"Selamat pagi Tuan Yuta" sapa Bibi seraya membuka gorden yang ada di jendela samping tempat tidur ku.
"Huahh ... Selamat pagi Bi" sahut ku dengan langsung mencoba duduk dan menggosok kedua mata ku.
"Tumben sekali, kelihatannya Tuan Yuta amat begitu lelah?" tanya Bibi tiba tiba.
"Benarkah?? Tidak juga Bi, aku hanya merasa sedikit capek saja."
"Yasudah sekarang mandilah lalu makan karena mungkin Ibu dan Ayah Tuan sudah menunggu di bawah."
Aku mulai beranjak dari kasur dan berjalan kearah kamar mandi, setelah selesai mandi dan mengenakan seragam sekolah, aku langsung turun ke meja makan.
"Selamat pagi Bu, Ayah" sapa ku kemudian duduk di salah satu kursi yang ada di sana.
"Pagi Nak" sahut Ayah seraya masih fokus dengan koran yang kerap kali ia baca sembari menunggu Ibu menyiapkan sarapannya.
****
Aku, Ibu dan Ayah mulai menikmati sarapan yang telah di siapkan oleh Ibu di atas meja makan ini, namun tiba tiba.
"Roh angin!!" teriak ku spontan seraya berdiri dari sana.
"Roh angin? Apa maksud mu Nak?" tanya Ibu yang sepertinya ikut terkejut karena ulah ku.
"Sebentar Bu" aku langsung berlari menuju ke kamar ku.
"Roh angin? Roh angin ... Oh itu dia."
Aku berhasil menemukan nya, ia tampak sedang tertidur pulas di atas sebuah bantal yang kelihatannya empuk.
"Hey bangun, roh angin, roh angin!! Apa kamu tidak lapar? Oh tunggu apa roh angin sepertinya juga memerlukan makan?".
"Ah sudahlah, hey bangun!!" pintaku seraya terus memintanya untuk bangun.
Sungguh begitu sulit bagi ku untuk membangunkan nya.
"Sihir penciptaan pengeras suara A.K.A TOA."
Aku mengambil nafas dalam dalam.
"BANGUN!!!" teriak ku di depan pengeras suara itu.
Aku berteriak cukup keras hingga sepertinya suara ku terdengar sampai ke meja makan.
Di sisi lain.
"Suara apa itu?? Mengapa Yuta berteriak" ucap Ibu terkejut.
"Biarkan saja, mungkin anak itu sedang mencoba sihir barunya" sahut Ayah menenangkan.
"Apa benar begitu? Mengapa aku mendengar seperti Yuta sedang membangunkan seseorang ya."
"Tuan Yuta?" ucap roh angin setelah berhasil terbangun.
"Mengapa begitu sulit membangunkan mu!!" ucapku dengan kesal.
"Maafkan aku Tuan" sahutnya.
Aku bergegas mengajak roh angin pergi bersama ku ke meja makan.
Sesampainya di sana, aku duduk dan kembali menyantap sarapan.
"Yuta" panggil Ibu.
"Iya Bu?".
"Apa yang barusaja kamu lakukan? Mengapa berteriak? Ada apa?".
"Oh Ibu mendengarnya? Aku berusaha untuk membangunkan roh angin Bu."
"Roh angin? Apa maksud mu Nak?" tanya Ibu kebingungan.
"Apa!!! Roh angin? Yuta yang benar saja, bagaimana bisa kamu melakukannya" ucap Ayah yang begitu terkejut mendengarnya.
"Aku hanya menggunakan sihir pemanggilan, Ayah" sahut ku.
"Benarkah? Itu terdengar bagus lantas di mana roh angin yang berhasil kamu panggil itu? Ayah tidak melihatnya."
"Di sini, tepat di bahu ku" ucapku seraya menunjuk roh angin yang sedang duduk di bahu ku ini.
Roh angin mengerti maksud ku lalu ia dengan sendirinya turun dari bahu ku dan berdiri di atas meja makan ini, tepat di tengah tengah kami semua.
"Lihatlah" ucapku seraya terus menunjuk keberadaan roh angin.
"Ayah tidak melihatnya" ucap Ayah yang membuat ku kembali tersadar bahwa hanya aku yang bisa melihatnya sekarang.
"Roh angin."
"Iya Tuan."
"Bisakah kamu menunjukkan dirimu pada Ayah ku."
"Baik Tuan" sahutnya.
Beberapa detik kemudian.
"Ya Dewa!! Yuta apakah benar apa yang Ayah lihat ini!!! Apa dia yang kamu maksud roh angin itu?" ucap Ayah begitu terkejut.
"Dia mungil dan terlihat manis sekali" puji Ayah.
Dari segi manapun memang roh angin tampak begitu manis, tubuhnya yang mungil berpadu dengan pakaian berwarna hijau yang menutupi bagian tubuh mungilnya itu. Rambut pendek yang di hiasi sebuah bandu kecil berbentuk daun yang ia letakan di atas kepalanya. Dan tidak lupa dengan kedua sayapnya yang terlihat begitu indah di pandang mata.
"Benar benar sulit di percaya ada roh sekecil ini di dunia" ucap Ayah terus menerus memperhatikan roh angin tanpa henti.
"Hey ... Apa yang dari tadi kalian bicarakan? Roh? Apa maksudnya itu, Yuta ada apa?" tanya Ibu yang tampak bingung dan kesal.
"Roh angin, bisakah kamu menunjukkan dirimu juga pada Ibu" pintaku.
"Baik Tuan."
"YA DEWA, APA INI SUNGGUHAN? BAGAIMANA BISA KAMU SEMANIS INI!!" teriak Ibu yang begitu terkejut dan seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang.
"Kamu terlihat seperti peri" ucap Ibu tak henti hentinya antusias dengan roh angin.
"Hai roh angin, sekarang aku bisa melihat mu, senang melihat mu ada di antara kami semua" ucap Ibu seraya mendekatkan wajahnya kearah roh angin.
Namun, roh angin tampak tidak menjawab sapaan Ibu padanya. Aku yang bingung pun lantas bertanya padanya.
"Roh angin? Ada apa? Mengapa kamu tidak menjawab sapaan Ibu?".
"Mohon maaf Tuan, tapi aku hanya akan bicara serta mengobrol hanya untuk Tuan Yuta saja, karena itu adalah bentuk kesetiaan ku dan bukti kepercayaan ku untuk Tuan."
"Sungguh? Tapi roh angin, tidak masalah jika kamu mengobrol dan berinteraksi dengan mereka, karena mereka adalah keluarga ku, Ayah dan Ibu ku. Aku ingin kamu juga mengenal mereka dengan baik, anggap saja mereka juga keluarga mu dan ini adalah rumah mu" ucapku memberi penjelasan.
"Baik Tuan" sahutnya dengan sebuah senyuman yang seolah menandakan bahwa ia mengerti apa yang aku ucapkan.
"Selamat pagi Tuan Besar, selamat pagi Ibu Besar" ucap roh angin dengan polosnya.
"I—Ibu besar??" Ibu terkejut dengan panggilan yang barusan di lontarkan oleh roh angin.
Berbanding terbalik dengan Ayah yang tertawa karena merasa lucu di panggil seperti itu.
Aku yang mendengar pun ikut tertawa di buatnya, namun tiba tiba terpikirkan oleh ku untuk memberikan sebuah nama untuk roh angin.
"Haruskah aku memberikan mu nama?" ucapku seraya memandanginya.
Ibu dan Ayah yang melihat dan mendengar hal itu pun tampak setuju dengan keputusan ku untuk memberikan roh angin nama.
"Emmm, roh angin? Roh angin, Oh bagaimana dengan Shilpy? Terdengar bagus dan tampaknya itu cocok dengan mu" ucapku bersemangat.
"Shilpy? Terdengar bagus" ucap Ibu mengiyakan.
"Roh angin, ingatlah bahwa sekarang nama mu adalah Shilpy, jadi aku tidak perlu memanggil mu roh angin lagi karena kamu adalah Shilpy."
"Shilpy, baik Tuan dan terimakasih karena aku benar benar menyukainya" sahutnya senang.
Ekspresi Shilpy menunjukkan bahwa ia benar benar senang dengan nama yang aku berikan itu.
Setelah selesai sarapan, aku berpamitan dengan Ayah dan Ibu untuk pergi berangkat ke sekolah.
Selesai berpamitan aku langsung berjalan mengarah keluar rumah dan mengambil sepeda ku lalu mengayuhnya seperti biasa.
Namun kali ini ada yang sedikit berbeda karena sekarang aku bersama Shilpy. Ia ikut bersama ku pergi ke sekolah dan dengan tenangnya duduk di bahu ku seperti biasanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
iron angel
mirip tinkerbell/Proud/
2024-05-04
0
Aulia putri©®
nama yang cantik cocok buat roh angin
2024-04-30
0
litaacchikocchi
Imut si sylphy ini
2024-04-24
0