Part 14. Merah di Leher

Carlen tertawa terbahak-bahak, mendengar karibnya yang sepertinya sedang kerasukan. “Ayo bertaruh! Jika kau bisa mendapatkan Ivy, aku akan memberimu mobil Tesla terbaru!”

Ezra lalu menggerak-gerakkan jarinya. “No, no… kau tahu jika pria sejati tidak akan menjadikan wanita sebuah taruhan. Itu tidak baik,” ucapnya dan sukses membuat Carlen terdiam, hingga dia tidak sadar rokoknya terjatuh di lantai. “Astaga!! Ez, apa kepalamu terbentur sesuatu!” panik Carlen menghampiri Ezra, meraba tubuh karibnya.

“Sialan kau Carl! Singkirkan tanganmu itu, dasar mesum,” hardik Ezra menepis tangan Carlen.

“Hey, hey dilarang berhubungan badan di tempatku!” celetuk Julio, yang masuk dari arah pintu belakang, sambil membawa gelas kristal.

“Cih, aku masih menyukai bulatan kenyal ya, bukan kentang keras seperti dia!” hardik Carlen menunjuk wajah Ezra dengan telunjuknya dengan bercanda, menyodok bagian belakang Ezra dengan stick billiardnya.

“Brengsek kau Carl!”umpat Ezra kesal, dan sukses membuat Carlen tertawa keras karena berhasil menjahili Ezra.

“Sudah-sudah, kalian ini. Dan apakah aku melewatkan sesuatu?” selidik Julio, lalu dia duduk di sofa sambil menyilangkan kaki jenjangnya.

“Ezra menyukai sekretarisnya,”sambar Carlen menatap geli Ezra yang sudah menunjukan ekspresi cemberut.

“Bukan! Aku hanya membuktikan jika semua wanita akan tergila-gila padaku,” jawab Ezra percaya diri.

“Ez, aku tahu kau tampan, mapan dan cerdas atau apapun itu. Namun, tidak semua wanita harus memiliki tipe sepertimu. Itu namanya kau terobsesi,” bantah Julio sambil memutar bola matanya malas karena melihat sikap percaya diri Ezra.

“Hati-hati Ez, justru nantinya kau yang akan jatuh hati hingga gila kepada Ivy,” sela Carlen mengejek.

Ezra hanya berdecak melihat kelakuan teman-temannya. Hingga dari arah pintu masuklah tiga wanita berpakaian minim, dan make up tebal, membuat Ezra menatap heran.

“Jul, kenapa ada mereka,” Ezra menatap Julio tidak suka.

“Wah, ada Tuan Ezra rupanya,” ucap wanita berambut blonde dengan suara manja, bagian depan terlihat begitu padat bak balon berisi air. Wanita itu ber

“Selamat malam Tuan Carlen,” sapa wanita berambut hitam, memiliki tato kupu-kupu yang terukir di punggung nya yang terekspos.

“Biarkan malam ini kita melayani Anda semua, kapan lagi bermalam bersama tiga pria billionaire tampan,” ucap wanita berambut merah bata yang kini sudah duduk di pangkuan Julio, jemari lentiknya mengusap rahang tegas pria itu dengan sensual.

“Sudahlah Ez, nikmati saja. Aku tahu kau tidak akan menolaknya,” rayu Julio yang kini tangannya sudah meraba-raba ke tubuh sintal wanita yang duduk di pangkuannya.

“Jul, aku sed-”

“Tuan, sepertinya Anda butuh dipuaskan,” bisik menggoda wanita berambut blonde itu, dan kini salah satu tangannya meraba bagian bawah tubuh Eza lalu mengusapnya.

Ezra tersenyum dingin, “Aku ingin tahu, sejauh mana kau bisa membuat tubuhku meledak,” tentangnya dengan suara berat.

—-

Matahari yang terhalang awan mendung menghasilkan cahaya yang lembut dan temaram. Warna langit dipenuhi dengan gradasi warna oranye dan merah muda, menciptakan latar belakang yang indah. Meskipun langit indah, suasana hati Ivy sedang kesal, karena semalaman dia tidak bisa tidur. Menepis bayangan Ezra yang sudah bertindak berani dengannya. Alhasil kini, kantung mata Ivy terlihat sedikit, dan wajahnya yang sedikit pucat, dan sekarang Ivy mirip wanita yang sedang depresi karena ditinggal pacar. “Huft, menyebalkan,” geramnya lalu memoleskan lipstik pink cherry supaya terlihat sedikit segar. Hari ini Ivy memakai blouse warna hitam yang senada dengan celana bahannya. Dia berdoa semoga Ezr tidak bertingkah drama lagi.

“Selamat pagi Nona Ivy,” sapa Paul tersenyum manis, pria keturunan Italia itu memiliki kebiasaan datang tiga puluh menit sebelum kantor di buka.

“Pagi Paul,” balas Ivy datar, seraya membawa dua cup kopi. Seperti biasa, jika Ezra selalu memberi perintah untuk membeli kopi hitam setiap pagi.

“Tuan sudah datang tiga menit yang lalu Nona,” celetuk Paul, sengaja memberi tahu Ivy.

Ivy pun mengerutkan alisnya heran, karena tidak biasanya Ezra berangkat sepagi ini. Bukan artinya telat, tetapi Ivy selalu berangkat duluan dibandingkan Ezra.

“Terima kasih Paul,” ucap Ivy lalu dia masuk ke ruangan Ezra.

“Selamat pagi Tuan, ini kopi Anda,” sapa Ivy berekspresi datar nan mendung, sambil menaruh kopi di dekat meja Ezra.

Sedangkan Ezra yang tadinya sedang sibuk memeriksa data penjualan tahun kemarin, langsung mendongkak ketika mendengar suara Ivy.

Netra biru terangnya, memindai wajah Ivy yang terlihat pucat. “Ada apa dengan wajahmu Vy?”

“Memangnya kenapa Tuan?” tanya Ivy dengan ekspresi bingung, karena pertanyaan tidak jelas Ezra.

“Kau terlihat pucat,” jawab Ezra cepat, “Ah, apakah karena semalam, kau terus memikirkanku?” lanjut Ezra percaya diri, senyum jumawa terlukis di wajah tampannya.

Ivy langsung menatap sinis Ezra. “Tadi malam saya bermimpi buruk Tuan,” jawabnya dingin.

“Oh ya? Mimpi apa? katakan padaku,” jawab Ezra menanggapi Ivy, dia ingin tahu sejauh mana wanita ini menolaknya.

“Saya bermimpi bertemu beruang besar yang menindih tubuh saya,” sindir Ivy sukses membuat wajah Ezra cemberut.

“Beruang besar yang tampan dan kekar tentunya. Sayang sekali, beruang itu tidak menerkamu ya,” sahut Ezra santai, sambil menopang dagu, lalu menatap Ivy lekat.

Ivy masih bersikap tenang meskipun jantungnya bertalu-talu tidak karuan.

“Tuan sebentar lagi ada rapat dengan divisi Marketing,” Ivy sengaja mengalihkan pembicaraan absurd mereka pagi ini. Karena, semakin dia meladeni tingkah aneh Ezra, semakin pria itu bertindak seenaknya.

“Aku tahu itu, sekarang jelaskan padaku kenapa wajahmu pucat?” paksa Ezra yang ingin mendengar langsung dari mulut Ivy jika semalaman wanita ini tidak bisa tidur karena sikapnya.

Ivy menghela napas panjang, ini masih awal untuk memulai drama. “Saya baik-baik saja Tuan, sungguh. Bolehkan saya keluar sekarang?” ucapanya dengan pelan. Dia masih membutuhkan energinya untuk bekerja sampai sore.

Ezra bergeming, sebentar lalu dia berdiri, mendekati Ivy yang sontak membuat wanita itu mundur.

“Kenapa mundur? Mendekat!” titah Ezra dingin.

Ivy menggeleng pelan. “Saya hanya tidak ingin Anda berbuat tidak senonoh lagi,” ujarnya mengantisipasi sikap Ezra.

“Mendekat Ivy…men-dekat!” geram Ezra lalu dengan tidak sabar dia menarik tangan Ivy hingga wajah wanita itu terbentur tubuh keras Ezra.

“Tuan…Anda memang sudah tidak war-” kalimat Ivy terjeda, ketika netra cokelat madunya melihat leher Ezra yang kemerahan, itu seperti bekas ciuman keras.

Ivy otomatis mundur cepat. “Lbih baik obati dulu bekas merah, yang ada di leher Anda Tuan,” sinis Ivy lalu dia meninggalkanm bosnya dari ruangan. Dan membuat Ezra meraba lehernya lalu mengumpat. Shit!Wanita sialan!

“Vy, kau salah paham!” teriak Ezra yang hanya angin lalu, karena wanita itu sudah keluar beberapa detik lalu.

Terpopuler

Comments

Anak Kota

Anak Kota

kayaknya bentar lagi si Ezra bakalan jadi Cowboy cap Tomat alias Playboy Tobat. Wkwkwk

2024-02-29

1

Mei Pratiwi

Mei Pratiwi

Hayolohhhhh

2024-02-16

1

Ayu Kerti

Ayu Kerti

tobat dulu baru deketin ivy

2024-02-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!