Ezra harusnya tahu dia, untuk pelan-pelan membuat Ivy terpesona dan jatuh hati padanya. Namun, hari ini rasa tidak terimanya menyelimuti jiwanya, ketika melihat Ivy bersama dengan pria lain. Alhasil dia memiliki ide untuk membeli buket mawar sebelum ke apartemen Ivy, dan sekarang dia melihat sosok pria yang sepertinya masih bocah SMA karena perawakannya sangat muda. Astaga apakah seperti ini selera Ivy! batin Ezra menatap tajam bocah di depannya ini.
Dia lebih cocok dengan Naomi ponakannya, ketimbang dengan Ivy.
Apakah wanita itu hanya dimanfaatkan uangnya saja? memikirkan hal seperti itu membuat amarah Ezra sudah di ubun-ubun. Dia tidak akan membiarkan wanita sepolos Ivy dimanfaatkan cecunguk itu, Ezra bahkan bisa memberikan seluruh harta dan jiwanya untuk Ivy jika wanita itu jatuh ke pelukannya.
Ezra membasahi bibirnya, lalu menjawab. “Aku mencari kekasihku,” jedanya lalu berkata, “Wanita bernama Ivy Lionel. Apakah dia ada?” manik netra biru itu berkilat-kilat seakan mengobarkan perang di antara keduanya.
Aldirch mengerutkan dahi karena bingung, dan sepengatuhannya sang kakak tidak memiliki kekasih. “Oh, sebentar Tuan,” ujar Aldirch lalu dia sedikit teriak memanggil Ivy.
“Vivi, ada yang mencarimu!”
Ezra yang mendengar nama Vivi langsung menggeram. Sudah berapa lama mereka menjalin hubungan sehingga memiliki panggilan mesra. Sialan! umpatnya dalam hati, malam ini dia harus memberi sedikit kejutan untuk keduanya.
“Siap- Tuan apa yang Anda lakukan di sini?” Ivy menatap Ezra tidak percaya, bahkan sekarang bosnya ini membawa buket bunga mawar merah.
“Apa dia memang kekasihmu?” tanya Aldirch menatap heran keduanya.
“Bukan!”
“Iya!”
Suara Ezra dan Ivy bersahut bersamaan, dengan jawaban berbeda.
“Sayang, aku minta maaf jika kau masih marah padaku. Ini bunga mawar kesukaanmu,” lanjut Ezra dengan nada yang dibuat pilu, pria tegap itu menyodorkan buket bunga itu ke arah Ivy.
“Bolehkan aku masuk, diluar sangat dingin,” pinta Ezra menatap sayu Ivy.
“Masuklah Tuan, saya akan menyeduhkan teh hangat untuk Anda,” bukan Ivy yang menjawab melainkan Aldirch lah yang mengajaknya.
Ezra dengan percaya diri masuk ke apartemen Ivy, lalu menyampirkan coatnya hingga menyisakan turtle neck hitam pekat, yang kemudian dia lipat setengah hingga menampakan jam tangan Rolex keluaran terbarunya.
“Apa sebenarnya maksud Tuan?” geram Ivy bersedekap, setelah meletakan bunga pemberian Ezra di dekat buket ruang baca.
“Kenapa? Kau terkejut aku memergoki dirimu sedang berduaan dengan pria lain,” sindirnya lalu duduk dengan menyilangkan kedua kakinya.
“Aku tidak menyangka kau menyukai pria muda sepertinya, apa yang kau berikan padanya sehingga dia mau denganmu? Hmm?” lanjut Ezra menatap remeh Ivy.
Ivy menghadap ke arah Aldirch yang sedang berada di dapur, kemudian menatap Ezra dingin. “Pria yang Anda maksud adalah adik kandung saya Tuan,” tandas Ivy mengertakan giginya, sengaja memelankan suaranya agar adiknya tidak mendengar ucapan konyol bosnya ini.
Pria bernetra biru terang itu menegang, lalu tertawa serak demi menutupi rasa terkejutnya. “Oh ya? pantas saja kalian memiliki wajah yang mirip,” tuturnya dengan pelan dan lamban.
“Labih baik And-”
“Maaf Tuan, ini teh yang saya seduh. Semoga membantu menghangatkan Anda,” ucapannya dengan nada ramah, namun masih ekspresi dingin nya tercetak di wajah tampan Aldirch.
Ivy berdeham heran, melihat adiknya yang mendadak ramah. “Didi, bukankah kau perlu istirahat,” ucapnya.
“Terima kasih tampan. Ngomong-ngomong siapa namamu boy?” Ezra tersenyum simpul, lalu menyesap teh buatan Aldirch.
“Saya Aldirch Lionel Tuan, dan Vivi biasa memanggilku Didi. Usiaku masih tujuh belas tahun,” jelas Aldirch dengan nada datar. Jika dilihat seperti ini sudah tidak diragukan lagi jika remaja di hadapannya ini memang adik dari Ivy, mereka memiliki persamaan yang jelas yaitu sama-sama memiliki ekspresi datar.
“Tuan, ini sudah malam sebaiknya Anda pulang,” sela Ivy mengusir Ezra secara halus.
“Kenapa begitu Vivi, tidak baik mengusir kekasihmu seperti itu,” nasihat Aldirch menatap heran kakaknya yang sangat benci dengan kekasihnya ini.
Ezra menyunggingkan senyum menjengkelkan yang tercetak di bibirnya, lalu mengedipkan sebelah matanya dengan genit ke arah Ivy.
Ivy tidak percaya mendengar kalimat dari adiknya, apa-apaan ini. Situasi yang begitu canggung.
“Kau sekolah di mana? Apa kau sedang berkunjung ke rumah kakakmu saja?” Ezra melanjutkan pertanyaanya karena sedikit penasaran dengan adik Ivy ini.
Sedangkan Ivy sedari tadi hanya bergeming, melihat interaksi keduanya. Entah sihir apa yang dipakai Ezra bisa membuat Aldirch, sedikit terbuka dengan orang yang baru dikenal.
“Saya sekolah di Swiss International Tuan,” jawab Aldirch sopan dan kaku.
“Wow, kau pasti mengenal Naomi France Hamilton, dia keponakanku,” celetuk Ezra yang teringat Naomi yang bersekolah di sana.
Aldirch melebarkan bola matanya yang cokelat mendengar penuturan Ezra. “Jadi Anda paman dari gadis menyebalkan itu. Itu berarti Anda Ezra France konglomerat yang banyak dibicarakan media?” tanyanya yang takjub, kini ekspresi datarnya berubah sedikit bersemangat.
Ezra hanya tersenyum tipis menanggapinya, “Apa Naomi melakukan hal buruk kepadamu? Katakan saja padaku.”
Aldirch menggeleng pelan. “Tidak Tuan, dia menyebalkan karena berusaha merebut peringkatku. Tapi untung saja saya tetap bertahan di peringkat satu,” pungkas Aldirch menjabarkannya dengan pelan.
“Saya harus tetap di peringkat satu untuk bisa mempertahankan beasiswa saya Tuan, karena saya tidak mau menyusahkan kakak saya. Bisa mendapatkan beasiswa di sekolah elit adalah hal yang paling saya syukuri,” imbuh pemuda berambut cokelat itu dan kini dia menatap Ivy dengan sendu.
“Setelah lulus nanti, kau ingin kuliah di mana? Biarkan aku yang membayar semuanya. Jangan khawatir,” celetuk Ezra dengan santai, karena dia sangat menyukai Aldirch yang sangat konsen dengan pendidikannya, jiwa obsesi dalam menempuh pendidikan terlihat jelas dari Aldirch menceritakanya.
“Tuan. Anda tidak perlu seperti itu. Saya sudah punya persiapan untuk adik saya,” sela Ivy harus cepat mengkahiri perbincangan mereka.
“Didi kembali ke kamar, dan cepat bersihkan dirimu!” titah Ivy menatap tajam adiknya, dengan nada tidak mau dibantah.
Aldirch menggaruk kepalanya, lalu menatap Ezra tidak enak. “Senang bertemu denganmu Tuan,” pamitnya lalu terpaksa kembali ke kamar.
Dan sekarang tingal mereka berdua yang berada di ruang tamu. “Tuan, sebaiknya Anda pulang atau-Akh..” suara Ivy terpekik ketika Ezra menarik tanganya hingga duduk di pangkuan pria itu lalu, Ezra menenggelamkan wajahnya di leher Ivy.
“Aku menyukai wanita yang tegas sepertimu,” bisik Ezra dengan suara parau.
“Tuan lepaskan Aku-” suara Ivy memekik pelan, tubuhnya bergerak-gerak gelisah hingga merasakan ada yang keras di bawahnya.
“Jika kau bergerak terus, kau harus tanggung jawab karena telah membuat alat di bawahku bangun,” ucap Ezra menatap lekat Ivy.
“Vy, aku serius dengan ucapanku. Biarkan aku yang mengurus sekolah adikmu saat ini,” Ezra betutur lembut, dengan ekspresi yang serius. Jemarinya membenarkan anak-anak rambut Ivy yang tidak rapi.
“Tidak perlu Tuan, saya sudah punya tabungan cukup,” tolak Ivy ketus, tatapan yang masih dingin.
“Aku tidak butuh penolakanmu Vy, kau tahu kan aku lebih keras daripada batu,” sela Ezra tersenyum menggoda.
Ivy yang hendak menjawab, langsung tidak jadi ketika ponselnya berbunyi. Dengan cepat Ivy turun dari pangkuan Ezra, lalu mengambil ponselnya yang diletakkan di atas meja makan. Sejenak Ivy bergeming melihat siapa yang menghubunginya.
“Siapa Vy? Kenapa tidak diangkat?” Ezra menatap Ivy penasaran.
“Ayahku,” jawabnya dingin lalu menekan tombol merah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Illa Darrel
Zra mending kelarin dulu urusan duit calon mertua . . baru urusin sekolah calon ade ipar . . itupun klu Ivy setuju ya . . atau ngga diem2 aja ngurusinnya 🤭🤭
2024-02-18
2
yella xarim
i know that feeling when phone ringing just to say.. when you can transfer.. or how are you can you transfer know..
2024-02-18
1
Mei Pratiwi
Si babang Ez makin makin nih ya.... Jewer nih...
.
2024-02-18
1