Part 7. Sentuhan Nakal

“Tinggal jawab saja Vy,” paksa Ezra menatap lekas netra cokelat madu itu. Dia sangat penasaran dengan jawaban dan reaksi Ivy.

“Tidak sama sekali Tuan, itu semua karena Tuan mabuk, dan memeluk saya dengan paksa,” ucapnya dengan tegas, namun agak bergetar. Wanita berambut cepol itu menyesap kopi nya saja, menghindari rasa gugup yang tiba-tiba.

“Benarkah? Kau tahu kan orang mabuk tidak semuanya ingat yang terjadi,” kilah Ezra seraya mengunyah potongan sandwich buatannya, tidak punya etika untuk minta maaf juga.

“Saya harus pulang sekarang Tuan, karena kita ada jadwal rapat dengan Investor dari Jerman,” lanjut Ivy sambil merapikan piring dan cangkirnya.

“Tidak perlu, kau siap-siap dari sini saja,” perintah Ezra tegas, entah kenapa dia merasa tenang jika ada wanita ini di dalam apartemennya. Pun ini juga pertama kalinya, mereka berdua sarapan bersama. Jujur saja, Ivy adalah wanita pertama yang menginap di apartemennya. Selain itu Ezra juga tidak pernah membawa kekasih atau para mantannya ke tempat pribadinya.

“Tapi Tuan, iPad saya masih di apartemen,” tolak Ivy, karena bagaimanapun itu adalah perlengkapan kerjanya yang tidak boleh ketinggalan.

“Ya sudah, kau siap-siap dari sini. Setelah itu kita ke apartemenmu,” jawab Ezra santai.

“Tuan, saya juga-”

“Astaga Ivy! Aku ada pakaian khusus wanita, dan kau tinggal pilih saja. Jangan protes terus!” pekik Ezra yang semakin pusing dengan sikap protes Ivy.

Tidak mau berdebat dengan pria ini lagi, akhirnya dia hanya mengangguk pasrah.

“Kau bisa mandi di kamar tamu, di situ juga ada lemari milik kakakku. Jadi bersiaplah sekarang!”lanjut Ezra menipiskan bibirnya, lalu bangun dari kursi.

“Biar saya cuci Tuan,” ujar Ivy lalu pria itu mengibaskan tangannya. “Tidak perlu, nanti pelayan akan datang,” tolak Ezra lalu dia kembali ke kamar utamanya.

“Oh iya, siapakan baju kerjaku juga. Aku mau berendam sebentar.” Pria itu menoleh ke arah Ivy sebelum dia masuk ke kamar.

“Baik Tuan,” jawab Ivy datar, lalu bergegas ke kamar tamu.

Setelah sepuluh menit mandi di kamar tamu Ezra, Ivy yang masih memakai kimono langsung menuju walk in closet yang ada di kamar ini. Pintu masuk walk-in closet terbuat dari kaca yang elegan dan didekorasi dengan sentuhan desain modern. Begitu pintu terbuka, nuansa hangat dan pencahayaan yang lembut menyambut, menyoroti setiap sudut dengan cahaya yang memberikan tampilan dramatis pada pakaian dan aksesori yang terpajang.

Lantai kloset terbuat dari kayu eksotis yang dipadu dengan karpet lembut, memberikan kesan kenyamanan dan kemewahan setiap kali langkah kaki menginjaknya. Pada dinding, rak-rak kayu bertingkat dengan desain yang eksklusif menjulang, menyajikan koleksi sepatu dan tas mewah yang teratur dan mudah diakses.

Gantungan pakaian berderet rapi, menggantungkan koleksi pakaian haute couture dan busana desainer terkini. Lampu sorot yang dipasang di atas setiap gantungan menyoroti detail-detail indah pada setiap pakaian, menciptakan suasana yang mirip dengan butik mode mewah.

Di sudut ruangan, terdapat sebuah meja rias berukuran besar dengan lampu cermin yang memberikan pencahayaan sempurna. Di atas meja, terdapat koleksi makeup dan parfum dari merek terkenal.

“Aku ambil ini saja,” putus Ivy memakai turtleneck sweater hitam, dilapisi kemeja putih dan celana bahan hitam. Setelah itu dia memakai make up tipis dan menyisir rambutnya dengan rapi. Tidak mau menunggu lama Ivy lalu bergegas menuju kamar Ezra untuk melaksanakan perintah pria itu.

Di dalam kamar Ezra, wanita itu langsung menuju walk in closet milik pria itu, tidak jauh berbeda dengan yang tadi. Yang membedakan adalah koleksi pantofel dan jam tangan mewah Ezra yang tersusun rapi, juga kunci mobil pria itu yang tergantung di kaca. Ivy memutuskan untuk mengambil kemeja putih tulang, dan jas biru tua keluaran Alexander Amosu Vanquish II Bespoke, yang terbuat dari Wol mahal dan dipesan langsung secara eksklusif oleh Ezra. Tidak lupa dasi berwarna senada dengan jasnya. “Akhirnya selesai,” gumam Ivy lalu menyiapkannya di atas kasur Ezra yang sudah dirapikan setelah Ivy bangun terakhir tadi.

“Sudah selesai?” suara berat Ezra mengalihkan pandangan Ivy, sedikit terkejut dengan pria itu. Bagaimana tidak? Dengan tidak malunya Ezra keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk putih yang melilit di pinggangnya. Rambut cokelat tua basah yang masih berantakan, setitik air yang jatuh ke tubuh kekar kecoklatan emas Ezra, melewati setiap otot-otot keras pria itu. Ivy pun bergeming sedetik, lalu membuang mukanya karena hampir saja terlena. Sialan! umpatnya dalam hati.

“Tuan, anda bisa pakai baju dulu, sebelum keluar kamar mandi,” kata Ivy sedikit tergagap. Astaga, pria ini tidak bisa berhenti membuatnya kesal.

Ezra yang peka, jika wanita ini sedang menghindari pandangnya, lalu muncul ide jailnya. Pria itu berjalan tegap menghampiri Ivy, “Kenapa? ini kamarku, dan aku bebas melakukan apa saja Vy,” ujarnya serak mendekati Ivy lebih intens, sukses membuat Ivy mundur, dan dengan lincah tangan besar Ezra menarik pinggang mungil itu hingga Ivy memekik. “Tuan!” panik Ivy memegang dada bidang Ezra yang masih setengah basah. Jemari besar pria itu meremas pelan pinggang mungil Ivy, hingga membuat Ivy menahan napas. Tubuh besar Ezra seperti Singa jantan yang mengintimidasi seekor kucing kecil.

“Rilex Vy, kenapa kau tegang sekali,” bisik Ezra tepat di telinga Ivy, dan berhasil membuat tubuh kecil itu menegang sekaligus jantungnya berdebar.

“Lepaskan saya Tuan,” ucap Ivy berusaha setenang mungkin meskipun dia merasakan reaksi aneh atas sentuhan pria ini. Sedangkan Ezra, menatap lekat Ivy, dengan mengamati netra cokelat yang entah mengapa membuatnya terobsesi untuk terus ingin mengetahui setiap arti dari tatapan wanita ini.

“Aku suka melihat netra cokelat madumu ini Vy,” suara Ezra serak nan pelan, menahan hasrat yang dia tahan dengan sabar.

Ivy tidak menjawab, dia bisa mendengar jantung Ezra berdetak begitu kencang. Sekaligus merasakan, tubuh panas Ezra yang Ivy yakin setiap wanita menginginkan untuk berada di dalam dekapan pria ini. Tidak heran banyak wanita yang memuja, dan mengejar sosok Ezra.

“Hentikan Tuan, kita bisa-”

“Ssstt…bisa diam sebentar tidak, Hmm?” sela Ezra menggeram, semakin kuat memeluk pinggang mungil Ivy, seakan rasanya mudah jika membuat tubuh wanita ini patah tulang karena tidak sebanding dengan tubuhnya yang besar. Salah satu tangannya, mengelus punggung Ivy dengan lembut. Lalu pandangnya turun ke bibir tipis pink muda nan sehat milik Ivy. Ezra menggigit bibirnya, tatapan itu berubah menjadi dominan, lalu tangannya berpindah mengelus wajah mulus Ivy dan mengusap bibirnya.

“Tuan, hentikan sekarang,” mohon Ivy sedikit bergetar, namun dia masih menatap datar Ezra.

Pria bernetra biru itu tersenyum tipis. “Jangan bohong Vy, kau tidak bisa menolak sentuhanku, Hmm..” Ezra semakin menunjukan taringnya, jempolnya mengusap-usap lagi bibir Ivy.

“Aww…Ini sakit Vy!” pekik Ezra ketika jempolnya digigit tiba-tiba oleh Ivy, otomatis Ezra melepaskan Ivy.

“Kita tidak ada waktu bermain Tuan,” ucap Ivy tenang, lalu keluar dari kamar Ezra secepat mungkin.

Ezra sendir hanya mengumpat lalu menatap pintu keluar kamar. “Kali ini kau berhasil lari dariku. Tapi tidak di selanjutnya,” tegas Ezra sambil tersenyum miring.

----

ig: penikmatkopi_fiksi

Like dan Komen kalau sempat ya. hehehe

Terpopuler

Comments

Illa Darrel

Illa Darrel

hahaha . . Ivy jinak jinak merpati nih . . makin penasaran dah si Ezra 🤣😅

2024-02-07

1

Mei Pratiwi

Mei Pratiwi

Lanjut kak... Seru nih

2024-02-06

0

yella xarim

yella xarim

Hai Hai....

2024-02-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!