"Yuta ... Yuta ... Yuta ... Yuta."
Semua penonton bersorak sembari menyuarakan nama ku, akan tetapi sebagian besar dari kelas kelas yang lainnya masih terlihat malu atas kekalahan Yamanaka dan Yamamoto namun berbeda dengan Yuna dan Ayumi, mereka tak seperti anak anak di kelas bintang 4 dan 5 dan mereka berdua benar benar mendukung ku.
Aku berjalan keluar arena dan duduk di kursi penonton menghampiri Yuna dan Ayumi yang sedari tadi melambaikan tangan mereka padaku seperti meminta ku untuk menghampiri mereka berdua.
"Yuta kamu hebat!!" ucap mereka berdua secara bersamaan.
"Yuta bagaimana bisa kamu menggunakan sihir Tornado Fire tingkat dewa? Apa kamu juga seorang pewaris anugerah dewa elemen?" tanya Yuna dengan ekspresi kegirangan.
"A—aku? Tidak, aku hanya mengcopy sihir mereka saja, aku kan bukan seorang pewaris anugerah dewa dan itu sudah tertera di data yang pernah di tampilkan di hari pertama sekolah" sahutku berbohong padanya dengan perasaan gugup.
"Pertandingan semi final dan grand final akan di selenggarakan besok, di mohon untuk para peserta ujian pertarungan sihir beristirahat dan memulihkan mana kalian masing masing, Terima Kasih dan sampai berjumpa lagi besok" ucap pembaca acara menyampaikan informasi yang langsung di mengerti oleh kami semua.
"Jadi pertandingannya di lanjutkan besok? Padahal aku ingin sekali melihat pertarungan tim Kaneko itu, aku ingin melihat kemampuan mata mereka semoga saja besok bisa bertemu dengan mereka" ucapku dalam hati.
Kami berempat pun ikut keluar dari Colloseum ini dengan rombongan orang yang juga berjalan mengarah ke pintu keluar. Aku membantu Tadashi berjalan karena ia masih kesulitan untuk berjalan sendiri.
Di restoran.
Aku, Tadashi, Yuna dan Ayumi sedang berada di restoran, kami makan bersama dan mulai merayakan kemenangan kami setelah sebelumnya kami pergi ke rumah sakit terlebih dahulu untuk pengobatan Tadashi.
"Bersulang!!" ucap kami bersamaan.
TINGG.
Kami mengobrol cukup lama di sana, membahas mengenai jalannya pertandingan yang sebelumnya cukup menyenangkan untuk di bahas bersama, meski dengan tangan kanan dan kaki kanannya yang di perban, Tadashi masih tampak ikut merasakan kesenangan ini hingga ia bisa tertawa dengan lepas tanpa terbebani dengan keadaannya yang sekarang.
Namun sempat terlintas di benak ku tentang sosok anggota Rosemary itu.
"Mungkinkah besok orang itu akan datang lagi untuk melihat Yuna dan Ayumi? Serangga ku juga belum memberikan informasi apa apa tentang mereka" ucapku dalam hati.
Selesai makan dan merasa cukup kami pun memutuskan untuk kembali pulang ke rumah masing masing, semuanya di jemput oleh orang tua mereka dan para supir pribadi mereka sendiri sedangkan aku tidak memiliki jemputan.
"Sampai jumpa besok" ucap mereka bergantian.
Setelah berpamitan dan melihat mereka masing masing sudah mulai pergi.
"Baiklah waktunya pulang, tunggu sebentar!! Hmm haruskah aku melakukan teleport ke sekolah atau sepedanya saja yang aku teleport kesini?".
"Teleport sajalah sepedanya."
CLINGG.
Sepeda ku yang awalnya berada di parkiran sekolah kini sudah berada di depan ku sekarang. Aku menaiki sepeda ku itu dan bergegas menuju ke rumah.
Di perjalanan menuju rumah tiba tiba mata ku terfokuskan pada hutan yang sebelumnya rata dengan tanah itu kini sudah tampak kembali pulih seperti sedia kala seolah tidak pernah terjadi apa apa di sana.
"Sepertinya sihir penciptaan yang aku lakukan itu benar benar berhasil, syukurlah."
****
Sesampainya di rumah.
"Selamat datang di rumah Tuan muda Yuta" sapa bibi yang sudah berada di depan pintu masuk.
"Bibi!! Sudah ku bilang jangan terlalu formal dengan ku, santai saja bibi" ucapku mengingatkan.
Mendengar hal itu bibi tampak tersenyum dan mengiyakan apa yang baru saja aku katakan padanya itu.
Mata ku melihat sekeliling mencoba mencari sosok yang begitu ingin aku temui setiap pulang ke rumah namun aku tidak menemukan nya.
"Bibi di mana ibu dan ayah? Aku tidak melihat mereka di rumah."
"Mereka berdua di panggil oleh Raja negeri ini" sahut Bibi dengan ekspresi gugup.
"Apa? Raja negeri ini? Tumben sekali bukankah selama ini tidak pernah di panggil?" ucapku.
Bibi mengatakan bahwa ia juga tidak tahu pasti alasan Ayah dan Ibu ku di panggil seperti itu. Namun, di saat aku mencoba memikirkan apa yang sebenarnya terjadi, tiba tiba.
"Oh ini gawat!! Aku harus segera menyusul mereka!! Bibi di mana lokasi istana kerajaan berada?".
"Bibi juga tidak mengetahui lokasi pasti kerajaan itu berada."
"Aghh bagaimana ini!! Tunggu!! Mana, ya aku bisa melacak mereka dengan mana dan aku akan menemukan mana Ayah dan Ibu."
"Sihir dewa Mega Mana Zone."
Aku menyebarkan mana ku ke seluruh penjuru negeri ini dan mencoba mencari kedua orang tua ku.
"Berhasil!! Aku menemukan mereka!! Bibi aku harus segera pergi" ucapku pada Bibi sebelum berteleportasi.
Di sisi lain.
"Tsukasa Akiyama, anakmu telah berhasil mengalahkan anak ku dan juga anak dari kepala sekolah, apa maksudnya ini?" ucap sang Raja dengan ekspresi bingung.
"Apa kamu pikir anak mu lebih hebat dari anak ku? Mana anak mu saja hanya 170rb dan tidak mempunyai warisan sihir anugerah dewa sama sekali, apa kalian berdua menganggap ini sebuah lelucon? Seorang anak Raja negeri ini di kalahkan oleh seorang bocah bermana 170rb? Itu benar benar memalukan."
"Maafkan kami tapi itu semua di luar perkiraan kami, kami hanya membesarkan anak kami dengan semestinya seperti orang tua pada umumnya" sahut Ayah dengan tenang.
"Cukup!! Kalian berdua membuat ku muak sekaligus malu!!" ucapnya yang tiba tiba langsung mencoba mengeluarkan sihirnya.
"Sihir elemen api dewa sihir Lava Bullet."
Di waktu yang tepat.
CLINGG.
Aku berhasil melakukan teleportasi di depan Ayah dan Ibu ku dan di saat aku menyadari bahwa Raja ingin mengeluarkan sihirnya tanpa berpikir panjang aku mencoba untuk melindungi orang tuaku
"SHIELD."
Tembakan lava seakan sedang menghujani kami bertiga, kepulan asap pun mulai menyelimuti kami semua karena lava bullet milik Raja yang berada di dalam ruangan ini akhirnya membuat kamu kesulitan untuk melihat apapun.
Namun di saat Raja tampak menggerakkan tangannya dengan seketika pula kepulan asap dan hujanan lava itu tiba tiba menghilang hanya dalam sekejap mata.
"Oh jadi ini anak yang berhasil mengalahkan anak ku, hey nak tidak usah berlagak sok hebat kamu, anak lemah dengan mana 170 rb seperti mu itu tidak layak untuk mencoba mengalahkan anak ku, kalian keluarga Akiyama hanyalah keluarga kecil yang aku besarkan di negeri ini."
"Ayah ibu maafkan aku, aku tidak bisa menahan kekuatan ku lagi orang ini telah merendahkan kalian dan nama keluarga kita, aku tidak bisa membiarkan nya" ucapku seraya menatap Ayah dan Ibu.
"Sepertinya negeri ini di pimpin oleh orang yang salah" sambung ku lagi sembari menoleh kearah sang Raja.
Raja memperlihatkan ekspresi marah serta kesalnya hingga ia bangkit dari singgasananya dan mulai berlari dan ingin menendang ku.
BUKKK.
Untungnya aku berhasil menahan tendangannya dengan tangan ku.
"Apa? Tendangan ku di tangkis dengan mudah begitu saja" gumam sang Raja tidak percaya.
BUGGG.
Tanpa berpikir panjang aku langsung memukul perutnya hingga Raja berhasil terlempar ke belakang.
Aku yang tidak bisa bersabar lagi kemudian memberikan sihir Shield kepada ayah dan ibu, "SHIELD."
Raja pun juga sangat terlihat begitu marah hingga ia tidak bisa menahan sihir yang ingin ia gunakan.
"Sihir elemen api dewa sihir Lava Meteor."
Dan di tangan satunya juga ia juga menggunakan, "Sihir kegelapan dewa sihir Shadow Prison."
Sepertinya Raja ingin membunuh kami semua yang ada di istana ini. Raja menggunakan Shadow Prison untuk mengurung kami semua di dalam istana dan berniat menghancurkan kami yang terkurung dengan meteor lavanya itu.
"Matilah kalian semua Akiyama!!" teriak sang Raja yang terdengar begitu amat marah dan murka.
"Sihir pertahanan segel dewa sihir Mega Shield."
Aku memberikan Shield kepada seluruh orang yang berada dalam mana zona ku di istana ini kecuali Raja.
DUARRR.
Ledakan yang begitu besar terjadi di istana dan menghancurkan istana hingga sampai berkeping keping.
"Hahaha matilah kalian semua" ucap Raja tertawa puas dengan keluar dari Shield Shadow miliknya sendiri.
"A—Apa!!! Mega Shield? B—Bagaimana bisa? Anak ini!!".
"Cukup Raja, ini sudah keterlaluan!!!".
"Sihir cahaya segel dewa Sihir Light Bullet" ku gunakan di tangan kiri ku.
"Sihir kegelapan segel dewa sihir Shadow Bullet" di tangan kanan ku.
"Sihir elemen petir segel dewa sihir Lightning Strikes" di bagian punggung ku.
"Apa!!! Anak itu menggunakan 3 sihir sekaligus, I—Itu segel dewa sihir!!" sontak Raja terkejut tak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Magic Combination, Flash Explosion."
SUTTT.
DUARRR.
Ledakan kilat yang aku gunakan berhasil membuat Raja lumpuh dan tidak berdaya, lalu.
"Sihir elemen gravitasi Pulling Gravity."
Aku menarik Raja yang tersungkur di tanah dan ku angkat dengan satu tangan ku sembari mencekiknya di area leher namun tidak begitu kuat.
"CURE" aku menyembuhkan Raja agar ia kembali bangun dan sadar.
Setelah ia bangun ia tampak ketakutan dengan ku. Saat aku memposisikan dirinya seperti ini ia terus menerus berusaha memberontak dan mencoba untuk melepaskan dirinya.
"Lihat saja jika kamu kembali menghina ku beserta dengan keluarga ku ataupun para penduduk di wilayah Akiyama, aku tidak akan segan segan untuk membunuh mu meski pun kamu seorang Raja di negeri ini" aku mengancam Raja agar ia tidak berani lagi macam macam dengan Akiyama.
Raja mulai memperlihatkan ekspresi takutnya dan seolah tidak ingin menatap kearah ku.
"Sial!!" ucapku seraya melemparkan tubuhnya kearah pohon yang rindang itu.
BRUKKK.
Saat tubuhnya melesat dan terbentur di sana, pohon itu juga ikut bereaski dan akhirnya tumbang begitu saja.
Melihat Raja yang sedang pingsan aku kembali menggunakan sihirku namun sihir ini tidak untuk dirinya.
"Sihir kegelapan Magic Manipulation."
Aku menghapus semua ingatan tentang kejadian ini pada orang orang yang ada di sekitar dan menggantinya dengan sebuah ketidaksengaja an yang di sebabkan oleh sang Raja yang menggunakan meteor lavanya sendiri. Akan tetapi aku tidak menghapus ingatan Raja agar kelak dia tidak menggangu keluargaku lagi.
****
Aku melakukan teleportasi dengan kedua orang tuaku yang aku bawa ke rumah. Ayah dan Ibu tampak kebingungan setelah menyadari bahwa mereka sedang berada di rumah.
"Mengapa kita berada di rumah? Apakah urusan kita dengan Raja sudah selesai?" ucap Ayah kebingungan begitu juga dengan Ibu.
Aku yang sudah berada di kamar ku tiba tiba di kejutkan dengan kedatangan Ibu yang mulai mengetuk pintu dan masuk ke kamar ku.
"Yuta? Kamu sudah pulang sekolah? Bagaimana sayang, ujian pertarungan sihirnya" tanya Ibu seraya tersenyum pada ku.
"Lancar Bu, ibu tenang saja" sahutku senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Zulvika_Z
Anaknya kalah kog ngamok
2024-02-25
2
Aulia putri©®
nama nya ajah pertarungan ada yang kalah ada yang menang, kalah kog gak terima
2024-02-25
0