Part 15. Siapa Bedebah Itu!

Harusnya Ezra tidak sedikit mabuk tadi malam, dan seharusnya Julio tidak mengundang wanita-wanita gila kentang seperti kemarin. Ezra cukup ceroboh dan sangat menyesal sekarang, dia kemarin hanya ingin mengerjai wanita berambut blonde yang Ezra pikir mirip seperti singa. Bayangan rambut panjang Ivy yang setengah basah, membuatnya sedikit gila hingga dia tersadar jika kemarin adalah wanita lain. Dan, bodohnya lagi dia kecolongan jika wanita itu mencium kasar lehernya sampai berbekas.

“Sialan!” umpat Ezra menggosok-gosok lehernya agar noda sialan ini bisa cepat menghilang. Namun, bukannya hilang malah menambah merah.

“Arghh, kenapa ini tidak bisa hilang!” kesal sekali rasanya Ezra, pagi yang seharusnya bisa digunakan untuk merayu Ivy jadinya berantakan hanya karena tanda merah yang tidak sengaja ini.

“Dasar Julio brengsek!” desis Ezra sambil berkaca di toilet yang ada di ruangannya.

Suara ketukan membuat Ezra berdecak, “Masuk!” ucapnya dengan suara keras. Dan ternyata sosok Carlen yang penampilannya terlihat tidak rapi, karena rambut yang sedikit berantakan dan dasi yang sedikit miring.

“Ez, aku butuh tanda tanganmu untuk dokumen yang akan diajukan ke investor di Jerman nanti,” ucapnya tanpa basa-basi.

“Lihat ini Carl, wanita tadi malam menciumku dengan brutal!” sergah Ezra sambil menunjukan tanda merah di lehernya.

Carlen mengerutkan dahinya menatap Ezra. “Lantas? Bukankah itu wajar? dasar aneh,” seloroh Carlen tidak mengerti kenapa Ezra begitu kesal hanya karena merah di lehernya.

“Ivy melihatnya, dan kurasa dia salah paham,” terka Ezra, yang suaranya menyiratkan rasa cemas.

“Salah paham? Apa kau masih mabuk? memangnya kenapa ? Toh dia juga tidak peduli denganmu,” sarkas Carlen menanggapi.

“Lagipula, bukankah ini hal biasa, kau juga selalu meminta Ivy membooking hotel agar kau bisa berkuda dengan wanita-wanita itu kan?” lanjut Carlen sambil berkacak pinggang.

“Bukan seperti itu maksudnya. Ah, sudahlah bicara denganmu kepalaku semakin pusing!” Ezra merebut kertas Carlen, lalu pria itu kembali duduk dan memeriksa dokumen yang nantinya akan diajukan kepada investor.

“Kurasa dengan membangun hotel di dekat pariwisata juga strategis, apalagi ketika Natal datang biasanya banyak wisatawan datang,” komentar Ezra sambil membaca dokumen yang berisi proposal yang akan diajukan.

Carlen mengangguk setuju, “Tentu saja, dengan biaya sebesar itu setidaknya bisa membangun hotel bintang tiga dengan fasilitas yang lengkap,” kata Carlen menambahi.

“Oh iya, minggu depan Tuan Marvel mengundangmu untuk datang ke Motala, peresmian hotel barunya,” ungkap Carlen yang baru saja ingat.

Ezra menutup dokumen itu lalu menatap Carlen bingung. “Dia mengirim pesan padamu?”

“Hmm, dia langsung memberitahuku,” jawab Carlen singkat.

Seketika wajah Ezra memancarkan aura sumringah, ini adalah kesempatan untuk mengajak Ivy pergi ke acara resmi dan tempatnya di luar kota. Akan sangat menyenangkan jika dia bisa memberi pelajaran untuk wanita itu.

“Kenapa wajahmu berubah cerah?” Carlen mengamati perubahan ekspresi Ezra yang begitu cepat.

“Tidak ada, ayo kita rapat sekarang,” kilah Ezra pura-pura tidak mengakui. Carlen tidak mau mendebat panjang lagi, dan mereka berdua keluar karena lima menit lagi ada rapat dengan divisi Marketing dan Public Relation.

Selama Rapat berlangsung, pandangan Ezra tidak lepas sedetikpun dari sosok Ivy yang sedari tadi fokus mencatat isi rapat hari ini dengan serius. Benak Ezra bertanya-tanya, apakah wanita ini masih kesal kepadanya? Apakah wanita ini cemburu? Oh kalau cemburu tidak mungkin, namun semalam dia bisa melihat ekspresi Ivy yang sayu ketika Ezra mencoba merayunya. Tidak ada ekspresi dingin seperti sekarang. Ezra masih menatap lekat wajah dingin Ivy sambil menggigit ujung jempolnya, menahan napas lalu membuangnya pelan. Dia harus berusaha lebih keras lagi. Kenapa dari sekian wanita yang berharap bisa bersamanya, namun hanya wanita ini saja yang menolak pesonanya?

“Ada pertanyaan Tuan Ezra?” suara pria dengan nada wibawanya membuat lamunan Ezra buyar.

Pria keturunan France itu menggaruk hidungnya yang tidak gatal. “Sudah cukup, jika nantinya ada biar sekretarisku saja yang menjelaskan,” ujarnya, sambil melirik ke arah Ivy. Lagi? wanita itu hanya berekspresi datar saja.

Pria yang menjabat sebagai Chief Marketing Officer itu, hanya mengangguk paham.

“Baiklah sampai di sini dulu rapat kita,” putus Ezra lalu keluar yang kemudian diikuti Ivy di belakangnya.

“Apa jadwalku setelah ini Vy?” tanya Ezra dingin, ketika mereka sudah masuk ke dalam ruangannya.

Ivy menatap datar bosnya, lalu membuka iPadnya. “Anda setelah ini akan zoom meeting lagi dengan Tuan Apollo,” ucapnya tanpa melihat ke arah Ezra.

“Jika sedang bicara, lihat ke arahku Vy! Aku tidak suka jika kau tidak menatapku!” tegas Ezra menatap tajam Ivy.

“Saya sedang membacakan jadwal Anda Tuan, bukankah tadi Anda sendiri yang bertanya,” jawab Ivy berusaha sabar.

“Oke, aku minta maaf,” sergah Ezra sedikit mengalah, dia tidak boleh terlalu gengsi. Ivy terkejut mendengar kata maaf yang sangat jarang keluar dari mulut bosnya.

“Tuan, saya ingin minta izin untuk pulang awal,” ujarnya dengan sopan.

Ezra menatap Ivy lekat, ada rasa penasaran kenapa wanita di depannya ini meminta izin pulang cepat. “Memangnya kau mau ke mana? Menemui priamu?” tanya Ezra parau, ada rasa tidak terima jika memang benar Ivy memiliki pria lain. Oh, siap-siap saja pria itu celaka.

“Saya rasa itu bukan urusan Anda Tuan, ini urusan pribadi saya,” jawab Ivy cepat, toh memang siapa bosnya yang harus tahu apa saja yang dia ingin lakukan.

Getaran kegelisahan membuat wajah Ezra menahan amarah membara, sangat kurang ajar sekali wanita ini berkata seperti itu.

“Apa kau tahu? akhir-akhir ini kau sedikit melunjak?Hmm…” desis Ezra, mendekat lalu jari telunjuknya menekan pelan kening Ivy.

Dengan pelan Ivy menepis tangan Ezra. “Maksud Tuan? Sepertinya bukan saya yang melunjak, tapi Anda yang tidak jelas dan banyak tingkah,” jawab Ivy sedikit berani.

Ezra terkekeh mendengar jawaban Ivy, dan salut dengan wanita ini karena selalu berani menantangnya.

“Kau terlalu membangun benteng yang tinggi Vy, dan aku harus berusaha keras lagi untuk menghancurkannya,” gumam Ezra menatap Ivy berubah sendu.

“Pergilah,” lanjut Ezra cepat, nada bicaranya berubah pelan.

Tubuh Ivy seketika menengang, mendengar jawaban Ezra. Apakah pria ini tersinggung dengan ucapannya? Namun, jika memang begitu bukankah seharusnya dia yang menjadi korban. Kenapa sekarang seolah-olah dirinya yang terlihat jahat.

“Terima kasih Tuan,” Ivy berucap dingin, lalu meninggalkan ruangan Ezra.

Ezra menatap punggung itu sampai tak terlihat lagi, “Kau pikir aku menyerah Vy? Tentu saja tidak,” monolognya sungguh-sungguh.

Langit sore mulai melukiskan warna jingga, begitu indah meskipun awan mendung sedikit menutupi. Sudah waktunya Ivy pulang, dan bertemu seseorang yang dia rindukan beberapa minggu ini. Wanita berkacamata itu berjanji untuk menjemputnya, setelah pulang kerja. Setelah mematikan laptop kerjanya, Ivy bergegas membereskan ruang kerjanya. Waktu menunjukan pukul enam, dan sepertinya sang bos masih ada di dalam, tenggelam dengan dokumen penting. Seketika Ivy menimbang untuk berpamitan dengan Ezra, tetapi wanita itu tidak mau terlambat menjemput. Akhirnya dia meninggalkan kantornya, menuju basement yang berada di lantai bawah. Tanpa Ivy sadari, Ezra yang diam-diam mengikuti Ivy dengan mobilnya, berniat membuntuti wanita itu karena penasaran. Mengapa dia meminta izin pulang awal.

Sepanjang jalan Ezra pelan-pelan menyetir dengan jarak, yang tidak terlalu dekat dengan mobil Ivy.

Hingga tidak lama, mobil Ivy menepi ke sebuah halte bus. Manik biru terang Ezra menatap tajam bak elang, karena Ivy menjemput seorang pria yang tidak jelas wajahnya karena memakai topi. “Oh Hell…” umpatnya melihat pria itu masuk ke mobil Ivy. Ezra merasakan darahnya sudah mendidih dan bersiap meledak melihat apa yang dilakukan Ivy. “Dasar pembohong! Bilang padaku tidak punya kekasih!” geram Ezra merasa sangat kesal seraya memukul stang pelan.

“Dan siapa bedebah itu? Berani-beraninya dia!”

Akhirnya Ezra memutuskan untuk mendatangi Ivy, dengan menyusul ke apartemen wanita itu.

Terpopuler

Comments

Ayu Kerti

Ayu Kerti

adik atau ....

2024-02-16

1

yella xarim

yella xarim

kan.. kan... cemburu ga jelas wkwkwkwkkwkw

2024-02-16

1

Illa Darrel

Illa Darrel

Hhhmmm . . Ayah Ivy kan . . tp kok dirindukan Ivy . . klu ayahnya kan kynya cm manfaatin Ivy aja minta duit mulu ya . . trs siapa dong itu 🤔🤔

2024-02-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!