Chapter 5

April 2022, di sebuah sekolah yang berada di wilayah jakarta utara, seorang guru masuk ke dalam kelas bersama dengan seorang gadis yang memakai seragam putih abu abu.

“Selamat pagi anak anak,” sapa sang guru.

“Pagi pak Baskoro,” balas seluruh murid di dalam kelas.

“Kita kedatangan murid baru di kelas ini, silahkan perkenalkan diri,” ujar pak Baskoro sambil menoleh melihat sosok seorang gadis yang berdiri di sebelahnya.

Seluruh murid di dalam kelas, baik perempuan atau laki laki, terkesiap melihat siswi yang berdiri di depan kelas. Alasannya karena seluruh diri siswi itu berwarna putih, ya siswi itu mengidap kelainan albino, bahkan sampai rambutnya saja berwarna putih seperti seorang nenek yang sudah ubanan dan pupil matanya menjadi merah.

Namun, tidak ada seorang siswa laki laki pun yang berkedip, pasalnya gadis itu sangat cantik dengan hidung mancung menawan, bibir tipis yang seksi, tubuh yang jenjang dan alis mata yang panjang. Sang gadis yang berdiri di depan menarik nafas panjang panjang dan menghembuskan nya melalui mulut untuk mempersiapkan diri memperkenalkan dirinya sendiri sekaligus menutupi groginya.

“Perkenalkan teman teman namaku Amanda Ivanov,” ujarnya tegas.

“Wah lo blasteran ya ?” Celetuk salah seorang siswa.

“Iya, mama gue indo, papa gue russia,” jawab Amanda.

“Tinggal dimana ? doyannya apa ? hobinya apa ?” tanya seorang siswa lagi.

“Maaf kalau tinggal rahasia, kalau doyan ampir semua doyan, kalau hobi bingung,” jawab Amanda.

Seluruh teman sekelas langsung tertawa mendengar jawaban Amanda yang terdengar asal asalan sekenanya. Amanda di minta duduk di tempat yang kosong dan sesuka hatinya oleh pak Baskoro, tanpa menunda lagi Amanda berjalan melewati teman teman ke kursi di paling belakang yang tidak memiliki tetangga. Ketika duduk, “Bruk,” terdengar suara kencang, seluruh teman sekelas langsung menoleh melihat Amanda, walau Amanda terlihat cuek dan biasa saja tanpa memperdulikan tatapan teman sekelas.

“Eh tadi itu suara apa ya ?” tanya seorang siswi.

“Tau, tapi bunyinya pas dia duduk tadi, masa iya sih pantatnya dari batu,” jawab siswi di sebelahnya berbisik.

Semua nya langsung cekikikan, namun semuanya tidak mengetahui, kalau sebenarnya alasan Amanda mencari tempat duduk yang kosong tanpa tetangga itu karena memberi tempat duduk seseorang yang datang bersamanya dan selalu bersamanya di manapun dia berada, walau lokasi tempat duduknya sendirian di paling belakang.

“Oi Manda, gue duduk kekencengan ye ?” tanya seseorang di kepala Amanda.

“Iye, pada nengok semua, baru hari pertama udah jadi seleb, payah lo Shin,” jawab Amanda sambil menoleh sedikit.

“Jee maap kale, jangan cembetut ah, masih pagi,” ujar Shin.

Di sebelahnya duduk seorang pria yang memakai jubah dan zirah tempur seorang jendral perang dari negeri matahari terbit lengkap dengan helm dan sebuah pedang samurai (walau sebenarnya dia bisa berganti baju sesuka hatinya jika Amanda memintanya tapi pakaian itu adalah pakaian favoritnya), namun tubuhnya di selimuti kabut dan wajahnya memakai topeng hanya matanya saja yang terlihat berwarna merah. Namanya Takeda Shinjou, teman satu satunya Amanda yang mengerti dirinya yang selalu di anggap aneh oleh orang lain di manapun. Apa alasan keduanya bisa bersama dan tentunya tidak ada seorang pun yang bisa melihat Shin, semua terjadi sekitar 13 tahun lalu ketika Amanda baru berumur 5 tahun.

*****

“Ma, lihat ma, ada yang telbang di atas,” ucap Amanda tiba tiba ketika sedang berjalan bersama mamanya pulang dari pasar dan melihat ke atas sambil menujuk dengan telunjuknya yang mungil.

“Ah masa sih, mama tidak lihat apa apa tuh,” balas mamanya.

“Benel ma, Manda tidak bohong, benel ma,” Amanda berusaha meyakinkan mamanya dengan suara cadel nya.

“Sudah ah, ayo kita pulang, nanti kesorean, papa keburu pulang lagi, mama belum masak,”

Sang ibu langsung menarik tangan putrinya yang masih menoleh melihat sesuatu yang terbang terbang di udara. Sedari kecil, Amanda sudah bisa melihat banyak hal di luar sepengetahuannya, dia bisa melihat hantu dan makhluk astral lainnya. Orang tuanya benar benar khawatir karena Amanda tidak seperti anak lainnya, walau dia keturunan Ukraina tapi warna kulitnya benar benar putih bahkan lebih putih dari orang Ukraina sendiri.

Selain itu, rambutnya juga berwarna putih karena kurangnya pigmen hitam di dalam akar akar rambutnya, tapi yang paling membuat orang tuanya khawatir, mata Amanda terlihat merah sehingga tidak ada teman sebayanya yang mau bermain dengannya, baik di taman, di sekolah taman anak anak dan lainnya. Semua takut melihatnya dan Amanda kerap mendapat julukan “hantu” dari teman teman nya.

Suatu hari, di sebuah taman kanak kanak, Amanda dengan riang menggambar sendirian di kelas, seorang ibu guru mendekatinya,

“Wah gambar apa Manda ?” tanya ibu guru sambil menunduk melihat Amanda yang sedang menggambar.

“Gambal ibu Ilen (Iren)...” jawab Amanda.

“Coba sini ibu lihat,” balas Ibu guru sambil menjulurkan lehernya ke arah gambar Amanda.

“Glek,” Ibu guru menelan salivanya, wajahnya menjadi tegang dan sedikit memutih karena pucat, pasalnya yang di gambar Amanda bukanlah gambar biasa. Di dalam gambar, salah satu gurunya yang bernama Iren tergeletak di lantai dengan kepala bocor mengeluarkan darah bagai air mancur dan di tangannya memegang sesuatu yang berbentuk seperti sebuah buku.

Tapi dari semuanya yang mengerikan adalah backgroundnya yang menggambarkan sebuah ruangan dengan dua buah tangan besar di dinding yang sepertinya habis mendorong Iren sampai jatuh. Semua di gambar jelas oleh Amanda dan di beri warna yang kombinasi nya seperti sebuah setting film horror.

“Itu gambar apa Manda ? kok serem ?” tanya ibu guru.

“Ini ibu Ilen (Iren) di lumahnya,” jawab Amanda riang.

“Kriiing...kriiing,” telepon sekolah berbunyi, sang ibu guru langsung berlari mengangkat teleponnya. Setelah bicara beberapa saat di telepon, wajah ibu guru menjadi sangat pucat sampai membuat heran para guru lainnya. Ternyata yang menelpon adalah suami dari ibu Iren yang pulang lebih cepat dari kantor karena ibu Iren jatuh di ruang baca ketika sedang membersihkan nya dan di larikan ke rumah sakit karena kepalanya terbentur ujung meja sampai bocor berdarah.

Langsung saja, karena takut, ibu guru menelpon orang tua Amanda dan menceritakan kejadiannya, setelah itu karena orang tua Amanda marah kepada sekolah yang menuduh anak nya yang tidak tidak, akhirnya keluarga Amanda memutuskan pindah rumah ke rumah orang tua ibunya di bandung dan berniat menyekolahkan Amanda di sana. Setelah sampai, Amanda melihat sebuah rumah peninggalan jaman penjajahan yang sudah tua namun masih sangat terawat sehingga layak menjadi cagar budaya.

Selagi orang tuanya berberes, Amanda pergi ke halaman belakang, disana ada sebuah pohon tua yang besar, dia membawa buku gambar nya dan berniat menggambar di sana, namun ketika dia mendekat ke pohon itu, dia menoleh ke atas dan melihat seorang pria berwajah tengkorak sedang berbaring santai di dahan pohon dengan mulut mengulum sebuah ranting.

“Hayoo...” sapa Amanda.

Pria itu menoleh dan melihat ada gadis kecil serba putih berdiri di depan pohon sedang memeluk buku gambar yang lebih besar dari dirinya dengan wajah tersenyum sedang melihat dirinya dengan matanya yang bulat nan lucu. Tapi yang membuat pria itu kaget sampai dia melayang turun dari dahan,

“Kamu bisa melihatku ?” tanya nya dengan suara mengerikan.

“Eh, bisa ngomong,” jawab Amanda.

“Tentu saja bisa, aku kan manusia, masa tidak bisa ngomong,” ujar pria itu.

“Tapi biasanya kan cuma ngeliatin Manda aja, ga bisa ngomong,” balas Amanda bingung.

“Jangan samakan aku dengan arwah yang suka numpang lewat, kamu siapa ? Manda ?” tanya pria itu.

“Iya, aku Manda, kalo kamu ?” tanya Amanda.

“Takeda Shinjou....itu namaku,” jawab Shin.

“Takuta Siju ?” tanya Amanda bingung.

“Ah...bukan, Takeda Shinjou, atau panggil aja Shin,” jawab Shin.

“Iya Chin...” balas Amanda.

“Bukan Chin...ah biarlah, lalu kenapa kamu memanggil ku ?” tanya Shin heran.

“Main yu...” ajak Amanda.

“Hah....main ?” tanya Shin.

Sejak itu, mulailah pertemanan Amanda dan Shin di mulai, Shin mencoba mengingat siapa dirinya, tapi dia tidak ingat apa apa, dia hanya ingat kalau dia sampai di indonesia karena sebelumnya dirinya di kurung di dalam pedang katana yang di bawa oleh salah seorang tentara dari negeri matahari terbit yang menduduki ibukota.

Namun ketika perang dunia kedua berakhir dan negeri matahari terbit kalah, tentara mereka yang berada di bandung melarikan diri pulang ke negerinya, Shin tertinggal dan menetap di bandung. Sejak itu dia mempelajari segala sesuatu tentang negeri baru nya dan mungkin dia lebih fasih berbahasa indo dan sunda di banding bahasa negeri nya sendiri. Tapi dia tetap tidak bisa keluar dari kota dan terikat di rumah jaman penjajahan itu tanpa dia sendiri tidak tahu apa penyebabnya.

Dia suka menceritakan banyak hal kepada Amanda yang setia menyimaknya sampai terkantuk kantuk, dia juga tertarik dengan Amanda karena Amanda suka menggambar kejadian kejadian buruk yang belum terjadi dan membantu mencegahnya, dia juga mengajarkan Amanda bela diri untuk menjaga dirinya sendiri, terkadang dia suka membantu Amanda juga mengusir apapun yang ingin menjahati Amanda dan keluarganya.

Hanya saja, orang tua Amanda semakin khawatir karena sekarang anak mereka memiliki teman imajiner dan menyekolahkannya di sekolah khusus. Namun semenjak ada Shin bersama Amanda, tidak ada yang berkeluh kesah lagi mengenai Amanda walau tetap Amanda tidak memiliki teman seorang pun karena semua takut padanya. Walau begitu, Amanda tetap tumbuh menjadi gadis yang cantik dan cerdas.

Namun ketika Amanda berusia 15 tahun, tepat dua tahun yang lalu, orang tua Amanda meninggal karena kecelakaan pesawat tepat ketika mereka terbang ke negara papa Amanda. Setelah berumur 17 tahun dan tinggal sendirian selama dua tahun hanya bersama Shin, Amanda memutuskan untuk menjual rumahnya kepada pemerintah kota sebagai cagar budaya dan pindah ke Jakarta, tapi ada satu masalah, Shin terikat dengan rumah itu dan tidak bisa meninggalkannya, akhirnya Amanda membuat Shin menjadi terikat ke dalam dirinya dan masuk di dalam dirinya.

Setelah Shin menyatu dengan Amanda, tanpa di sadari, Shin akhirnya menjadi pelayan setia bagi Amanda yang tidak terpisahkan darinya walau Amanda tetap menganggap Shin sebagai teman mainnya. Kekuatan yang di miliki Shin secara tidak langsung terwariskan sebagian ke dalam tubuh Amanda, membuat Amanda semakin jitu menggunakan kekuatan indigonya, dia bisa memprediksi kejadian yang akan datang dalam waktu dekat atau benar benar jauh di masa depan. Akhirnya setelah mengurus perpindahan sekolahnya, mereka pergi ke Jakarta dan Amanda meneruskan bersekolah di sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!