Part 16. Aku kekasihnya

Di balik gerbang sekolah, segerombolan murid berlarian dengan riang, menikmati akhir pekan yang telah mereka nanti. Karena selama enam hari mereka berada di dalam asrama untuk mengikuti pelajaran, dan saat akhir pekan mereka baru boleh keluar dari asrama. Seperti pulang ke rumah, bertemu keluarga atau sekedar jalan-jalan saja.

Di tengah keramaian itu, ada seorang remaja laki-laki yang berjalan dengan tenang dan acuh tak acuh, sambil melampirkan .

“Hey Al, kau pulang ?” teriak remaja berwajah bintik-bintik dengan kacamata bertengger di hidungnya.

“Hmm, aku merindukan kakakku,” jawabnya datar, lalu memasang earphone di telinganya.

“Yahh, baiklah kalau begitu hati-hati,” ujar remaja itu dengan raut wajah sedih.

Sedangkan remaja itu hanya mengedikkan bahu saja, lalu meninggalkan gerbang. Dia adalah Aldirch Lionel, remaja pemilik wajah yang tampan dengan garis rahang yang tegas dan mata yang tajam. Rambutnya cokelat tua dengan style curtain sedikit berantakan menambah pesonanya. Dan kulitnya putih pucat, memberikan kesan dingin dan misterius. Aldirch sendiri cukup terkenal di Swiss Internasional, karena selalu mendapat peringkat pertama sejak kelas satu SMA dan juga pemegang beasiswa penuh di sini. Tidak heran, jika dia juga banyak digilai siswi-siswi Swiss Internasional. Namun, Aldirch tidak peduli kepada mereka, karena saat ini dia hanya fokus mencari ilmu dan cita-citanya untuk membuat sang kakak hidup bahagia.

Aldirch yang sedang asyik mengotak-atik ponselnya sambil mendengarkan lagu, tanpa sadar dia menabrak seorang gadis seusianya.

“Arghh…” pekik gadis yang tidak sengaja jatuh karena dia tabrak.

“Astaga Lionel! Apa kau buta!” omel gadis cantik berambut cokelat terang itu, bola matanya hampir keluar karena kesal.

Aldirch sendiri menatap gadis itu datar, “Kau sendiri yang banyak tingkah,” ucapnya santai lalu dia hendak mengulurkan tanganya, tetapi ditepis cepat oleh gadis itu. “Thanks, aku tidak butuh bantuanmu,” jawabnya ketus lalu dia berdiri sendiri setelah mengambil tasnya lalu membersihkan rok spanya yang terkena debu.

Aldirch lalu meninggalkan gadis itu, namun gadis itu melempar tasnya ke kepala Aldirch hingga membuat remaja pria itu menatapnya marah. “Apa maumu Naomi!” desis Aldirch tidak terima.

“Kenapa kau tidak minta maaf, setelah berbuat salah,” protes Naomi sambil bersedekap. Aldirch menatap gadis itu dingin. Naomi France Hamilton gadis cantik yang cukup populer di sini, dan salah satu saingan Aldirch karena Naomi nyaris menyalip peringkat Aldirch, meskipun gadis itu sekarang berada di peringkat kedua. Aldirch dan Naomi memang terkenal tidak akur satu sama lain, terlebih mereka sering terlibat cekcok satu sama lain, hanya karena masalah sepele.

“Aku sudah menawarkan bantuan, tap kau mengacuhkanya. So, bukan urusanku!” tandas Aldirch dengan tegas, lalu berbalik lagi meninggalkan Naomi karena tidak penting.

“Ald-”

“Nona, ayo kita pulang sekarang,” sela sopir yang sudah menjemput gadis itu pulang. Naomi menghentakan kaki jenjangnya karena kesal, lalu dia masuk ke mobil seraya menutup mobil itu dengan kencang

Aldirch mengirim pesan ke kakaknya untuk menjemputnya di halte bus saja, supaya tidak perlu repot parkir. Hingga tidak lama dia melihat mobil kakaknya datang dan menepi. Remaja itu tersenyum hangat melihat kakaknya datang. “Didi, masuklah,” ujar Ivy membuka kaca jendela mobilnya.

“Bagaimana sekolahmu?” tanya Ivy seraya menatap jalanan kota Stockholm yang tidak terlalu padat.

Aldirch melepas topi dan earphonenya. “Aku berhasil peringkat pertama tahun ini Vi.”

Ivy mengacak rambut Aldirch gemas. “Good boy, kau harus bisa menjadi lebih pintar dariku Di,” tutur Ivy lemah lembut.

“Tentu saja Vi, aku janji.” Aldirch berucap dengan serius.

Hampir tiga puluh menit akhirnya mereka sampai di apartemen Ivy. Remaja itu lalu melempar ranselnya, dan membuka topi serta hoodinya.

“Didi, taruh barangmu di kamar, jangan berantakan,” Ivy berucap dengan nada tegas. Hingga membuat adiknya mengangguk patuh.

Setelah Aldirch menaruh barangnya di kamar Ivy, remaja itu duduk di sofa sambil merebahkan tubuhnya. “Vivi, apa pria itu meminta uang lagi?” celetuknya sambil menghadap belakang, menatap kakaknya sedang sibuk di dapur.

Ivy yang sedang menyiapkan makan malam, lalu berbalik dan menatap adiknya tajam. “Jangan seperti itu Didi, pria itu adalah ayah kita. Aku tidak mengajarimu untuk bersikap kurang ajar,” ucap Ivy menasihatinya dengan suara tegas.

“Tapi dia selalu memintamu uang Vi, dan membuat kita dan ibu menderita,” protes Aldirch, tidak terima, manik cokelatnya mengisyaratkan kebencian yang luar biasa.

Ivy terdiam lalu menghela napas. “Didi, aku tahu kau benci kepada ayah. Namun, kita tidak akan pernah bisa memilih orang tua. Maka yang bisa kita lakukan adalah untuk tidak menjadi seperti dia,” Ivy mencoba mengatakan pelan-pelan kepada adiknya.

“Kau kelak akan menjadi pria dewasa nantinya, dan aku ingin kau menjadi pria yang bermoral. Punya rasa tanggung jawab yang tinggi, apalagi sikap menghormati dan menghargai orang, terutama wanita,” lanjut Ivy menatap lembut Aldirch.

Aldirch hanya bergeming menatap lekat-lekat kakaknya, kini dia merasakan kepiluan tampak lebih pekat di mata Ivy.

“Kau tidak perlu mengatakanya Vi, aku tidak akan pernah meniru seperti dia,” kata Aldirch sedikit bergetar.

“Jika kau berbuat tidak baik maka akulah orang pertama yang akan memukulmu, sampai lupa ingatan.” Ivy berkata sambil tersenyum sendu, lalu dia melanjutkan aktivitasnya menyiapkan makan malam.

“Lagipula, saat ini kau hanya perlu fokus pada cita-citamu. Masalah biaya, aku sudah memikirkanya Di,” ujar Ivy serius, seraya membersihkan sayur dan buah.

“Aku tahu Vi, aku tidak ingin kau susah terus,” balas Aldirch dengan lambat, matanya menghadap ke langit-langit ruang tamu.

“Jangan pikirkan hal yang tidak penting, lebih baik kau bantu aku siapkan makan malam,” perintah Ivy setelah memasukan salmon ke dalam panggangan.

Aldirch lalu bangun dari duduknya, namun suara bel membuat remaja itu menatap ke arah pintu. “Biar aku saja,” celetuknya lalu dia membuka pintu depan.

“Selamat-” ucapannya terhenti , sejenak dia menscaning tamunya ini, seorang pria dengan wajah yang tidak asing bagi Aldirch. Pria bernetra biru terang wajah tegas, style Old Money yang kelihatanya semua yang dia pakai bisa membeli satu apartemen di daerah elit. Tubuh tegap dan tingginya sedikit membuat Aldirch merasa dominasi, meskipun pria ini memandangnya denga tatapan tajam.

“Ada yang bisa saya bantu Tuan” tanya Aldirch dingin, menatap pria di depannya ini sambil membawa buket bunga mawar.

Pria bernetra biru itu menatapnya tidak kalah dingin, seakan menahan emosi yang sudah berada dipuncak, namun demi sopan santun dia hanya menunjukan smirk tipis.

“Aku ingin mencari kekasihku, yang bernama Ivy Louise,” jawabnya dengan nada rendah.

——

Aldirch Lionel

Naomi France Hamilton

Terpopuler

Comments

Illa Darrel

Illa Darrel

ngarep bgt dah ya jadi kekasih Ivy 🤣😅

2024-02-18

1

Ayu Kerti

Ayu Kerti

wach... ngaku kekasih...

2024-02-18

1

yella xarim

yella xarim

ihhhh ngaku2 wkwkwkkwkwkw

2024-02-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!