Bab 6.

"Jadi sebenarnya ini bagaimana masalah Fahmi sama istrinya itu? Apa memang benar kalau Fahmi sudah ndak kerja lagi?" tanya Mbah Kakung.

Samar-samar, Renata masih bisa mendengar percakapan ketiga orang yang berada di ruang tamu itu. Sengaja ia tetap membuka pintu kamarnya.

"Bapak kok malah jadi curiga sama cucu sendiri sih? Bapak kan tau kalau Fahmi itu anak yang pintar dan pekerja keras. Dulu aja Fahmi merelakan diri untuk tak melanjutkan S2 nya karena ingin menikahi perempuan itu. Jadi nggak mungkin sekali kalau Fahmi menipu kita semua." sewot Bu Parti.

"Kalau Bapak ndak percaya, sekarang saya telpon Fahmi saja lah. Biar Bapak dengar sendiri kalau Fahmi saat ini lagi kerja."

Tuutt... tutt... tuuut...

Terdengar Bu Parti sedang melakukan panggilan. Lantaran Bu Parti sengaja meloudspeaker panggilannya.

"Halo, Bu! Ada apa? Aku lagi sibuk ini." sahut Fahmi, namun di lain sisi juga terdengar suara hiruk pikuk jalanan.

"Maaf, Nak. Ibu cuma mau tanya, sekarang kamu lagi dimana?" tanya Bu Parti dengan lembut.

Ya, Bu Parti selalu bersikap lemah lembut pada ada semata wayangnya itu. Dan Bu Parti akan selalu menjadi garda terdepan untuk melindungi sang anak. Entah itu sang anak yang salah atau yang benar. Yang penting dia tak mau Fahmi sampai menderita atau di salahkan oleh orang lain.

"Astaga, Bu. Ya jelas aku lagi kerja lah. Kan aku sudah bilang sama ibu berulang kali. Masa Ibu nggak percaya sih sama aku?"

"Bu-bukan begitu, Nak. Ini masalahnya Mbah Kakungmu dateng. Terus dia nggak percaya kalau saat ini kamu sedang kerja. Semua ini gara-gara istrimu itu. Sampai bikin Mbah Kakung curiga sama kamu."

"Apa? Mbah Kakung ada di rumah?" seru Fahmi yang terdengar terkejut. "Kok Mbah mau dateng nggak kasih kabar dulu, Bu? Aku usahain libur kerja nanti bakal pulang. Tolong sampein ke Mbah ya, Bu. Aku minta maaf, karena saat ini sedang sibuk kerja."

"Ya, nanti bakal Ibu sampaikan. Oh iya Fahmi, ada satu lagi yang mau ibu tanyakan sama kamu, ini soal uang gajimu."

"Kenapa lagi sama gajiku, Bu?"

"Kamu selama ini kasih nafkah ke Renata kan? Terus uang bayar listrik dan air itu uang dari kamu kan?"

"Pastinya, Bu. Bahkan setelah gajiku masuk ke rekening, gajiku aku serahkan ke Renata. Aku hanya minta untuk uang bensin sama makan di tempat kerja aja. Aku kan suami yang bertanggung jawab sama anak dan istri. Ya sudah kalau gitu aku balik kerja lagi ya, Bu. Nggak enak dari tadi di lihatin sama atasanku. Assalamualaikum!" lalu panggilan terputus begitu saja.

Sedangkan di dalam kamar, Renata geram bukan main setelah mendengar ucapan Fahmi yang mengatakan bahwa dia lah yang sudah keluar uang selama ini. "Bisa-bisanya kamu bohong sedemikian rupa. Aku rela membantu membayarkan uang tagihan listrik dan air tiap bulan, lantaran merasa itu sudah kewajiban karena kita masih numpang di sini. Tapi aku nggak rela kalau itu semua nggak kamu akuin, Fahmi! Apalagi orang tuamu dan Mbah Kakung sampai menganggap kalau aku nggak berguna sama sekali. Istri yang hanya bisa hura-hura saja."

##

"Nah, kan Bapak dengar sendiri barusan. Memang si Renata nya aja yang suka ngadu domba kita semua. Bilang nggak di kasih nafkah, padahal hampir semua gaji Fahmi juga dia yang pegang." tutur Bu Parti berbangga diri. Begitupun dengan Pak Seno. Semakin melambunglah mereka setelah panggilan berakhir.

"Baguslah kalau begitu. Berarti gaji Fahmi itu masuk ke rekening Fahmi sendiri kan? Tapi tiap bulan dia kasih ke Renata?" Mbah Kakung manggut-manggut dengan kesimpulannya.

"Iya ternyata, Pak. Berarti nanti aku tinggal bilang aja ke Fahmi kalau Renata nggak usah di transfer lagi bulan ini. Aku minta aja Fahmi langsung transfer ke aku kalau mau bayar tagihan ini itu." ungkap Bu Parti, lalu bangkit berdiri.

"Kenapa Ibu nggak bilang aja tadi sekalian ke Fahmi? Kan kita juga nggak tau kapan tanggal Fahmi gajian? Bagaimana kalau ternyata besok atau hari ini dia gajiannya? Kan keburu Renata yang dapet, Bu?" Pak Seno sedikit gusar dengan pemikirannya sendiri.

"Maunya sih gitu, Yah. Tapi kan ayah tau sendiri kalau tadi Fahmi sedang sibuk banget?" Bu Parti memanyunkan bibirnya persis bebek.

"Lalu itu kalau Renata mau pergi, apa kamu biarkan saja?" tanya Mbah Kakung yang masih ragu.

Bu Parti menghentikan langkahnya. Lalu berpaling ke belakang. "Biar sajalah. Toh bisa apa dia kalau tanpa Fahmi. Lagipula kalau dia sampai benar-benar berani keluar dari rumah ini, ya berarti dia sudah siap di cemooh sama orang-orang."

Kemudian Bu Parti melanjutkan langkah kakinya menuju kamar Renata. Sampai di depan pintu ia langsung saja mengeluarkan semburannya.

"Saya rasa kamu sudah dengar kan tadi percakapan saya sama Fahmi di telpon?"

Renata menghentikan kegiatannya, lalu duduk di pinggir tempat tidurnya. "Lalu?"

Bu Parti melotot tak suka dengan reaksi yang Renata perlihatkan. Bagaimana bisa Renata terkesan cuek.

"Apa kamu yakin mau tetap pergi dari sini? Memangnya kamu dan Alif bisa hidup tanpa Fahmi?" sinisnya.

"Ibu jangan khawatir soal saya dan Alif, yang seharusnya Ibu khawatirkan itu justru Fahmi. Bagaimana kehidupan dia nanti setelah saya nggak ada di rumah ini. Karena selama ini Fahmi bisa hidup enak juga dari uang gaji serta tabungan saya!" balas Renata sembari tersenyum miring.

"Hahaha! Masih saja kamu bisa membual." Bu Parti melangkah masuk ke dalam kamar sempit itu. Berdiri tepat di depan Renata, "Buat apa saya khawatirkan hidup anak saya? Dia punya kerja yang bagus serta gaji yang besar." pongahnya.

Renata hanya memutar bola mata malas.

"Saya akan pastikan kalau mulai bulan ini kamu tidak akan mendapat nafkah lagi dari Fahmi anak saya! Dan saya juga berjanji, setelah kamu keluar dari rumah ini, jangan harap saya mau terima kamu lagi untuk tinggal di sini!" imbuhnya sebelum keluar kamar.

"Nggak masalah, Bu. Saya juga nggak akan mau tinggal lagi di rumah yang nggak pernah menghargai saya." lirih Renata, entah masih bisa terdengar oleh Bu Parti atau tidak, ia tak peduli.

Lalu Renata kembali melanjutkan kegiatannya yang sedikit lagi selesai.

"Loh, kalungku kemana? Bukannya nggak pernah aku pakai kemana-mana? Tapi ini kenapa kotaknya kosong? Apa jangan-jangan sudah di ambil sama Fahmi sebelum dia pergi kemarin? Ahh, sial! Kenapa aku banyak kecolongan begini sih selama di rumah ini!" sedikit membanting kotak yang sudah kosong.

"Sudah cukup Renata! Yang hilang biarlah hilang, yang penting sekarang kamu harus bisa keluar dari orang-orang tak tau diri ini! Tata kembali hidupmu yang sudah mereka buat berantakan." sugesti Renata, sebelah tangannya mengusap air mata yang sempat terjatuh.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 17.30. Masih belum terlalu malam jika ia keluar dari rumah ini. Gegas ia memesan mobil taksi online, tujuan satu-satunya yang bisa ia tuju adalah hotel. Karena tidak mungkin jika ia pulang ke rumah Irfan. Ada rasa malu yang begitu besar.

10 menit setelah menunggu, mobil yang ia pesan telah berhenti di depan rumah. Pertama yang ia bawa keluar adalah 2 koper. Lalu ia masukkan ke bagasi mobil. Setelahnya ia kembali mengambil Alif yang masih tertidur di kamar.

Namun, saat kembali lagi ke ruang tamu kedua mertuanya itu sudah tidak ada lagi. Hanya ada Mbah Kakung yang duduk termenung.

"Mbah, saya pamit. Mohon maaf kalau selama ini saya ada salah sama Mbah." kemudian Renata mencium punggung tangannya.

"Mbah ndak tau sapa yang salah dan sapa yang benar, tapi Mbah doakan semoga kamu cepet sadar jika telah melakukan kesalahan." ucapnya lalu berlalu masuk ke dalam kamar.

Renata tertegun sesaat. "Harusnya Mbah bilang seperti itu pada anak dan cucu Mbah sendiri." gumam Renata sambil berjalan menuju mobil taksi online.

Terpopuler

Comments

Adelia Rahma

Adelia Rahma

udah re cepetan pergi biar mereka nyahok semua

2024-12-02

0

Azumi Rahmat

Azumi Rahmat

Greget bacanya thor

2024-11-15

1

Ds Phone

Ds Phone

kau cari hidup mu sendiri

2024-10-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!