Sesampainya di sekolah, pembelajaran kembali di mulai seperti biasanya. Di mana setiap kelas kembali mencoba mengikuti dan mempelajari beberapa hal tentang sihir yang di ajarkan oleh Guru mereka.
Namun yang membedakan hari ini dengan hari hari biasanya adalah, saat aku dan Tadashi pergi ke kantin, beberapa murid mulai menyapa dan ada beberapa yang mencoba mengobrol dengan ku. Awalnya aku bingung mengapa mereka mencoba untuk mengobrol dengan ku dan bahkan menyapa diriku hingga aku bertanya pada Tadashi.
Tadashi menjawab dengan mengatakan bahwa beberapa murid sebenarnya mulai membicarakan diri ku. Sepertinya setelah ujian pertarungan sihir selesai di adakan, beberapa dari mereka merasa penasaran dengan ku dan ingin mencoba mengenal serta dekat dengan ku.
Aku yang mendengar hal itu lantas berusaha untuk bersikap seperti biasanya saja. Di tambah hari ini aku pergi ke sekolah ini tidak sendirian. Selama kelas di mulai hingga jam istirahat, Shilpy tampak nyaman mengikuti ku kemana saja, ia sama sekali tidak menyusahkan ku atau bahkan membuat ku repot dengan kehadirannya.
Dengan manisnya ia terus duduk di bahu ku seraya memperhatikan sekeliling.
Lalu pada saat bel pulang sekolah berbunyi, aku berpisah dengan Tadashi di depan gerbang sekolah. Aku kembali berjalan menuju parkiran untuk mengambil sepeda ku dan bergegas pulang ke rumah.
****
Sesampainya di rumah, aku mencoba mengistirahatkan tubuh ku sebentar, hingga pada saat hari mulai menjelang sore, aku mengajak Shilpy untuk pergi ke bukit, bukit yang biasanya sering aku datangi.
Di bukit.
"Shilpy, bisakah kamu kemari" pinta ku padanya yang masih terlihat berada di dekat sepeda yang aku taruh di samping pohon itu sebelumnya.
Shilpy mulai mendekat kearah ku. Lalu dengan menggunakan mata dewa aku mencoba untuk melihat dan mengecek pergerakan mana di dalam tubuhnya.
Dan di sana aku melihat mana milik Shilpy benar benar tampak stabil dan begitu tenang, mananya sama sekali tidak berhamburan padahal ia sedang memakainya atau menggunakan mananya itu.
"A—Apa? Tunggu Shilpy, apa kamu terus menggunakan mana mu saat sedang bersama ku?".
"Benar Tuan."
"Tapi untuk apa?" tanya ku lgi.
"Mana yang aku gunakan itu akan berfungsi untuk melindungi mu Tuan serta berjaga jaga jika ada sesuatu yang berbahaya menimpa dirimu."
"Untuk melindungi ku? Apa maksudmu Shilpy?".
Shilpy meminta ku untuk melihat sekeliling dan alangkah terkejutnya aku saat menyadari bahwa ada semacam pelindung yang terus berada di sekeliling ku selama ini.
Ternyata Shilpy telah menciptakan pelindung angin yang akan selalu aktif di sekeliling ku. Dari yang aku lihat, angin ini tampak bergerak perlahan lahan.
"Apakah ini sebabnya, tadi malam aku dapat merasakan tidur dengan nuansa atau suasana yang begitu amat sejuk" ucapku dalam hati.
"Jadi maksudmu pelindung angin yang kamu ciptakan ini bisa melindungi ku? Contohnya seperti apa?" tanya ku yang masih bingung serta ragu dengan pelindung angin miliknya yang aku pikir anginnya masih terkesan begitu lemah dan seolah bisa di tembus dengan mudah.
Lalu tiba tiba, Shilpy terlihat mengangkat sebuah batu besar yang aku sendiri pun tidak tahu datangnya dari mana, dengan menggunakan sihir anginnya ia mengangkat batu itu dengan mudah lalu melemparkannya kearah ku.
Aku yang melihat hal itu sontak terkejut bukan main saat batu besar itu mulai mendekat kearah ku, namun hal yang tak kalah mengejutkan nya lagi adalah, pada saat itu juga aku melihat dengan mata kepala ku sendiri bahwa pelindung angin yang mengelilingi ku ini tiba tiba bergerak dengan sangat cepat.
WUSHHH.
Pelindung angin ini berhasil menangkis batu besar yang sebelumnya di lemparkan pada ku itu.
Sekarang aku mulai mengerti, bahwa sebenarnya pelindung angin ini seolah bisa mendeteksi sesuatu yang berbahaya mengarah pada ku.
Pelindung angin ini akan mulai bereaksi dan bergerak dengan sangat cepat untuk menangkisnya.
****
"Bagaimana jika kita mencobanya dengan ini" ucap ku begitu bersemangat.
"Sihir elemen tanah dewa segel sihir Meteorit."
Aku berencana menggunakan hujan meteor yang akan mengarah pada ku untuk mencoba membuktikan bahwa pelindung angin ini benar benar bisa melindungi ku.
Mengapa aku begitu nekat, jawabannya adalah karena aku benar benar mempercayakan diriku pada Shilpy. Aku yakin bahwa pelindung angin yang ia ciptakan untuk ku ini benar benar di buat untuk ku dengan sebaik baiknya.
Lalu pada saat hujan meteor itu semakin mendekat kearah ku, tiba tiba.
SRINGGG.
SRINGGG.
SRINGGG.
Aku bisa mendengar dengan jelas sesuatu yang terdengar seperti sebuah pisau yang sedang memotong sesuatu dengan kasarnya.
Hujan meteor mulai tampak hancur setelah mengenai pelindung angin ini dan membuat sekeliling di penuhi oleh bebatuan kecil dari kehancuran meteor itu sendiri.
Dan dari sana akhirnya aku bisa tahu bahwa tidak hanya menangkis ternyata pelindung angin ini bisa dengan mudah memotongnya dan membuatnya seketika hancur dengan sempurna.
"Ini sangat keren" ucap ku seraya menatap kearah Shilpy.
Aku sengaja menggunakan sihir elemen tanah karena ku pikir memang angin lah yang lebih kuat di bandingkan tanah.
"Shilpy?".
"Iya Tuan?'.
Aku melihat mana milik Shilpy tampak masih begitu stabil.
"Apa pelindung angin ini tidak ada kaitannya dengan mana mu, maksud ku apakah tidak akan mengganggu atau mengurangi mana mu?".
"Tidak Tuan, karena pelindung angin yang mengelilingi Tuan itu adalah angin hidup" sahutnya.
"Angin hidup? Apa maksudmu?' tanya ku bingung.
Kadang seperti biasa, Shilpy akan mengatakan sesuatu yang aku sendiri pun kadang tidak mengerti karena ia benar benar mengatakannya dengan spontan dan tanpa penjelasan yang panjang.
"Apa pelindung angin ini mempunyai pikiran sendiri?" tanya ku lagi.
"Tidak Tuan."
"Oh jadi maksud mu bisa di katakan bahwa pelindung angin ini sebenarnya mempunyai nalurinya sendiri? Bukan pikiran melainkan naluri, naluri untuk menangkis dan melindungi ku dari bahaya yang mengancam diriku."
"Benar Tuan."
"Harusnya kamu menjelaskannya dari tadi, bukan hanya diam saja dan melihat ku kebingungan sendiri."
"Maaf Tuan" ucapnya lalu tertawa.
"Kalau begitu sepertinya pelindung angin ini tidak harus aktif 24 jam Shilpy, karena akan sangat tidak lucu jika teman ku terpotong oleh pelindung angin ini."
"Begitu? Baik lah Tuan" ucapnya seraya langsung mencoba menonaktifkan atau membatalkan sihir pelindung angin miliknya.
"Shilpy, apakah kamu mempunyai keluarga?" tanya ku yang tiba tiba merasa penasaran apakah roh sepertinya memiliki keluarga atau tidak.
"Keluarga? Iya Tuan" sahutnya.
"Sungguh?".
"Dia adalah Roh Air, Roh Api dan Roh Tanah Tuan."
"Oh ternyata begitu, keluarga yang ia maksud adalah sesama roh namun dengan elemen atau sekutu yang berbeda" ucapku dalam hati.
"Eh lalu, bagaimana dengan roh cahaya dan kegelapan? Apa mereka tidak ada?".
"Cahaya? Kegelapan? Aku tidak mengerti apa yang Tuan ucapkan??" sahutnya dengan wajah dan ekspresi yang tampak kebingungan.
"Tunggu, apa kamu tidak tahu tentang sihir ini?".
"Sihir cahaya Light Ball."
Aku menunjukan sihir cahaya pada Shilpy, tepat di depan matanya.
"Wah mengesankan, tapi Tuan aku sungguh tidak tahu mengenai sihir cahaya" ucapnya.
Jika Shilpy memang tidak mengetahui sihir cahaya, apakah mungkin Shilpy adalah roh asli bumi karena memang seperti yang kita tahu bahwa memang ada elemen di bumi yang terdiri dari Api, Air, Tanah serta Angin.
"Shilpy, kapan terakhir kali kamu di Summon atau di panggil oleh Tuan mu selain aku."
"Tidak pernah Tuan."
"Tidak pernah? Benarkah? Artinya ini pertama kalinya kamu muncul di muka bumi?".
"Benar Tuan."
Pantas saja Shilpy tidak mengetahui atau paham mengenai sihir cahaya atau pun kegelapan, karena se tau ku sihir cahaya dan sihir kegelapan itu merupakan anugerah dari dewa bukan sihir yang terlahir di bumi.
Entah kenapa, ingin rasanya aku kembali melakukan Summon. Saat melakukan Summon tempo hari di bukit ini sepertinya aku sedikit terbawa suasana dengan angin di bukit ini hingga akhirnya aku berhasil memanggil roh angin pada saat itu. Jika aku melakukannya di tempat lain apakah aku akan berhasil memanggil roh yang lain.
Sepertinya untuk berhasil memanggil roh air aku harus berada di suatu tempat yang cocok, contohnya seperti danau dan aku tahu kemana harus pergi sekarang.
"Shilpy, ayo ikut dengan ku."
"Kemana kita akan pergi Tuan?" tanya Shilpy yang sudah duduk di bahu ku.
"Kita akan pergi ke danau, untuk memanggil roh air."
"Roh air?? Benarkah? Apa Tuan Serius??".
"Iya" sahutku yang di respon baik oleh Shilpy yang tampaknya mulai terlihat begitu senang dan tak sabar.
Aku berjalan mengarah ke sepeda yang aku parkiran tepat di sebelah pohon yang rindang lalu untuk sampai ke danau aku pikir, aku akan melakukan teleport saja karena itu akan memakan waktu sebentar untuk sampai ke sana.
...🔘💠🔘💠...
Di danau.
Sesampainya di danau tepat di depan mata ku, aku melihat hamparan air yang cukup tenang dan indah di pandang mata. Di tambah udara di sekitar danau ini terasa segar dan menenangkan.
"Aku akan melakukan nya di sini" ucapku.
Shilpy terlihat mulai turun dari pundak ku seolah memberikan ku ruang untuk mulai mencoba yang ingin aku lakukan.
"Sihir pemanggilan Magic Summon."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Cliks Zuan
Untung Ada Pelindung Angin Nya Yh Kalau Gak Ada Sudah Jadi Lempeng Itu
2024-04-29
1
litaacchikocchi
Ayo updet lgi thor udh ak kasih mawar/Rose//Determined//Determined//Determined/
2024-04-24
0
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
hahahaha tengik gw udah terlanjur ngebayang in
2024-04-24
1