Part 20. Kunjungan Mendadak

Setelah malam panjang, kini pagi buta sudah menunjukan pukul lima. Pria bertubuh tegap itu, membuka kelopak matanya seraya meringis kala rasa sakit kepala tidak sehebat kemarin. Ezra memijit pelipisnya, tubuhnya sudah tidak sakit lagi. “Kenapa bisa sampai sakit ya?” gumamnya pelan, lalu dia bangun dan menyandarkan tubuhnya ke papan ranjang.

Samar-samar dia teringat, jika kemarin dia menghubungi Ivy untuk datang ke apartemennya. “Vy-” suaranya terjeda ketika melihat sosok wanita yang sedang berbaring di sofa kamarnya. Ezra langsung menyibak selimutnya, lalu mendekati Ivy. Pria itu terduduk di bawah, seraya memandang Ivy lekat tajam. Bulu mata yang lentik begitu cantik, namun sayang harus tertutup kacamata. “Kau harus menjadi milliku Vy, apapun rintangannya meskipun kau menolak 1000 kali,” pria bermanik biru terang itu mengucapkan kata mantra yang seolah-olah bisa menyihir Ivy agar tergila-gila denganya.

Jemari besar Ezra pelan-pelan melepaskan kacamata Ivy, lalu menyingkirkan rambut gelombang ke belakang. Dia ingin melihat wajah dingin Ivy ini, ketika tidur. Sungguh sangat berbeda. Ketika tertidur, Ivy bagaikan Dewi lembut yang mampu menghipnotis para kaum adam. Dan kelak, dialah orang yang akan terus melihat Ivy ketika bangun tidur di pagi hari. Ya, itu harus.

“Hmm..” suara Ivy yang terbangun, langsung membuat Ezra cepat-cepat kembali ke kasurnya. Hari ini, dia berencana akan membuat Ivy tetap di sampingnya, meskipun tubuhnya sudah tidak sesakit kemarin, dia akan bertingkah seolah masih sakit.

“Ya ampun, jam berapa ini!” pekik Ivy pelan, kemudian dia melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul setengah enam pagi.

Ivy lalu beranjak dari sofa dan mengecek lagi keadaan bosnya. “Sudah tidak sepanas kemarin,” gumam Ivy pelan, setelah meletakkan punggung tangannya ke dahi Ezra.

“Vy…” suara Ezra terdengar lirih, pelan-pelan kelopak matanya terbuka.

“Tuan? Apakah masih pusing?”

Ezra mengangguk pelan. “Sedikit, dan terima kasih sudah datang dan mengurusku,” tuturnya pelan menatap lembut sekretarisnya.

“Kalau begitu, saya hubungi dokter keluarga saj-”

“Tidak usah, aku hanya butuh istirahat satu hari saja. Nanti kau hubungi Donald untuk menggantikan aku jika ada rapat penting,” sela Ezra cepat, dia tidak mau ada gangguan hari ini.

“Apakah Anda baik-baik saja jika sendirian?” tanya Ivy memastikan, tidak mungkin seharian dia di sini kan?

Ezra langsung beringsut duduk, lalu menyenderkan punggungnya. “Siapa bilang aku sendirian, kau akan berada di sini sampai aku sembuh!” ucap Ezra dengan nada tegas.

“Kenapa begitu? saya bukan perawat Tuan,” protes Ivy, karena dia harus bekerja.

Ezra melipat kedua tangannya di depan. “Kau tetap di sini, lagipula aku bosnya. Jadi semuanya tidak masalah,” kekeh Ezra tidak mau kalah.

“Tapi, sepertinya Anda sudah sehat Tuan,” pungkas Ivy menatap datar bosnya.

“Aku hampir sekarat kemarin jika kau tidak datang,” Ezra berujar lirih, tangannya memijat pelipisnya lalu menatap Ivy melas.

Ivy hanya menghela napas sabar, melihat bosnya yang sedikit manja ini. Apakah benar, pria ini berumur 35 tahun ? Tapi kelakuannya ketika sakit seperti bocah 5 tahun. Sangat menyebalkan.

“Baiklah, baiklah Tuan. Kalau begitu sekarang Anda harus mandi dulu. Saya akan siapkan air hangat dan sarapan,” ujar wanita itu akhrinya menyerah.

Melihat Ivy yang akhirnya tinggal di sini, membuat bibir pria itu tertarik ke atas sedikit.

Ezra lalu menyibak selimutnya, membuka kaus putihnya hingga dia shirtless dan menyusul Ivy ke kamar mandi.

“Astaga Tuan!” pekik Ivy yang terkejut melihat Ezra berdiri di belakangnya, setelah dia selesai menyiapkan air hangat.

Wanita itu tidak berani menatap bosnya, alhasil dia membuang pandangannya. “Sudah siap Tuan, silahkan-” ucapnya terbata karena melihat Ezra yang sudah tidak pakai kaus lagi.

“Kenapa kau tidak mau menatapku?” Ezra bertanya dengan serak, ini adalah pemandangan yang langka.

“Tuan- Akh” pinggul mungilnya ditarik oleh tangan besar Ezra, hingga membuat wajah Ivy membentur tubuh keras depan Ezra, dan panas.

“Tuan jangan macam-macam,” Ivy berucap sedikit tersengal. Dia tidak ingin pria ini menyadari jika sentuhannya selalu membuat reaksi tubuh Ivy berbeda.

“Macam-macam bagaiamana Vy? hanya begini saja kok,” bibir yang sedikit pucat itu berbisik pelan.

Seketika tatapan mereka saling beradu, di bawah cahaya kuning kamar mandi Ezra, kini pria itu bisa melihat semu merah di pipi Ivy.

“Kenapa pipimu merah? apa sekarang kau yang sakit?” Ezra mengusap lembut pipi Ivy, mendekatkan wajahnya hingga membuat wanita itu mendorong pelan Ezra.

“Sepertinya saya harus membuat sarapan,” ucapnya berdeham, dan untung saja Ezra melepaskan Ivy.

“Aku menyukai sup telur buatanmu itu Vy,” celetuk Ezra ketika wanita itu sudah di ambang pintu keluar kamar mandi Ezra.

“Baik Tuan, saya akan bikin lagi untuk Anda.”

Setelah setengah jam mandi air hangat, tubuh Ezra kini jauh lebih membaik. Namun, tentu saja dia tidak akan melewatkan kesempatan ini, dengan rambut setengah basahnya dia kembali duduk di ranjangnya dan menunggu Ivy kembali.

Hingga suara pintu kamar terbuka, dengan sosok wanita yang membawa nampan dengan hati-hati. Dan tanpa Ivy sadari, semua gerak-geriknya ditatap intens oleh Ezra.

“Ini sup telur dan teh hangatnya Tuan,” Ivy menaruhnya di atas nakas dengan hati-hati.

“Suapi aku Vy,” pinta Ezra pelan.

“Anda sudah bisa sarapan sendiri kan?” Ivy tentunya tahu jika pria ini hanya alibi.

Ezra menggeleng pelan, ekspresinya terlihat lemas. “Aku masih sedikit lemas Vy,” ujarnya serak.

“Apakah Tuan sedang pura-pura?” wanita itu memincing curiga.

“Bagaimana bisa Vy, kau lihat kemarin aku hampir saja sekarat dan mati,” kilah Ezra meyakinkan.

“Jangan bicara sembarangan tentang kematian Tuan,” sinis Ivy lalu dia mengambil sup mangkuk telur itu.

Sebelum meniupkan dulu sebelum masuk ke mulut Ezra. Sedangkan Ezra dalam hati begitu gemas melihat Ivy yang sudah sangat cocok menjadi istrinya. Aku tidak sabar

“Silahkan Tuan.” Ivy menyuapkan sendok itu ke bibir Ezra, dan diterima oleh sang bos membuka mulutnya.

“Ini enak Vy, aku suka,” komentar Ezra jujur.

“Syukurlah jika Anda suka Tuan,” kata Ivy lalu menyedokkan lagi suapan kedua.

Kemudian dia menyodorkan teh hangat ke pria itu. “Diminum Tuan, setelah ini Anda akan segera membaik.”

Ezra menerima cangkir itu, dan langsung menyuruputnya tanpa tahu jika masih panas.

“Auuw…ini panas Vy,” protesnya karena sebagian air teh tumpah di kaus Ezra.

“Astag Tuan, Anda hati-hati. Sekarang lepas dulu kausnya Tuan,” Ivy tanpa disadari membantu Ezra membuka pakaian.

“Oh Ya Tuhan, maafkan aku mengganggu kalian!” pekik suara yang datang tiba-tiba dari arah pintu kamar, sehingga membuat Ezra dan Ivy langsung menatap ke arahnya.

“Ibu, apa yang kau lakukan di sini,” ucap Ezra dengan nada terkejut.

Sedangkan Ivy tidak menyangka jika paginya akan sesial ini, bertemu Nyonya France dengan keadaan seperti ini.

---

Maaf baru up sekarang,huhu

Nikmati sja ya. terimakash sudah mau baca

Terpopuler

Comments

Setyowati Watik

Setyowati Watik

lanjutkan kk

2024-02-27

2

Ayu Kerti

Ayu Kerti

setia menunggumu kakkkk

2024-02-26

1

Illa Darrel

Illa Darrel

di gambrengin nih sm Nyonya France . . Ezra sih pstinya girang . . lahh Ivy gmn 🤣😅😆

2024-02-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!