Ivy langsung cepat-cepat turun dari pangkuan Ezra, menatap kedatangan dua tamu penting itu dengan raut wajah malu. Sungguh jika ada pintu ajaib, ingin rasanya lenyap saja. Sedangkan Ezra hanya menatap mereka berdua dengan tatapan santai dan kesal karena merasa terganggu sekali.
“Ada apa Adelia?Apa kau tidak sibuk?” decak Ezra melihat wanita cantik bernetra biru, rambut coklatnya terurai dan diatur dengan rapi, menambahkan elemen keanggunan pada penampilannya.
“Selamat pagi Nyonya Adelia dan Tuan Carlen,” sapa Ivy dengan sopan, sekaligus merasa tidak enak dengan wanita Adelia France Hamilton yang tak lain adalah kakak kandung Ezra. Wanita ini adalah gambaran keanggunan dan kecantikan yang luar biasa. Dari pandangan pertama, pesona dan daya tariknya menarik perhatian. Wajahnya mungkin memiliki fitur yang seimbang dan halus, dengan mata yang memancarkan kecerdasan dan kelembutan.
“Hallo Ivy, apa adikku mengerjaimu?” tanya Adelia dengan lembut, senyumnya yang hangat dan penuh kebaikan menciptakan suasana ramah dan ramah. Mungkin ada keanggunan yang terpancar dari setiap gerakan tubuhnya, dari cara dia melangkah hingga cara dia memandang dengan penuh keyakinan. Setiap ekspresi di wajahnya mencerminkan keindahan alaminya, dan matanya memancarkan kecerdasan yang mendalam.
“Jangan takut Iv, bilang saja padaku jika dia berbuat macam-macam dengamu,” suara Adelia memang lembut namun tersirat nada ketegasan.
Sedangkan Ivy masih bergeming, dan mengagumi sosok Adelia. Postur tubuhnya adalah contoh nyata dari keanggunan. Tidak hanya dia memiliki bentuk fisik yang sehat dan atletis, tetapi juga membawa diri dengan sikap yang tinggi dan tegap. Langkahnya yang lembut dan mantap menciptakan kesan bahwa dia benar-benar menguasai keanggunan dalam setiap langkah hidupnya.
“Sudah pasti adikmu ini berbuat jahat! Kau baik-baik saja kan Iv?” sambar Carlen menatap Ivy sedikit khawatir.
Ivy lalu tersenyum canggung ke arah Carlen. “Saya baik-baik saja Tuan, terima kasih sudah bertanya,” jawab Ivy pelan.
Mendengar Carlen bicara lembut dengan Ivy membuatnya geram. “Vy, coba periksa file yang kukirim barusan!” perintah Ezra, sehingga membuat Ivy tahu jika dia harus meninggalkan atmosfer gila ini.
“Baik Tuan,” jawabnya dengan datar berusaha melupakan kejadian memalukan hari ini.
“Saya permisi dulu Tuan Carlen dan Nyonya Adelia senang bertemu Anda,” pamit Ivy seraya menunduk lalu meninggalkan ruangan Ezra.
Ezra menatap kepergian Ivy hingga punggung kecil itu sudah tidak terlihat lagi. “Jadi apa yang kau inginkan?” ujarnya pada Carlen. Namun, Carlen tidak menggubrisnya malahan melihat fot-foto Sophia yang berceceran di lantai. “Astaga Ez, rupanya kelakuan Sophia semenjijikan ini ya,” ucap Carlen sambil bergidik.
“Mau sampai kapan kau bermain-main dengan wanita murah seperti mereka Ez.” Adelia duduk di sofa Ezra seraya menyilangkan kaki jenjangnya, netra birunya menatap heran sang adik yang tidak pernah berubah.
“Sebenarnya kau ke sini mau apa? Jika hanya ingin ceramah, aku tidak butuh!” pungkas Ezra menatap jengkel Adelia.
“Dan kau! Apa yang kau butuhkan!” Ezra menyentak Carlen yang sedari tadi mengoceh hal yang tidak penting.
“Oh, aku ingin kau periksa proposal ini untuk investor di Berlin, dan satu lagi mengenai pembangunan Hotel di Goteborg,” jelas Carlen menyodorkan dua map cokelat.
Ezra menyambar kasar kertas itu lalu hanya bergumam, “Jika tidak ada yang penting lagi, bisakah kau pergi dari sini?” usir Ezra tanpa basa basi.
“Ck, kau ini sensi sekali. Kau berhutang cerita padaku,” kata Carlen memicingkan mata hitam pekatnya ke arah karibnya. Kemudian dia melirik ke arah Adelia. “Senang bertemu denganmu Nyonya Hamilton,” salam Carlen dengan nada bercanda, kemudian pergi meninggalkan ruangan Ezra.
“Jadi? jelaskan padaku. Bagaimana bisa sekretarismu duduk di pangkuanmu,” cerca Adelia menatap curiga Ezra, bukan apa-apa hanya saja dia tahu jika Ivy adalah wanita baik-baik dan Adelia tidak setuju jika adiknya itu hanya mempermainkan seorang wanita seperti Ivy.
“Salah paham saja,” jawab Ezra sekenanya, sambil memunguti foto-foto hewan satwa yang berceceran di lantainya, lalu dia merobeknya dengan kasar dan melemparnya ke tong sampah.
“Jangan berbohong. Aku tahu kau sudah putus dengan Sophia dan sepertinya kau tertarik dengan Ivy. Benarkan?” terka Adelia, yang sudah paham dengan sikap adiknya.
Ezra berkacak pinggang, menatap tajam kakaknya yang hanya beda dua tahun di atasnya. “Kalau kau ke sini hanya mencercaku dengan pertanyaan konyol, lebih baik kau pulang saja.”
Adelia menghela napas panjang, melihat adiknya yang terkadang sangat sensitif. “Aku hanya bertanya baik-baik, kenapa kau kesal sekali,” jawab Adelia tidak mau kalah. Sikap anggunnya mendadak hilang jika hanya mereka berdua saja.
“Jangan sampai heels lima cm ini melayang ke kepalamu ya Ez,” ancam Adelia melotot ke Ezra, dan wanita cantik yang berprofesi sebagai Fashion Designer itu sudah mulai melepas sepatu keluaran BALENCIAGAnya.
“Tidak Adelia. Tadi sudah kujawab, hanya salah paham. Lagipula … mana mungkin wanita kuno seperti dia menjadi seleraku,” kilah Ezra yang tidak sinkron dengan lidahnya sendiri. Jangan sampai Ivy mendengarnya
“Ivy juga pernah bilang jika aku bukan tipenya. Puas kau,” sinis Ezra, lalu mendaratkan tubuhnya di kursi kebesarannya.
Adelia menutup mulutnya rapat-rapat untuk tidak tertawa keras. “Pfff…aku tidak percaya, ternyata masih ada wanita waras yang enggan memilihmu,” ucapnya dengan geli sekaligus tertawa renyah.
“Tidak ada yang lucu!” sarkas Ezra menatap tajam kakaknya.
Adelia mengusap ujung matanya yang berair, karena tertawa. “Lucu bagiku, astaga Ivy ternyata wanita cerdas. Tidak terpesona dengan pria buaya sepertimu,” ejek Adelia puas.
Ezra hanya berdecak melihat kakaknya. “Jadi, ada apa kau kemari? apakah kau memang tidak punya kesibukan sendiri?” sinis Ezra.
Adelia lalu menatap adiknya lembut. “Nanti malam kakek dan nenek akan datang untuk makan malam bersama, jadi kau harus pulang,” bujuk Adelia dengan tenang. Mendengar ucapan Adelia, membuat Ezra diam. Hal yang paling dia hindari adalah ketika bertemu kakek dan neneknya atau orang tua dari sang ayah.
“Jangan bilang kau sibuk. Ez, mau sampai kapan kau terus menghindar,” ujar Adelia seakan tahu isi pikiran adiknya.
“Ternyata kedua fosil itu masih sehat ya,” celetuk Ezra membuat Adelia melempar bantalnya. Dan Ezra berhasil menangkapnya.
“Bicaramu sembarangan sekali!” ucap Adelia menatap kesal adiknya.
“Memang seperti itu. Kau tahu kan aku tidak suka dipaksa untuk melakukan hubungan serius. Ayah dan ibu saja bisa mengerti, kenapa tidak dengan mereka,” protes Ezra mengungkapkan fakta.
“Itu karena kau penerus France, Ez. Meskipun Naomi juga cicit mereka, tapi dia hanyalah gadis cantik,” tutur Adelia yang paham dengan keresahan Ezra.
“Mau wanita atau pria semua sama saja. Kenapa orang-orang repot membeda-bedakan gender. Semua juga bisa jadi penerus France, asalkan bisa menunjukan kerja keras dan mau belajar,” ungkap Ezra tidak setuju dengan pikiran kolot kakek neneknya. Kemudian netra birunya menatap dingin ke arah Adelia. “Aku akan datang, dan jika mereka masih memaksaku lagi untuk cepat-cepat menikah. Aku akan langsung pulang!” ancam Ezra tidak main-main, sedangkan Adelia hanya mengedikan bahunya acuh. “Terserah kau saja.”
——
Note: Goteborg, salah satu kota di Swedia
Ini ceritanya cuma tentang cinta,romantis dan halunya mimin aja kwkwk jadi konflik mungkn engak berat kok, yah cukup bisa menghibur dari dunia nyata yang berat. Jadi makash sudah mau mampir ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Illa Darrel
Ezra datengnya ajak Ivy dong . . biar sekalian di jodohin . . pasti para Fosil setuju deh dgn Ivy dari pada si Sophiaaahhhhh 😁🤭🤭
2024-02-09
1
Mei Pratiwi
Masa kakek nenek di bilang fosil.. Kurang ajar sekli Ez...
2024-02-09
0