Kembali ke masa kini, Shin yang duduk di sebelah Amanda terlihat bosan, dia menoleh ke kanan dan kiri melihat kondisi kelas.
“Manda, gue gabut nih, gue jalan jalan di luar yak,” ujar Shin.
“Gih, jangan jauh jauh dan jangan ngerusuh,” balas Amanda.
“Iye iye ngerti, dah ya, ntar makan siang gue balik,” balas Shin.
“Ho oh, pelan pelan keluarnya,” balas Amanda.
“Greek,” Meja Amanda bergeser, kemudian tiba tiba “Blak,” Pintu kelas di belakang terbuka lebar. Amanda berdiri dan berjalan menutup pintunya, tapi ketika dia berbalik, seluruh teman sekelas sedang menatap tajam dirinya.
“Oh...kena angin hehe,” ujar Amanda.
“Oh angin,” semua nya menjawab kompak.
“Duduk duduk, ini lagi di tengah pelajaran, ayo lanjutkan,” teriak pak Bas.
Amanda kembali duduk, wajahnya menjadi sedikit merah karena malu dirinya sudah menarik perhatian di hari pertama.
“Shin bloon, dah di bilang pelan pelan juga,” Keluh Amanda di kepalanya.
*****
“Ting teng tung nong,” Pemberitahuan otomatis memberitahukan sudah saatnya istirahat makan siang. Seluruh teman sekelas langsung berangkat keluar kelas, Amanda masih berada di kelas sendirian, sebab dia bingung harus kemana. Akhirnya dia membuka bekal yang di siapkan ibunya tadi pagi,
“Oi..” ujar Shin yang sudah ada di belakangnya.
“Apa, gue ga kaget,” ujar Amanda.
“Bukan itu, lihat nih...” balas Shin.
Amanda menoleh ke belakang, kakinya secara otomatis langsung membuat tubuhnya berdiri karena kaget, matanya membulat dan mulutnya ternganga, alasannya karena Shin tidak sendirian, dia membawa seorang pria tembus pandang yang berwajah super culun berkacamata tebal, kepalanya berdarah darah, tangan pengkor dan kaki bengkok. Seragamnya sudah sobek sobek tidak karuan dan terlihat di banjiri darah segar dari kepalanya yang pecah.
“Apa apaan sih Shin, kenapa lo bawa beginian kemari, gue kan mau makan, kelewatan lo,” ujar Amanda yang tanpa sadar berteriak kencang.
“Lo tuh gimana, kenapa tereak, lihat noh,” ujar Shin menunjuk ke belakang Amanda.
Amanda menoleh, dia melihat dua orang teman sekelas yang terbengong bengong melihat dirinya yang tiba tiba berteriak padahal tidak ada apa apa. Amanda langsung menoleh lagi dan duduk dengan tenang sambil berpura pura seakan tidak ada apa apa.
“Jadi gini, tadi pas gue lagi muter muter, dia lagi berdiri di lapangan, awalnya gue pikir dia di strap, ga tahunya doi udah koit. Pas di tanya, dia bilang dia di bunuh, tapi pas gue tanya kapan dan ama siapa, dia lupa. Mau tolongin ga ?” tanya Shin.
“Ah elah, ya udahlah, ayo,” jawab Amanda sambil berdiri.
Dia berjalan keluar kelas, kemudian Shin memberitahu Amanda tempat dia menemukan arwah siswa itu. Ternyata tempatnya pas di dekat tiang bendera, Amanda menoleh ke atas, dia melihat atap sekolah yang lumayan tinggi, setelah itu dia mengamati tangan dan kaki arwah malang itu. Amanda menoleh, dia melihat seragam laki laki siswa yang lewat di koridor,
“Hmm kayaknya dia koitnya udah lama, seragamnya beda. Trus kayaknya dia jatuh dari atas deh,” ujar Amanda di kepalanya.
“Tuh kan apa gue bilang, nyantai aja lo, dia otaknya encer,” ujar Shin sambil menepuk punggung arwah malang itu sampai kacamatanya yang tebal hampir terlepas.
“Tanyain Shin, dia mau balas dendam ga ?” tanya Amanda di kepalanya.
Shin terlihat bicara dengan arwah itu, kemudian Shin menganggukan kepalanya dan tangannya di letakkan di dagu tulangnya seakan akan dia sedang mendengarkan cerita arwah itu.
“Doi ga mau apa apa, dia cuma mau liat ade cewenya, katanya ada di sekolah ini,” ujar Shin.
“Lah, namanya siapa ? dia sendiri namanya siapa ?” tanya Amanda.
“Bentar, gue tanya lagi,” jawab Shin.
Kembali lagi Shin nampak seperti sedang mengobrol dengan arwah itu, tiba tiba arwah itu menunjuk ke arah koridor. Amanda langsung menoleh dan melihat seorang ibu guru yang terlihat masih muda sedang berjalan sambil membawa berkas. Amanda langsung mengejar ibu guru itu,
“Siang bu,” sapa Amanda.
“Siang, kamu anak kelas 3 yang baru pindah itu ya, kelasnya pak Baskoro ?” tanya sang ibu guru.
“Benar bu, nama ibu siapa ?” tanya Amanda.
“Saya Esti, saya mengajar biologi, panggil aja bu Esti. Nama kamu siapa ?” tanya Esti.
“Amanda bu, gini bu, Manda mau tanya sesuatu boleh ?” tanya Amanda.
“Boleh aja, ada apa,” jawab Esti.
“Ikut Manda sebentar ya bu, sini yu,” Amanda menarik lengan Esti membawanya ke tengah lapangan.
Wajah Esti terlihat sangat kebingungan tapi dia ikut saja di tarik Amanda, setelah sampai di hadapan Shin dan arwah itu.
“Nah di sini bu,” ujar Amanda.
“Eh, memang ada apa di sini ?” tanya Esti bingung.
“Kakak ibu meninggal di sini ya bu ?” tanya Amanda langsung tanpa basa basi lagi.
Esti langsung terkejut, dengan sigap dia menangkap mapnya yang hampir terjatuh karena kaget. Dia langsung menoleh melihat Amanda yang terlihat berkulum senyum memandang dirinya,
“Kok kamu tahu ? kejadiannya kan udah lama banget ?” tanya Esti bingung.
“Tau bu, trus kalau dia mau ketemu boleh ga bu ?” Pertanyaan lanjutan dari Amanda yang membuat map Esti kali ini benar benar jatuh ke bawah.
“Kamu jangan bercanda ya, ibu marah loh,” jawab Esti sambil memungut map nya.
“Oi Manda, kenapa pake nanya segala sih, lihat dia udah cakep siap ketemu,” shin menegur Amanda.
Amanda menoleh ternyata Shin bener bener merapihkan rambut arwah itu, kemudian Amanda memegang pundak Esti yang baru berdiri dan memejamkan mata. Langsung saja tubuh Esti gemetar terlihat seakan akan dia sedang kesurupan karena matanya langsung mendelik ke atas dan mulutnya menganga lebar. Shin juga memegang pundak Esti yang satunya, Esti kembali normal tapi dia langsung menutup mulut nya dengan kedua tangannya dan mapnya terlepas jatuh lagi.
Esti melihat kakaknya yang masih berseragam sma berdiri di depannya sambil tersenyum, air matanya berlinang. Karena harapannya sudah terkabul dan keterikatannya di dunia sudah terlepas, arwah itu melayang dan mengeluarkan sinar, Esti bisa melihat kakaknya naik ke atas sambil melambaikan tangan pada dirinya.
“Di..dia bener kak Anto ?” tanya Esti sambil menoleh pada Amanda.
“Bener bu, memang dia meninggalnya kenapa bu ?” Amanda balas bertanya.
“Sini ikut ibu, di sini panas,” Esti kembali lagi mengambil map nya di lapangan.
Esti mengajak Amanda keruang guru, kemudian dia menceritakan apa yang terjadi pada Amanda. Kejadian nya sudah sekitar 17 tahun yang lalu, ketika itu kakak dari Esti yang bernama Anto di mintai tolong oleh guru untuk melepaskan bendera yang tersangkut di pohon, Anto naik ke atap tapi ketika sampai di atap, dia melihat beberapa siswa nakal sedang merokok diam diam di atas, ketika melihat Anto mereka langsung lari dan tidak sengaja mendorong Anto.
Anto yang hilang ke seimbangan jatuh ke bawah menghantam dahan pohon dan ketika sampai di tanah dia jatuh kepala duluan. Anto langsung tewas seketika, para siswa nakal yang tidak sengaja mendorongnya di tangkap oleh para guru dan di bawa ke kantor polisi bersama orang tua mereka. Setelah itu, mereka di keluarkan dari sekolah dan pohonnya di tebang supaya insiden serupa tidak terjadi lagi.
“Tapi kamu bisa melihatnya ya, hebat kamu,” ujar Esti.
“Hehe makasih bu,” balas Amanda.
“Ya sudah sana, kamu belum makan kan, nanti ga keburu loh,” ujar Esti.
“Ok bu, permisi ya bu,” balas Amanda.
Setelah Amanda keluar, Esti mulai menggosok kedua lengannya, dia mulai merinding dengan kejadian barusan. Seorang guru pria masuk ke dalam ruang guru dan melihat Esti seperti orang kedinginan.
“Loh kenapa bu Esti ? dingin ? keluar aja dulu bu, di luar panas, ac nya kedinginan ya ?” tanya guru pria itu sambil mengangkat tangan ke arah ac.
“Tidak apa apa pak Mardi, baru dapet kejadian spiritual haha,” jawab Esti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments