Setelah bertanya kepada ibu kos kapan terjadinya pencurian, Nara langsung berlari ke kamarnya, dia mengganti pakaiannya, mengambil kedua mandau dan sumpitnya kemudian melompat keluar, karena kejadiannya baru sekitar tiga jam yang lalu, dia berencana mencari sendiri pencuri itu dan mengambil kembali liontin milik ibunya. Dia masuk ke alam gaibnya dan berlari melacak kira kira kemana perginya pencuri yang berani mengambil barang berharganya. Setelah berkeliling tanpa arah, akhirnya dia kembali ke kamar kosnya.
Nara langsung duduk bermeditasi di atas tempat tidurnya, dia duduk bersila dan memejamkan matanya. Kakeknya pernah mengajari dia cara mencari hawa keberadaan dan sekarang dia mencoba melakukannya. Dia menajamkan seluruh panca indranya dan merasakan bekas kehadiran seseorang di kamarnya. Seluruhnya mendadak menjadi hening tanpa terdengar suara apapun, yang terdengar hanyalah langkah kaki seseorang pemuda mendekat ke pintu, kemudian membuka pintu, lalu dia memeriksa seisi kamar Nara, karena semua perhiasan di dalam kotak perhiasan hanyalah imitasi, dia menaruhnya kembali, tapi dia tertarik dengan liontin berbatu aquamarine.
Dia langsung mengantunginya dan keluar dari kamar, Nara seakan akan mengikutinya dengan tubuh astralnya, dia terus mengikuti pemuda itu berlari keluar rumah dan kemana arah perginya. Beberapa saat kemudian, Nara membuka mata,
“Jadi kesana...ok, tunggu lo ya,” ujarnya dalam hati.
Tanpa menunda lagi, Nara berdiri dan membuka jendelanya, dia langsung melompat turun dan ketika mendarat langsung berlari menuju tempat yang dia “lihat” sebelumnya. Akhirnya Nara sampai di sebuah dermaga kayu dekat pelabuhan, di sana dia melihat beberapa pemuda sedang duduk di tepian sambil tertawa tawa dan menghitung uang, Nara masuk ke alam gaibnya dan mendekati mereka, kemudian keluar dari alam gaibnya persis di tengah mereka.
“Oi..” ujar Nara.
“Aaah...nongol darimana lo...” teriak seorang pemuda sambil terduduk mundur.
Dua pemuda lainnya langsung lari terseok seok, tapi yang Nara incar memang pemuda di depannya ini.
“Balikin kalung liontin gue yang elo embat dari kamar kosan gue...” ujar Nara dengan suara parau sambil memegang mandaunya.
“Ka...kalung apa, gue ga ngerti,” ujar sang pemuda berkilah.
“Ayo cepet kembaliin kalung gue, jangan jangan lo udah bosen idup ya ?” tanya Nara dengan suara parau sambil mengeluarkan sedikit mandaunya.
Pemuda itu bangkit berdiri, tiba tiba dia berbalik dan melarikan diri, Nara tersenyum, tiba tiba Nara muncul di sebelah pemuda itu dan dengan lengannya dia menghadang pemuda itu di lehernya sampai membuatnya terjengkang jatuh. Nara langsung jongkok dan mencabut satu mandaunya kemudian di silangkan ke leher pemuda itu. Melihat mata Nara yang garang dan siap memenggal kepalanya,
“A..ampun....gu..gue ga tau kalau kalung itu berharga...” ujar pemuda itu ketakutan.
“Ya udah, mana ?” tanya Nara sambil menadahkan tapaknya di depan wajah pemuda itu.
“Ma..maaf....udah jadi duit,” jawab pemuda itu.
“Apa ? lo bilang apa ? siapa yang beli ?” tanya Nara.
“Um..yang beli udah naik feri dari pelabuhan....orang jakarta,” jawab pemuda itu.
“Hah apa ? cepet ikut gue kesono...” balas Nara sambil menarik kaus pemuda itu supaya berdiri.
Keduanya langsung berlari menuju ke pelabuhan, ketika sampai ternyata feri yang menyebrang ke pelabuhan surabaya baru saja berangkat dan Nara masih bisa melihat feri dari kejauhan. Nara langsung mengepalkan tangan dan geram melihat sang pemuda yang berdiri di sebelahnya, air matanya sedikit keluar karena menahan emosi,
“Maaf...gue bener bener minta maaf...” ujar sang pemuda yang melihat Nara menitikkan air mata.
“Lo kenal ga orangnya ? alamatnya dimana ?” tanya Nara.
“Maaf gue ga kenal, cuman pas kebetulan aja tadi....sekali lagi maaf, ini duitnya gue kasih elo ya,” jawab pemuda itu.
“Grrrrr....kaga usah..” teriak Nara.
Nara berbalik dan melangkah pergi keluar dari pelabuhan meninggalkan sang pemuda sendirian termenung dan merasa bersalah. Nara berlari menuju ke sekolahnya dan berniat bertemu kepala sekolah untuk mengajukan pindah ke jakarta.
*****
Malamnya, ketika Nara sudah kembali ke kamar kos, dia berbaring dengan gelisah dan mencoba tidur melupakan semua yang terjadi hari ini.
“Uuuuh...gue ga bisa tidur,” ujarnya dalam hati.
Dia mengambil smartphonenya dan jarinya sudah hampir menyentuh game moba kegemarannya, tapi kemudian dia tidak jadi menekannya,
“Lagi bete main ginian, main tembak tembakan ajalah,”
Dia menekan icon sebelahnya yang merupakan game FPS sejuta umat, ketika login, dia melihat dua teman mainnya sedang online dan berada di dalam satu server yang di beri password. Dia langsung masuk ke dalam server itu karena sudah pasti passwordnya sama.
“Oi..” sapa Nara.
“Wew si stress..” balas seorang temannya.
“Apa kabar putih, dah lama kita ga online bareng,” ujar Nara.
“Yoi...si kalong lagi afk..” balas putih.
Nara melihat ada seorang lagi selain dua temannya, dia langsung kaget membaca nama nik namenya,
“Yang satunya siapa ? keren juga niknya...simpel dan jelas.....mayat,”
“Wkwkwkwk...iya, keren niknamenya, mayat,” balas si putih.
“Kok diem aja dia ?” tanya Nara.
“Lagi afk juga, tadi dia bilang ada urusan bentar, makanya belom mulai nih,” balas putih.
“Pantes, oh iya, abis ini gue mau pensi ya,” balas Nara.
“Lah kenapa ? ga seru dong kalau ga ada lo..” balas putih.
“Ntar kalau gue udah di jakarta dan udah masuk uni baru maen lagi, sekarang kejar nilai dulu, nem gue harus di atas rata rata,” balas Nara.
“Loh lo mau ke jakarta ?” tanya putih.
Nara mengetik dengan jari jarinya yang lincah menceritakan kejadian hari ini, ketika bertemu kepala sekolah dan minta pindah ke jakarta, kepala sekolah tidak setuju karena tanggung menurut dia, sebab kelas tiga tinggal beberapa bulan lagi sampai lulus lulusan. Kepala sekolah menganjurkan kepada Nara supaya mengejar nilai supaya bisa di terima di universitas bagus di jakarta, bahkan kepala sekolah bersedia mereferensikan Nara kalau nilainya semakin baik, walau kesal tapi mau tidak mau Nara menerimanya.
“Astaga jadi begitu toh..” balas si putih.
“Iya, ngeselin kan, tapi mau gimana lagi,” balas Nara.
“Ntar kalau kesini, tinggal ama gue aja mau ?” tanya putih.
“Eh...ga enak ah ama keluarga lo,” jawab Nara.
“Tenang aja, rumah gue kos kosan hehe,” balas putih.
“Wah boleh tuh,” balas Nara.
“Woi gue balik...weh ada si stress....ni si mayat lom balik ya ?” tanya kalong.
“Oi kalong...pa kabar...” jawab Nara.
“Dah lah kik aja si mayat, kita mulai bertiga..” balas kalong.
“Jangan ah...sabar, bentar lagi juga dia balik,” balas putih.
“Eh guys, gue off dulu ya, ntar gue online lagi kalau udah di jakarta,” balas Nara.
“Lah...gue baru balik lo off, gimana seh....kapan emang lo ke jakarta ?” tanya kalong.
“Ya abis lulus lah hehe,” balas Nara.
“Jah masih lama, sama aja kayak gue dong...parah..” balas kalong.
“Hahahaha..” Putih dan Nara tertawa.
“Haloooo....aku kembali...main ?” tanya si mayat.
“Ayo...oh kenalin dulu, ini si stress....oi stress kenalin tuh si mayat,” jawab kalong.
“Lam kenal mayat,” balas Nara.
“Sama sama stress..” balas mayat.
Permainan pun di mulai, akhirnya mereka malah keterusan main sampai hari sudah menjelang pagi. Setelah selesai bermain, Nara berpamitan dan logout, kemudian dia masuk ke game mobanya, dia melihat dua temannya masih offline, akhirnya dia mengirimkan pesan offline yang memberitahu kalau dia juga sama ke jakarta seperti mereka. Setelah itu, Nara menaruh smartphonenya dan melihat langit langit kamar kosnya dengan alis mengerut,
“Siapapun yang pegang kalung gue, tunggu ya...gue datang buat ambil balik kalung gue,” ujar Nara dalam hati.
Setelah itu, Nara berkonsentrasi menambah bagus nilai nilainya demi untuk bisa masuk kuliah di jakarta dan menghilangkan kebiasaan main gamenya, namun di sela sela aktifitasnya, dia tetap menjalankan situs rahasia pribadinya untuk menolong orang lain yaitu para kliennya dan penampakan Nara yang terlihat menghilang dan muncul dalam sekejap membuat orang orang dan warga net memberi dia nama The Phantom.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Fantastik karyanya bagus...up terus thor. jangan lupa mampir di "Author menuju Immortal"
2024-02-01
0