November 2022, dua tahun berlalu dari kematian kakek dan nenek, Fani masih saja main game setiap pulang sekolah, tapi dia masuk sepuluh besar seangkatan di sekolahnya, sejak kelas satu sampai sekarang. Ketika login, dia langsung melihat daftar temannya,
“Ini si Diaz kok ga online online ya ? si Manda juga....pada kemana sih ? apa pada siap siap mau ujian ya bulan depan, gue belom ngapa ngapain nih,” ujar Fani dalam hati sambil melihat layar smartphonenya.
Akhirnya Fani keluar dari gamenya dan membuka sosial medianya untuk melihat berita apa saja yang sedang viral. Dia membuka buka resep resep makanan dan jalan jalan kuliner keluar kota, dia sedikit tertarik dan terus menontonnya,
“Enak ya, bisa keluar kota, gue ga bisa keluar dari pulau ini...padahal si Diaz ngajak gue kuliah di jakarta, Manda juga ngajak....kayaknya seru sih kalau bisa sama mereka, tapi mereka takut ga ya kalau liat gue,” gumam Fani dalam hati.
Fani terus melihat lihat dan menjelajah menggunakan smartphonenya menelusuri akun akun media sosial orang lain, sampai akhirnya dia menemukan urban legend viral di beberapa wilayah, dia melihat manusia tengkorak yang membunuh orang jahat hanya dengan menempelkan tangannya, harimau raksasa berkeliaran di dalam kota, anak indigo yang menolong menyelesaikan kasus dan selalu bersama hantu di sebelahnya, gadis yang bisa hilang dan muncul kembali, terakhir iblis yang berkeliaran membasmi penjahat.
“Ini semua beneran ?” tanya Fani dalam hati sambil melihat video video penampakannya.
“Dling,” sebuah pesan masuk ke aplikasi chatting sejuta umat milik Fani, dia langsung membukanya, ternyata Diaz mengajaknya bermain bersama. Langsung saja Fani login dan mencari server yang di buat oleh Diaz atau Amanda. Dia langsung masuk ketika di undang masuk dan mereka akhirnya bertemu.
“Halooooooo...” sapa Fani.
“Oi mayat..” balas Diaz.
“Hehe namanya Fani kale,” balas Amanda.
“Hahaha bener...tapi gue seneng niknya,” balas Diaz.
“Wah makasih kalong hehehe,” balas Fani.
“Start deh..” ujar Amanda.
“Blaaar,” terdengar ledakan di atas rumah Fani yang tentu saja langsung menoleh ke atas, dia melihat gamenya sudah mau mulai dan dia langsung merasa jengkel, tanpa menunda lagi, dia menaruh smartphonenya di tempat tidur dan turun dari tempat tidurnya, dia berjalan keluar dari kamar menuju keluar dari rumah. Ketika dia menoleh ke atas, dia melihat banyak sekali bola bola api yang tidak bisa di lihat oleh orang biasa sedang saling menembakkan ilmu mereka.
“Grrrr...ganggu aja, gue jadi afk lagi dah...rese,”
Fani langsung berubah menjadi bola api yang terlihat lebih terang dari yang lain dan melayang terbang ke atas. Tanpa basa basi, dia langsung menembaki semua bola api yang berkeliaran di atas dengan sinar nya.
“Jangan di sini kalau mau berantem, cari tempat lain,” teriak Fani menggunakan telepati.
“Iya, maaf..” jawab para bola api itu.
Mereka pun langsung pergi berpencar ke segala arah, Fani terus melayang menjadi bola api sambil menunggu semuanya benar benar pergi dan suasana menjadi tenang kembali. Setelah itu, Fani turun berubah wujud kembali menjadi manusia dan berlari masuk ke dalam rumah kemudian ke kamar, dia melihat dua temannya sedang chatting satu sama lain sambil menunggu dirinya,
“Sorry, tadi afk bentar,” ujar Fani.
“Ga bentar juga sih, mayan lama,” balas Diaz.
“Dah lah, yuk mulai,” balas Amanda.
Akhirnya game di mulai dan mereka pun bermain sampai puas. Tapi “Bom...bom,” Lantai Fani bergetar, dia langsung menunduk,
“Ah elaaaaah apa lagi seeeeh..” teriaknya dalam hati.
Dia langsung menaruh smartphonenya dan berlari keluar rumah, di luar dia melihat seorang raksasa gaib lewat depan rumahnya dan mengarah ke rumah tetangganya, langsung saja dia tebang melayang,
“Oi om, jangan lewat sini napa,” tegur Fani.
Raksasa itu melihat Fani dan menoleh melihat ke bawah, kemudian dia berbalik dan pergi ke arah dia datang. Fani cepat cepat turun dan berlari ke dalam, ketika dia mengambil smartphone nya, dia melihat tulisan “booyah” di layar smartphonenya.
“Jiaah udah menang, gue belom ngapa ngapain,” ujar Fani dalam hati kesal.
“Fan lo kenapa kok tiba tiba berenti ?” tanya Manda.
“Afk lagi die,” Diaz menjawabnya.
“Maaf, kebelet barusan..” balas Fani.
“Lo kalau main afk mulu ngapain sih ?” tanya Diaz.
“Ada deh, urusan cewe (masa iye gue bilang ada yang lewat atau berantem),” jawab Fani.
“Wadoh kalau jawaban lo gitu, gue nyerah,” balas Diaz.
“Hehehe urusan cewe,” balas Amanda.
“Hehehe lo ngerti kan Manda, urusan cewe,” balas Fani.
“Ya gitu deh.” balas Amanda.
Mereka meneruskan bermain, tapi selagi bermain, Fani masih tiba tiba hilang dari permainan sekitar tiga kali lagi dan akhirnya mereka bubar, Fani menjadi kesal dan pelampiasannya dia bermain dengan orang lain lagi sepuasnya.
“Gimana gue mau pegi dari pulau ini kalau caranya kayak gini, uuuuh...paraaaaaah,” teriak Fani dalam hati karena kesal.
*****
Keesokan harinya, ketika pulang sekolah, Fani di panggil oleh guru pembimbing di kantor guru, dia langsung menuju kesana dan menemuinya.
“Cari saya pak ?” tanya Fani kepada pak guru.
“Oh iya Fani, duduk..” jawab pak guru.
Fani duduk di kursi persis di sebrang pak guru yang masih membaca pesan dan membalasnya di smartphone. Fani diam saja menunggu pak guru selesai, lalu pak guru menaruh smartphonenya dan melihat ke arah Fani,
“Begini Fani, nilai kamu kan bagus, sebenarnya kamu bisa kuliah di mana saja dengan nilai ini, tapi kamu belum mengajukan unversitas favorit mu kepada saya, jadi saya mau tanya, apa kamu mau meneruskan ke bangku kuliah ?” tanya pak guru.
Fani terdiam, sebenarnya dia ingin melanjutkan studinya, tapi dia bingung kalau dia keluar pulau, selain harus menjaga pulau, dia juga takut kalau kekuatannya tidak bisa di pakai di luar pulau. Karena melihat Fani diam tapi terlihat berpikir, pak guru kembali bertanya,
“Apa yang memberatkan kamu Fani ? memang kalau harus keluar kota dan meninggalkan peninggalan kakek dan nenekmu pasti berat, tapi kamu harus pikirkan masa depanmu. Cerita saja sama saya, ada masalah apa ?” tanya pak guru.
“Um...saya sebenarnya masih bingung pak,” jawab Fani.
“Apa yang membuatmu bingung ? boleh saya tahu ?” tanya pak guru.
“Gue jelasin juga dia ga bakal ngerti,” Pikir Fani.
Pak guru melihat Fani kembali diam tidak menjawab, akhirnya dia mengatakan kalau Fani boleh berpikir dulu karena masih ada waktu, tapi setelah ujian tengah semester, sebaiknya Fani sudah mempunyai jawaban sebab mendaftar kuliah itu tidak mudah.
“Saya mengerti pak,” balas Fani.
“Baiklah, kamu boleh pergi, pikirkan baik baik, semua ini demi masa depan kamu,” balas pak guru.
“Saya mengerti pak. Saya permisi dulu pak,” balas Fani.
“Iya silahkan,” balas pak guru.
Fani melangkah keluar dari ruang guru, dia berjalan gontai melewati koridor untuk menuju ke pintu keluar gedung sekolah.
“Kayaknya kalau ga di coba ga bakal tau nih...gue coba aja lah...nekat,” ujar Fani.
Setelah keluar dari gedung sekolah dia berlari ke belakang sekolah yang sepi dan tidak ada siapa siapa kemudian dia langsung terbang mengangkasa dengan kecepatan tinggi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments