Chapter 11

Agustus 2022, kota banjarmasin, kalimantan selatan, di sebuah indekos, seorang gadis yang masih berseragam putih abu abu sedang berbaring sambil bermain menggunakan smartphonenya. Di dinding yang berada di atas tempat tidurnya ada dua buah mandau yang menyilang lengkap dengan sarungnya, di bawah kedua mandau itu ada sebuah sumpit dan beberapa jarumnya. Gadis itu berbalik dan terlungkup sambil memegang smartphonenya.

“Duh si balang ga pernah ol lagi ya...payah ah...kemana sih dia...eh si Ismi online...tanya ah,”

Dia langsung menghubungi teman main game moba sejuta umatnya, walau temannya sedang bermain dia meninggalkan chat supaya di balas nanti setelah dia selesai, kemudian dia berbalik lagi dan terlentang di tempat tidur dengan lengan menutup matanya.

“Bosaaaaaaan...” teriaknya dalam hati.

Kemudian dia turun dari tempat tidurnya untuk mengganti seragamnya, dia berdiri di depan lemari dan membukanya, setelah mengambil beberapa potong pakaian, dia menutup pintu lemarinya dan terlihatlah dirinya di depan cermin, mata gadis itu berwarna biru terang seperti air dan dia masih memakai masker.

“Wuih gue belom copot,” Pikirnya,

Dia langsung melepas maskernya dan melihat wajahnya di cermin, ternyata ketika maskernya di lepas, gadis itu sangat cantik seperti orang asing namun ada satu kekurangan yang selalu dia tutupi pakai masker yaitu gadis itu tidak memiliki lekukan vertikal yang menghubungkan mulut dan hidung (Filtrum). Dia melihat kalung liontin yang berwarna emas karena terbuat dari kuningan dan di hiasi dengan batu aquamarine di tengahnya yang berada di dadanya. Dia menggenggam liontinnya.

Liontin itu adalah pemberian ibunya yang tidak pernah dia temui sebelumnya, selama ini dia hidup dengan ayahnya dan kakeknya di salah satu pulau di kabupaten kotabaru yang mengajari dia bela diri tradisional di tambah ilmu kanuragan dari semenjak dia kecil. Namun dua tahun lalu, ketika usianya beranjak 15 tahun, ayahnya mendadak menghilang dan kakeknya sudah sakit keras, sang kakek mengatakan kalau ayahnya pergi ke rumah ibunya yang berada di kota Saranjana dan tidak akan pernah kembali lagi.

Setelah itu, dia hidup hanya berdua dengan sang kakek dan mengurusnya sampai kakeknya meninggal enam bulan yang lalu, setelah itu dia menjual rumahnya di bantu oleh pamannya dan pindah ke kota banjarmasin untuk meneruskan sekolah di sana sekaligus menyelesaikan kuliah di sana, dia membawa mandau peninggalan kakek dan ayahnya sekaligus sumpitnya bersama dirinya sebagai kenang kenangan. Sekarang dia tinggal di kos kosan sendirian dan sepulang sekolah kerjaannya hanya bermain smartphone tanpa keluar kamar karena dia tidak punya teman selain teman online. “Pling,” sebuah pesan masuk di dalam smartphonenya,

Gadis itu langsung memakai pakaiannya dan mengambil smartphonenya kemudian duduk di sisi tempat tidurnya,

“Oi stress, lo nanyain si balang ? dah lama pensi die,” ujar temannya yang memiliki nik name Ismi.

“Lah pensi ? serius lo ?” tanya gadis itu dengan membalas chatnya.

“Iye, tau dah tuh orang, tapi dia sama kayak gue, dia mau kuliah di jakarta katanya,” ujar Ismi.

“Jiaaah...parah dah, lo ama die mau kuliah di jakarta ?” tanya gadis itu.

“Iye, gue sendirian di sini, kalau ke jogya atau surabaya males, mending sekalian ke jakarta, lo seangkatan ama gue dan si balang kan ? bareng aja yu,” jawab Ismi.

“Duh gue mikir dulu deh, di sini aja berat apalagi ke jakarta,” balas sang gadis.

“Ya elo juga sinting, pagi siang sore malem online....dasar stress lo..” Ledek Ismi.

“Lah biarin, namanya juga nganggur, gue sedih nih kehilangan satu temen,” balas sang gadis.

“Jah elah, emang di real lo ga ada temen apa ? eh udah dulu ya, gue mau gawe, mau mandi dulu,” ujar Ismi.

“Pantes bau wkwkwkw..” balas sang gadis meledek.

“Rese lo, dah ya...gue off,” balas Ismi.

“Iya, bye bye,” balas sang gadis.

Dia menaruh lagi smartphonenya di meja, kemudian dia merebahkan tubuhnya kembali di tempat tidur sambil tertegun melihat langit langit, kemudian dia bangun lagi dan mengambil smartphonenya kemudian memakai maskernya,

“Ke Al*** Mart ah...” Pikirnya.

Dia berdiri dan mengantungi smartphone di celananya, kemudian memakai jaket nya dan melangkah keluar dari kamarnya, dia berjalan turun ke lantai satu untuk menuju pintu keluar, kemudian berpapasan dengan seorang ibu penjaga kos,

“Eh mau keluar Nara ?” tanya sang ibu.

Nara mengangguk, kemudian mengambil smartphonenya dan mengetikkan sesuatu di layar smartphone, kemudian dia memperlihatkan tulisannya kepada sang ibu yang memicingkan matanya untuk membacanya,

“Oh mau ke al***,” balas sang ibu.

Nara mengangguk lagi, kemudian dia mengetik sekali lagi untuk pamit dan berjalan keluar dari kos kosan, alasan dia menggunakan smartphone untuk berkomunikasi supaya tidak ada orang yang melihat wajahnya yang tidak memiliki filtrum dan menjadi takut karenanya. Nara berjalan dengan memasukkan tangannya ke dalam saku jaketnya, dia berjalan agak sedikit cepat menghindari berpapasan dengan orang yang dia kenal karena dia kos dekat sekolahnya.

Di persimpangan jalan, dia melihat seorang nenek yang hendak menyebrang, namun walau nenek itu sudah menekan tombol lampu penyebrangan, masih banyak motor yang lewat menghiraukan lampu lalu lintas yang berwarna merah. Akhirnya dia mendekati sang nenek dan membantunya menyebrang jalan, ketika sudah sampai di tengah, “Awasss..” teriak seorang pria pejalan kaki, Nara menoleh dan melihat seorang pengemudi ojek online yang melaju ke arahnya sambil melihat smartphonenya.

Nara memejamkan matanya yang berwarna biru itu kemudian membukanya lagi, dia berada di sebuah dimensi yang berbatasan dengan dunia orang hidup dan hanya di batasi seperti dinding air yang tembus pandang, dengan santai dia melepas nenek itu dan menghampiri pengemudi ojek online yang masih konsen melihat smartphonenya, bagi Nara yang berada di dalam dimensi gaib itu, di balik dinding air yang merupakan dunia nyata, waktu seakan akan terhenti, walau sebenarnya mereka tetap bergerak hanya saja sangat lamat.

Ketika dia sudah berdiri di sebelah pengemudi yang masih menunduk tanpa melihat jalan, dia menoleh dan melihat ada sebuah gerobak sampah, dia menendang sang pengemudi sampai terpental masuk ke dalam gerobak dan mengatur motornya supaya mengesot tidak mengenai sang nenek di depannya, kemudian dia kembali ke sisi sang nenek dan keluar dari dimensi gaibnya. “Braaaak,” Motor itu menabrak tiang listrik sampau dashbornya hancur dan si pengemudi berada di dalam gerobak sampah dengan wajah heran dan bingung.

Setelah itu, dia membawa nenek dengan selamat menyebrang dan meneruskan langkahnya menuju mini market tujuannya dengan santai dan tangan tetap masuk ke dalam saku jaketnya, walau di belakangnya menjadi heboh karena kejadian yang tidak biasa terjadi di jalan raya sehingga banyak orang berkerumun mengerubungi sang pengemudi ojek yang kebingungan dan bercerita panjang lebar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!