Setelah bicara dengan para dewa, sedikit demi sedikit aku mulai mengerti bagaimana melatih penglihatan masa depan dengan mata dewa ini tapi sebelum itu aku membutuhkan tehnik Summon karena penglihatan masa depan tidak akan berguna kalau tidak ada objek yang bergerak.
Tanpa berpikir panjang lagi aku mulai mencoba untuk membaca buku dan berusaha untuk memahami arti serta cara bagaimana melakukan Summon itu sendiri. Setelah selesai membaca aku memutuskan untuk pergi menuju kearah bukit untuk melatih mata dewa ku ini.
Sesampainya di bukit aku mulai mencoba untuk fokus melakukan Summon. Di buku yang sebelumnya telah aku baca itu tertulis untuk memfokuskan mana pada tangan dan membuat pola lingkaran sihir seperti di buku sambil mengucapkan.
"Sihir pemanggilan Magic Summon."
SETTTT.
Cahaya yang sangat terang tiba tiba muncul dan mengakibatkan tanah di sekitar seolah ikut merasakan getarannya.
Lalu dalam lingkaran sihir pemanggilan yang telah ku buat itu, tiba tiba muncul sosok roh kecil yang mirip dengan peri. Sosok itu mempunyai sayap kecil dan berpakaian hijau layaknya peri yang manis dan menggemaskan.
Setelah cahaya mulai memudar dan tanah berhenti bergetar, aku mendekat dan mulai menanyakan tentang sosoknya yang sekarang sudah berada di hadapan ku ini.
"Hey, buka mata mu" ucapku sembari memperhatikannya dengan seksama, ia tampak masih tertidur pulas.
"Hehh? T—Tuan? Apa kamu yang memanggil ku?" tanyanya setelah mengusap kedua matanya dan mulai menatap kearah ku.
"Iya, aku lah yang memanggil mu, melalui sihir pemanggilan."
"T—Tunggu, apa kamu manusia? Kamu manusia kan? Bagaimana bisa kamu memanggil ku" tanyanya lagi namun kali ini dengan ekspresi terkejut.
"Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya, aku hanya melakukan sihir Summon seperti yang ada di buku" jawabku jujur.
"Bagaimana bisa seorang manusia memanggil? Aku yakin pasti manusia ini bukanlah manusia biasa" gumam peri kecil.
"Tuan, bolehkah aku melihat statistik sihirmu?".
"Tentu."
Sempat terpikirkan oleh ku, apakah aku harus menyembunyikan nya atau tidak tapi sepertinya tidak perlu ku sembunyikan, karena dia adalah peri panggilan ku jadi aku tidak boleh menyembunyikan kekuatan ku sendiri padanya.
Namun, setelah selesai melihat data statistik tentang diriku, peri itu terkejut lalu mulai berlutut.
"Maaf Tuan!! Maafkan aku yang lancang dan tidak percaya dengan kekuatan mu ini, padahal kamu lah yang telah memanggil ku."
"Sudahlah tidak apa apa, bangunlah aku membutuhkan dirimu untuk membantu ku melatih kemampuan mata dewa ku."
"Baik Tuan, sesuai perintah mu" sahutnya.
"Oh iya, aku belum menanyakan nama mu, siapa nama mu?".
"Nama ku roh elemen angin" jawabnya.
Jadi dia adalah roh, aku pikir dia seorang peri karena penampilannya yang kecil sekali bahkan bisa di lihat hanya sebesar kepalan tangan ku saja.
"Nama ku Yuta Akiyama, kamu bisa memanggil ku Yuta."
"Baik Tuan Yuta."
"Jadi sekarang, roh angin ayo kita mulai untuk melatih mata dewa ku."
"Baik Tuan Yuta."
"Hey jangan terlalu formal dengan ku, anggap saja aku sebagai teman mu, santai saja" sahutku.
"Baik Tuan Yuta."
"Huhh sudah ku bilang santai saja, terserah kamu saja lah" ucapku.
****
Sekarang aku mulai diam dan mencoba untuk mengingat apa yang di katakan oleh para dewa waktu itu, aku harus memfokuskan mana ku dengan padat pada mata dewa ku ini.
"Roh angin, bisakah kamu mencoba menyerang ku dengan sihir mu dari jauh, emm lebih tepatnya serang aku dengan sihir jarak jauh mu."
Roh angin itu mendengar kan perintah ku dan kemudian menjauh dan mulai menggunakan sihir anginnya.
WUSHHH.
Tiba tiba aku terlempar begitu saja setelah mengenai sihir anginnya bahkan sebelum aku menggunakan penglihatan masa depan.
"Hey!! Tunggu aba aba dari ku, jangan langsung gunakan sihir mu seperti itu" ucapku memberi peringatan.
"Aba aba?" terlihat dari ekspresi wajahnya bahwa ia sungguh kebingungan.
"Tunggu dulu!! Apa kamu memakai sihir elemen angin tanpa rapalan?? Maksud ku bagaimana bisa?".
"Elemen angin??? Oh Tuan Yuta, aku adalah roh angin, aku menggunakan sihir dengan angin jadi angin lah yang keluar dari sihir ku dan itu bukanlah elemen dari sihir atau mana melainkan murni angin" sahutnya menjelaskan.
"Jadi kamu menggunakan sihir angin tanpa mana?" tanyaku yang masih sulit untuk memahami apa yang di katakan oleh roh angin.
"Bukan begitu Tuan" sahutnya.
"Eh lalu? Bukankah katamu tadi murni angin?".
"Jadi begini Tuan, aku menggunakan mana untuk memanggil angin, jadi aku sama sekali tidak mengubahnya menjadi angin, aku hanya memanggilnya menggunakan mana dan sama sekali tidak ada yang namanya elemen angin karena aku murni menggunakan angin itu sendiri tanpa menciptakan atau membuatnya dengan mana."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
roh berwujud peri
2024-04-17
1