Malamnya, seperti biasa Nara berbaring di tempat tidurnya dan main game kesukaannya, tapi tiba tiba sebuah pesan masuk, Nara langsung duduk di tempat tidurnya, dia mematikan gamenya dan membuka email yang di kirim di akun pribadi rahasianya,
“Hmm...transfer dulu dong,” ujar Nara dalam hati sampai mengetikkan pesannya dan mengirimnya.
“Dling,” Langsung sebuah pesan masuk yang isinya sejumlah uang sudah di transfer ke rekeningnya, Nara tersenyum, dia langsung berdiri dan memakai celana panjangnya, kemudian dia mengambil dua buah mandau di dinding kemudian menaruhnya di pinggang dan megalungkan sumpitnya di punggung, dia langsung membuka jendelanya dan melompat keluar. Ketika jatuh di atas pagar berduri, dia menangkap ujung pagarnya dengan tangannya dan menahan tubuhnya kemudian bersalto keluar dari pagar, Nara berjalan sambil bersiul.
*****
Di sebuah rumah, terdengar sepasang suami istri sedang bertengkar hebat, “Prang,” terdengar sebuah benda pecah, kemudian suasana menjadi hening. Nara yang sudah sampai langsung melompat ke lantai dua dan membuka pintu di balkon, dengan perlahan dia masuk ke dalam dan melihat ke lantai satu tempat pertengkaran terjadi, dia melihat seorang wanita paruh baya yang sedang jatuh terduduk di bawah meja dengan kening berdarah dan beberapa pecahan piring di sekitarnya. Dia menoleh dan melihat seorang pria paruh baya duduk di sofa sambil menonton televisi dan menenggak minuman keras, dimejanya dia melihat ada sebuah bungkusan bubuk putih tergeletak begit saja, kemudian dia menoleh lagi ke arah kamar terlihat seorang gadis muda yang mungkin seumur dengan dirinya sedang ketakutan dengan smartphone di tangan.
“Oooo jadi tuh orang nonton di depan tv buat jagain anak ama bininya ga lapor polisi ya...parah juga, mabok ternyata, gue pikir pertengkaran biasa,”
Nara menggunakan kemampuannya untuk berpindah dimensi dan dengan santai dia menuruni tangga, kemudian dia mencabut satu jarum biusnya dan menancapkannya di kepala pria itu persis di ubun ubun, kemudian dia mendekati sang ibu dan melihat lukanya,
“Lecet doang, ga apa apa..” ujarnya dalam hati.
Setelah itu dia berjalan mendekati gadis yang mengintip di kamarnya, dia melihat smartphonenya dan email untuk dirinya masih terbuka, dia langsung menghapusnya dan menelpon polisi, kemudian dengan santai dia jalan lagi ke lantai dua dan keluar melalui pintu balkon, setelah itu dia keluar dari dimensi gaibnya kemudian melompat turun kembali ke jalan, dia mengambil smartphonenya dan mengirim pesan biasa kepada gadis itu yang isinya, “Tugas beres,” setelah itu memblok nomor gadis itu.
“Huuuaaah,” Nara menguap dan berjalan sambil merenggangkan tubuhnya dengan mengangkat tangan ke atas, kemudian dia memegang dua mandau di pinggangnya,
“Untung ga perlu senjata ini, mayan, bisa beli vocher besok hehe,” ujar Nara dalam hati.
Selagi berjalan santai dan sempat berhenti dulu beli minuman di mini market, dia mendengar suara sirine polisi dari kejauhan, di balik maskernya dia tersenyum dan keluar dari mini market setelah membayar belanjaannya.
*****
Keesokan paginya, Nara berlari menuju ke sekolahnya karena kesiangan, dia langsung masuk ke dalam gedung sekolah dan masuk ke kelas, ternyata seluruh teman sekelas sudah duduk rapi menunggu guru datang karena bel sudah berbunyi, Nara cepat cepat duduk di kursinya, teman sebangkunya menoleh menegurnya,
“Untung pas, ampir aja telat lo,”
Nara mengambil smartphonenya dan menulis balasan dari teguran teman sebangkunya, kemudian dia memperlihatkan layar smartphonenya.
“Iya, sampe ngos ngosan, untung bapak belum masuk,” balas Nara melalui pesannya.
“Udah taro smartphone lo, ntar di sita lagi,” balas teman sebangkunya.
“Sip, thanks Chan,” balas Nara menggunakan teksnya.
Nara memasukkan smartphone ke kantungnya dan mengibaskan tangannya ke leher sambil menarik sedikit kemejanya. Chandra yang duduk di sebelahnya, menelan salivanya karena melihat “keadaan” Nara di sebelahnya yang berkeringat dan kemejanya sedikit terbuka sehingga menambah keseksiannya,
“Oi tutup tuh, kelihatan,” tegur Chandra sambil memalingkan wajahnya.
Nara melihat ke bawah kemudian langsung berbalik, dia langsung menulis di buku dan memperlihatkannya kepada Chandra.
“Makasih, mau lihat yang jelas ga ? becanda hehe,” ujar Nara ngeledek.
“Dasar lo, ga lah makasih,” balas Chandra dengan wajah merah.
Pak guru pun masuk ke dalam kelas, keduanya meneruskan obrolan mereka dengan bertukar pesan di buku tulis masing masing. Dari seluruh teman sekelasnya, Chandra adalah satu satunya orang yang terlihat biasa saja ketika bicara sama Nara, sebab Nara selalu menggunakan buku tulis atau smartphone untuk bicara. Selain dia tidak memiliki filtrum, suaranya juga terdengar lucu apalagi di balik masker dan membuatnya tidak percaya diri, dia takut kalau dia bicara, maka teman satu satunya di kelas malah akan menjauh dari dirinya.
Melihat Chandra yang baik dan tidak mempemasalahkan dirinya, membuat Nara sedikit menaruh hati padanya. Tapi masalahnya, dia tidak bisa mengatakan siapa dirinya kepada Chandra dan dia juga tahu kalau Chandra sudah punya kekasih di jakarta. Akhirnya Nara harus merelakan cintanya kandas dan bertepuk sebelah tangan. Tiba tiba sebuah buku di sodorkan ke hadapan Nara, dia langsung membacanya isinya adalah pesan dari Chandra.
“Gue harus balik ke jakarta dan mungkin akan pindah sekolah di sana,” ujar Chandra.
“Kenapa ?” tanya Nara.
“Kakek gue di sana sakit, jadi nyokap minta bokap supaya tinggal di jakarta aja sekalian ngurus kakek, lagian bokap juga dapet tawaran kerja di sana, walau sebelumnya dia cuekin sih,” balas Chandra.
“Oh gitu, kapan berangkatnya ?” tanya Nara.
“Kemungkinan minggu depan,” jawab Chandra.
“Oh gitu, ntar kabarin gue ya kalau mau berangkat,” ujar Nara.
“Pasti. Lagian bakal pamit juga kok sama kelas,” balas Chandra.
Keduanya kembali melihat ke papan tulis untuk mencatat apa yang di tuliskan pak guru di papan tulis. Pulang sekolah, Nara berjalan sambil tertegun,
“Semua ke jakarta ya...” Pikirnya dalam hati.
Kakinya menendang kerikil sambil terus berjalan dengan perlahan dan santai sambil berpikir keras, akhirnya Nara sampai di kos kosannya, tapi dia kaget karena melihat ada mobil polisi terparkir di depan pagar kos kosannya. Dia langsung berlari masuk ke dalam kos kosannya dan melihat dua orang polisi sedang berbicara dengan ibu penjaga kos. Nara mendekat, sang ibu melihat Nara dan dia langsung mendekati Nara,
“Nara, kamu sebaiknya periksa kamarmu, ada yang hilang ga, barusan ada maling masuk ke sini dan membawa banyak barang,” ujar sang ibu.
Nara mengangguk dan langsung berlari kemudian berdiri di depan kamarnya, “Klek,” ternyata kamarnya tidak terkunci padahal dia ingat kalau dia menguncinya, dia masuk ke dalam, matanya langsung melihat dua buah mandau dan sumpit yang masih tertempel di dinding, dia langsung berjalan ke meja belajarnya dan membuka buka lacinya, semua barangnya masih ada di dalam, kemudian dia berjalan ke lemari dan membuka pintunya, kemudian dia langsung melihat laci dan mengambil kotak perhiasannya, dia membukanya dan semuanya masih utuh, tapi ada satu benda yang tidak ada di sana.
“Loh liontin mama mana ?” tanyanya dalam hati.
Dia langsung mencari di sekitar lemari, laci lacinya dan sekeliling kamarnya, liontin itu sama sekali tidak dia temukan, akhirnya dia keluar dan berlari ke bawah menemui sang ibu penjaga yang masih bersama dua orang polisi, dia mengetikkan pesan kepada ibu penjaga yang langsung membacanya,
“Aduh kamu juga kena ya ? liontin itu berharga banget ga ?” tanya ibu.
“Iya, sangat berharga, liontin itu dari mamaku. (Tidak mungkin akau mengatakan ada foto mamaku yang berasal dari kota saranjana di dalamnya.)” jawab Nara menggunakan pesan.
“Dia juga korban pak,” ujar ibu kepada polisi.
“Kami akan mengupayakan menangkap pencuri secepatnya,” ujar sang polisi.
Nara mengetikkan sesuatu kepada polisi kalau dia minta di kabari secepatnya karena benda yang hilang itu sangat penting baginya. Jawaban kedua polisi itu sama seperti sebelumnya membuat Nara mengepalkan tangannya karena geram.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments