“Keaton, apakah kau serius?” tanya Barry Balthazar mengerjapkan matanya.
“Iya aku serius paman.” Keaton menganggukkan kepala.
Saat ini Barry bisa melihat kepedulian Keaton pada putrinya. Dia pun berkata kepada pelayan, “Panggil Cindy untuk datang kesini segera! Ada tamu yang sedang menunggunya.”
“Baik, Tuan.” jawab pelayan itu segera bergegas memanggil Cindy.
Cindy tidak pernah memiliki perasaan apapun pada Keaton, jadi dia tidak mempedulikannya sampai pelayan itu datang dan memintanya segera turun kebawah sesuai perintah ayahnya.
Dengan terpaksa Cindy menuruti permintaan ayahnya dan segera turun ke bawah. Saat Cindy berjalan menuju ke ruang tamu, mata Keaton langsung berbinar menatapnya.
Keaton tertarik dan tergila-gila pada pesona Cindy saat pertama kali dia melihat gadis itu di acara pesta anggur tiga tahun lalu. Saat dia menatap Cindy, dia bisa melihat mata gadis itu merah dan agak bengkak akibat menangis, itu membuat hatinya sedih dan sakit.
“Tentang kejadian hari ini, semua itu kesalahan si bodoh! Keluarga kami akan kacau balau dengan kehadiran si bodoh itu.” Keaton bicara dengan sinis.
Cindy menatap Keaton serius setelah dia mendengar perkataan Keaton tentang Scarlet.
“Keaton? Apakah kau mempercayai Cindy?” tanya Jenni dengan senyum diwajahnya sembari berjalan membawa sepiring buah potong.
“Tentu saja, aku percaya pada Cindy! Kenapa aku harus mempercayai si wanita bodoh itu?” Keaton pun berkata dengan yakin.
“Cindy, percayalah padaku. Aku berada dipihakmu untuk saat ini.” ujar Keaton. Dia tidak pernah menyukai Darius yang sombong dan kejam.
Mereka berasal dari keluarga yang sama tapi Darius selalu mendapatkan perhatian dan jadi prioritas utama dari semua orang. Mereka lebih mempercayai Darius dalam hal mengelola perusahaan dan semua kekayaan keluarga Fergus. Sedangkan Keaton selalu menjadi nomor dua.
Karena tidak mudah untuk menghadapi Darius, maka dia pikir sebaiknya dia memulai untuk menghadapi istri Darius yang bodoh itu!
*******
“Hei…..hei…..kita bermain petak umpet.” Scarlet berlarian di halaman belakang dengan lolipop di mulutnya. Para pelayan merasa kelelahan namun tidak bisa berkata-kata. Berapa lama lagi mereka harus bermain dengan wanita bodoh ini?
Scarlet berlari kearah gerbang saat tidak ada seorangpun yang melihatnya. “Kemarilah dan tangkap aku!” teriaknya bersemangat sambil melompat-lompat.
Dia sudah bersiap-siap hendak berlari keluar. Namun teriakan seorang pelayan membuatnya menoleh, “Nyonya Fergus, anda tidak bisa pergi keluar!” Dua orang pengawal berseragam hitam yang sedang bertugas menatapnya sekilas lalu berusaha menghentikannya.
“Woooowwww dua orang jahat!” Scarlet berteriak sambil meneteskan airmata.
Kedua pengawal itupun berhenti dan menatap Scarlet. Bagi wanita itu kedua pengawal itu bukan masalah besar untuk dihadapi. Sejak pesta malam itu, Darius menambah pengawalan untuk mengawasi Scarlet setiap hari.
Sepertinya Darius mulai mencurigai Scarlet, jika tidak, untuk apa dia menambah pengawal dirumah untuk mengawasinya. Bukan hal yang yang sulit bagi Darius untuk menyelidiki Scarlet.
“Hmmm…..pria jahat! Aku tidak mau bermain petak umpet dengan kalian lagi!” Scarlet menarik napas lalu membalikkan badan setelah meneriaki kedua pengawal itu.
Kedua pengawal itu saling berpandangan tak berdaya. Disaat bersamaan mereka berpikir jika Darius bertindak berlebihan. Kenapa seorang wanita bodoh memerlukan perlindangan seperti ini?
Scarlet terus berlari sambil menghapus airmatanya. Setelah dia melewati kamera pengawas, dia berhenti dan menatap kearah kamera.
Lalu dia menatap tajam kearah kamera dengan serius. Namun itu terjadi hanya dalam beberapa detik saja. Rekaman kamera CCTV terhubung langsung ke ruang kerja CEO di gedung Fergus Group. Miller yang ditugaskan oleh Darius mengawasi rekaman kamera menatap lurus kearah monitor.
Dia terkejut melihat tatapan mata Scarlet yang tajam kearah kamera. Miller mengerjapkan matanya lalu menatap ke layar monitor lagi. Tampak Scarlet sedang menghapus airmatanya dan menangis. ‘Apa aku berhalusinasi barusan? Sepertinya tadi aku melihatnya menatap tajam kearah kamera?’
Darius sedang menatap dokumen dengan serius, saat dia menyadari keanehan sikap asistennya itu, dia pun menatapnya dan bertanya, “Apa ada yang salah?”
“Tidak ada Tuan Fergus, Nyonya…..” Miller menjawab tapi kemudian dia mengingat tatapan mata Scarlet barusan dan dia tidak tahu harus mengatakan apa.
“Ada apa dengannya?” Darius meletakkan penanya dan mengambil ipadnya.
“Nyonya Fergus baik-baik saja.” Miller menyerahkan ipad kepada Darius.
Sudah tiga hari lamanya sejak Darius menugasi Miller untuk mengawasi aktifitas Scarlet sehari-hari. Istri sang CEO itu tidak bersikap seperti orang normal pada umumnya kecuali saat dia sedang tidur.
Dan apa yang tadi dilihatnya mungkin hanya halusinasi karena dia kelelahan dan mulai melihat hal-hal lain. Darius sedang mengamati rekaman kamera pengawas sampai dia menemukan keberadaan Scarlet.
Setelah memandanginya selama beberapa saat, dia tidak melihat hal yang aneh dan mengembalikan ipadnya kepada Miller.
"Tuan Fergus, apakah kita harus terus mengawasi Nyonya Fergus seperti ini?" Miller mengambil ipad dan bertanya dengan nada cemas. "Bagaimana jika seandainya kakek anda mengetahui tentang hal ini......"
"Terus awasi dia!" Darius berkata dengan penuh keyakinan. Sejak kejadian di pesta itu, instingnya mengatakan kalau perempuan yang menjadi istrinya itu hanya berpura-pura bodoh untuk mengelabuinya.
Dia tidak akan pernah membiarkan wanita seperti itu melakukan hal-hal buruk kepada keluarganya! Dan, dia juga ingin mencari tahu apa alasan Scarlet memasuki keluarga Fergus!
Hanya dengan cara mengawasi gerak geriknya maka Darius pasti akan bisa mengungkapkan semuanya. Mau sampai kapan perempuan itu bisa berpura-pura bodoh? Dia sangat yakin, hanya dalam waktu singkat saja rahasia Scarlet pasti akan terungkap.
Setengah jam kemudian, Miller yang terus menatap layar monitor mengawasi kamera pengawas pun tiba-tiba berdiri. Tadinya dia duduk di sofa namun saat dia melihat sesuatu, sontak langsung berdiri. "Tuan Fergus!"
"Ada apa?" tanya Darius.
"I--itu.....Nyonya Fergus hilang!" ucap Miller dengan suara bergetar.
Darius memicingkan matanya menatap asistennya itu. Sepertinya wanita itu sudah tidak bisa menunggu lebih lama untuk mengungkapkan jati dirinya.
"Siapkan mobilku! Aku kembali ke villa sekarang1" perintah Darius dengan ekspresi serius.
"Baik, Tuan."
Sementara itu di villa, semua orang sedang panik. "Nyonya Fergus! Nyonya Fergus! Anda berada dimana?" suara teriakan para pelayan dan pengawal yang memanggil Scarlet.
Mereka berpencar di seluruh villa untuk mencari keberadaan Scarlet yang tiba-tiba saja menghilang tanpa sepengetahuan siapapun.
Sedangkan Scarlet yang berdiri sambil bersembunyi dari kamera pengawas sudah merubah riasan wajahnya dan dia mengamati semua orang yang terlihat panik mencarinya. Scarlet menyunggingkan senyum tipis dan tetap bersembunyi hingga situasi aman.
Kemudian dia berbalik dan melompati pagar setinggi dua meter dengan mudah. "Kalian harus berusaha lebih keras dari ini jika ingin terus mengawasiku." gumamnya menyeringai.
Sementara Scarlet sudah berhasil melompati pagar dan sekarang berada dibalik pagar. Dia menurunkan topinya dan berjalan menuju kearah kota. Scarlet kembali ke kota ini karena dia ingin membalaskan dendamnya pada Cindy dan ibunya. Selain itu, dia juga mempunyai misi penting yang harus diselesaikannya.
Yaitu menemukan keberadaan kakeknya yang diculik dan dijadikan tawanan oleh seseorang. Scarlet yakin jika yang melakukan itu adalah Cindy dan ibunya. Saat Scarlet berumur sebelas tahun, kakeknya membawanya pulang ke keluarga Balthazar dan menamainya Scarlet.
Pada saat itu dia tidak mengingat semua hal tentang kehidupannya sebelum dia berumur sebelas tahun. Ingatannya baru dimulai saat dia kembali ke keluarga Balthazar. Barry tidak memperlakukannya buruk dan juga tidak memperlakukannya baik.
Namun, Cindy dan ibunya memperlakukan Scarlet sangat buruk seolah dia itu adalah penghalang. Mereka pernah mencoba mengusirnya dari rumah beberapa kali ketika kakeknya sedang tidak ada. Untuk membuat Scarlet tetap bertahan di keluarga itu, kakeknya mengadopsinya.
Bukan itu saja, pria tua itu bahkan memindahkan saham miliknya di perusahaan kepada Scarlet. Selain Barry Balthazar, Scarlet adalah pemegang saham terbesar kedua di Balthazar Group. Tiga tahun lalu, Cindy dan ibunya ingin membunuh Scarlet untuk mengambil saham miliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
arniya
makin seru.......
2024-04-20
1
nacho
😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘ok
2024-02-03
1