Scarlet tahu jika Darius adalah sosok yang tidak mudah mempercayai orang lain dan selalu curiga. Jika dia menolak permintaannya maka Darius pasti akan mengawasinya nanti.
Scarlet mencoba menenangkan diri dan dengan suara lembut berkata, "Tuan Fergus, karena anda sudah mempercayai saya maka saya tidak bisa menolak permintaan anda."
Saat Darius mendengar ucapan wanita itu, semua rasa curiga dihatinya pun hilang. Mengetahui jika Darius tidak lagi mencuriganya, Scarlet pun langsung mengubah topik pembicaraan.
"Tetapi Tuan Fergus, seperti yang anda ketahui jika keterampilan medis keluarga Johanson tidak pernah diperlihatkan kepada siapapun sebelumnya. Jadi saya ingin bertemu dengan Nyonya Fergus secara pribadi."
Darius mendongakkan kepala tanpa merubah ekspresi wajahnya. Dia terdiam sejenak sambil mempertimbangkan permintaan dokter itu. "Baiklah." dia pun menyetujui lalu menatap kearah asistennya yang berdiri disampingnya.
"Bawa Dokter ini ke kediaman Keluarga Fergus."
"Baik Tuan." jawab Miller mengangguk. Lalu dia pun mengajak Dokter wanita yang sebenarnya adalah Scarlet itu menuju ke kediaman keluarga Fergus.
Setelah kembali ke kediaman keluarga Fergus, Darius membawa Scarlet menuju ke kamarnya. Wanita itu menatap pintu kamar yang tertutup rapat didepannya dengan jantung berdetak kencang.
Dia merasa cemas jika penyamarannya akan terbongkar. Pintu kamar itu tertutup rapat dan tidak terdengar suara apapun dari dalam. Miller melirik kearah Darius dan berkata, "Saya akan memanggil Nyonya Fergus!"
Scarlet mengeryitkan alisnya lalu mengerjapkan matanya. 'Aku tidak boleh membiarkan Miller masuk kedalam! Jika dia mengetahui kalau aku tidak ada didalam kamra maka Darius pasti akan semakin mencurigaiku.' pikir Scarlet.
Dengan cepat dia pun langsung menghentikan langkah Miller yang membuat pria itu kaget. "Dokter, apa yang anda lakukan?"
Darius menatap serius kearah Scarlet dan tatapan matanya penuh selidik membuat Scarlet semakin ketakutan. Untungnya dia memakai cadar sehingga tidak ada seorangpun yang melihat betapa pucat wajahnya saat ini.
Dengan suara tenang, dia berkata. "Berdasarkan apa yang diajarkan oleh guruku, biasanya orang dengan keterbelakangan mental bersikap kekanak-kanakan dan lebih sering tertidur seperti anak kecil. Menurutku mungkin Nyonya Fergus sedang beristirahat sekarang."
Mendengar itu Miller dan Darius saling bertukar pandang. Lalu Miller berkata. "Kalau begitu saya akan membangunkan Nyonya Fergus."
"Tidak bisa. Jika Nyonya Fergus di paksa bangun maka dia akan mengamuk. Akan sulit bagiku untuk mengobatinya, kalian para lelaki selalu bersikap agresif. Biarkan aku yang melakukannya, aku seorang dokter dan tahu cara mengendalikannya."
Miller hanya bisa terdiam mendengar perkataan wanita itu. Dia menatap Darius seolah meminta persetujuan. Scarlet yang melihat kedua pria itu pun menampakkan rasa ketidaksenangannya.
"Ada masalah apa? Kalian tidak mempercayaiku? Jangan lupa siapa yang telah menyelamatkan nyawa Tuan Besar Fergus."
Ekspresi wajah Darius langsung berubah begitu mengingat tentang kakeknya yang sudah melewati masa kritisnya dengan bantuan dokter ajaib itu.
Dia mengangkat tangannya mempersilahkan Scarlet untuk masuk ke kamar itu, "Maaf sudah menyulitkanmu, dokter."
Scarlet langsung berbalik tanpa merespon ucapan Darius dan membuka pintu kamar. Saat dia sudah memasuki kamar, Scarlet langsung menghela napas lega. Dengan cepat dia buru-buru menutup pintu kamar lalu menguncinya.
"Fuuuuhhhhhh! Hampir saja!" ucapnya lirih namun ekspresi wajahnya yang tadi menegang kini sudah terlihat tenang.
Sementara Darius dan Miller menunggu diluar kamar. Hingga beberapa menit sudah berlalu dan tidak terdengar suara apapun dari dalam kamar. Miller tidak dapat menahan diri lagi karena merasa penasaran ingin mengetahui apa yang terjadi didalam kamar itu.
"Tuan Fergus, kenapa kita tidak......."
Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba terdengar suara dari dalam kamar diiringi dengan suara yang terdengar panik. "Jangan masuk kesini! Huuuuaaa........."
Darius mengerutkan alisnya dan tanpa berkata apapun dia langsung membuka pintu kamar. Saat dia melihat situasi didalam kamar, dia menaikkan alisnya. Kondisi kamar sangat berantakan, jendela terbuka lebar dan tirai tersibak.
Dokter itu berdiri didekat jendela dan menggerakkan bahunya dengan ekspresi wajah polos. Darius terlihat sangat kecewa lalu dia berjalan cepat menuju jendela lalu menatap kebawah.
Dia bisa melihat dua jejak kaki di jendela tetapi tidak ada siapapun disana. Karena takut jika istri bodohnya itu melarikan diri lagi sehingga dia memindahkan kamarnya ke lantai satu. Darius bahkan memasang kamera pengawas tambahan di kamar dan area luar kamar.
Darius tidak tahu darimana wanita itu mempelajari trik melarikan diri. Ekspresi wajahnya menggelap lalu dia menoleh kearah dokter itu dan bertanya, "Apa yang terjadi?"
Scarlet menelan salivanya dan masih memasang eskpresi polos berkata, "Semuanya berjalan dengan baik. Tapi saat saya mengeluarkan jarum suntik tiba-tiba saja Nyonya Fergus berteriak dan melarikan diri. Sepertinya dia sangat ketakutan."
Mendengar itu Darius pun kehilangan akal dan tak tahu harus berkata apa lagi. Scarlet memang selalu bersikap seperti itu dan Darius tidak curiga sama sekali.
Ekspresi wajahnya melunak dan dia kembali bertanya, "Bagaimana dengan kemampuan berpikirnya? Apakah menurut anda, masih bisa disembuhkan? Atau mungkin ada peluang untuk sembuh?"
"Ya, tentu saja. Penyakit istri anda diakibatkan oleh tekanan batin dan depresi. Meskipun efeknya sudah mendalam tapi masih bisa disembuhkan. Saya ingat guruku punya buku pengobatan tradisional yang bisa menyembuhkan jenis penyakit ini. Aku akan kembali dulu untuk mengambil buku itu. Setelah itu aku akan mengatur pertemuan berikutnya dengan Nyonya Fergus."
Darius tidak menyangka sama sekali jika dokter itu akan menemukan cara untuk menyembuhkan istrinya. Dia merasa senang dan berkata, "Kapan anda bisa datang lagi untuk menemuinya?"
"Datang kembali?" Scarlet sedikit terkejut. Dia tidak menyangka Darius akan mengatakan itu dan mengharapkan kedatangannya lagi untuk mengobati istrinya.
'Tentu saja aku tidak akan datang lagi. Aku tidak akan memberimu kesempatan untuk menyelidiku!' gumam hati Scarlet. Setelah diam sejenak dia pun mendapatkan ide.
"Saya memiliki rumah disini dan biasanya saya mempelajari obat-obatan disana. Bagaimana jika anda meminta Nyonya Fergus saja yang data ke rumahku setiap hari Jumat? Saya akan merawatnya secara pribadi." ucap Scarlet tersenyum dibalik cadarnya.
Dia diam sejenak, karena dia khawatir Darius tidak akan setuju maka dia pun kembali bicara, "Lingkungan tempat tinggalku sangat bagus. Dan sangat cocok untuk tempat perawatan, lingkungannya nyaman dan indah."
Darius merasa tertarik dan dia pun langsung menyetujui dengan menganggukkan kepala. "Baiklah. Saya setuju saran anda."
Miller merasa tidak nyaman dan sedikit curiga, dia berusaha menyakinkan Darius dan dengan suara pelan berkata, "Tuan Fergus......."
Darius mengangkat tangannya dan menghentikan Miller, "Aku tahu apa yang kulakukan! Kau tidak perlu khawatir."
Darius merasa yakin jika dokter itu tidak akan membohonginya. Lagipula, tidak ada seorangpun di kota ini yang berani membohonginya apalagi menipunya.
Akhirnya masalah ini pun terselesaikan, Scarlet merasa lega dan dia pun langsung meninggalkan kamar itu dengan langkah cepat. Saat dia melangkah keluar, Scarlet tersenyum lebar dibalik cadarnya.
Dia berhasil keluar dari situasi yang tidak menyenangkan itu. Scarlet tiba-tiba ingat jika Cindy dan ibunya selalu pergi keluar kota setiap hari jumat. Dan disaat seperti itu, mereka tidak akan punya waktu untuk menyelidiki Scarlet.
Maka semua rencananya akan berjalan lancar tanpa ada gangguan. Kini dia punya kesempatan untuk menjalankan rencana berikutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
arniya
banyak misteri...,
2024-04-20
1
Cahaya yani
semngt up ny thooorr
2024-02-03
1
Sri Rahayu
lanjut Thorr 👍👍👍😘😘😘
2024-02-03
1