berwarna putih.

    Terlihat tatapan sedih dan kecewa jelas di wajah Dokter Cris, biasanya Dokter Cris selalu tersenyum setiap saat. Kini wajahnya terlihat murung melihat kondisi Aida, Dokter Cris berjalan ke luar tenda.

    Di luar keadaan kamp terlihat sedikit sepi karena hari sudah mulai sore, terlihat langit berwarna kejinggaan dan burung burung malam mulai keluar untuk mencari makanan.

   "Ini harus cepat selesai" ucap Dokter Cris pelan lalu melanjutkan kembali langkahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!