Part 6. Bermalam Bersama

“Hati-hati Tuan,” ujar Ivy sambil memapah Ezra dengan merangkul pinggang Ezra, dan membiarkan lengan besar pria itu ke lehernya. Mereka berdua masuk ke dalam apartemen mewah milik Ezra, yang kebetulan tidak jauh dari apartemennya. Ezra sendiri, sudah merasakan kepalanya pusing hebat, karena itu dia hanya bergumam saja.

“Hmm..apa kita sudah sampai?” tanya Ezra serak, rasanya tenggorokanya semakin kering, dan dia butuh air dingin.

“Sudah Tuan, ayo masuk,” jawab Ivy sambil membuka kode sandi Ezra, karena dia memang sudah diberi tahu. Alasanya jika ada keperluan mendadak apapun, Ivy bisa mengambil barang milik Ezra.

Pintu apartemen terbuka, terlihat ruang tamu besar nan mewah yang memang dirancang sesuai kepribadian si pemilik, didominasi warna putih susu. Serta lampu gantung kristal yang bergelantung, menghiasi ruang tamu Ezra.

“Bertahanlah Tuan, kita ke kamar anda,” lanjut Ivy masih memapah Ezra, masuk ke dalam kamar pria tersebut. Akhirnya, Ivy berhasil memapah Ezra sampai ke tempat tidur king-size dengan linen sutra berkualitas tinggi. Susah payah, Ivy mendorong pelan tubuh besar itu supaya berbaring dengan nyaman. Wanita itu lalu, melepas pantofel dan kaus kaki Ezra satu-satu, kemudian mulai menyelimuti Ezra supaya hangat.

“Vy…” panggil Ezra dengan mata terpejam.

“Ya Tuan, ada yang diperlukan?” Ivy menjawab dengan suara rendah.

“Aku ingin minum air dingin, tolong ambilkan,” pinta Ezra lalu matanya setengah terbuka, karena saking beratnya dan ditambah lagi pusing yang mendera.

Ivy hanya menghela napas, dia sebetulnya sudah sangat lelah sekali. Rasanya ingin langsung tidur, akan tetapi mana mungkin dia menolak perintah pria di depannya ini.

“Baik Tuan, sebentar,” Ivy langsung bergegas dari duduknya, kemudian menuju dapur untuk mengambil segelas air.

Dapur Ezra dilengkapi dengan peralatan stainless steel terbaru dan perabotan dapur yang mewah. Countertop marmer atau granit yang dipasang untuk memberikan tampilan yang bersih dan modern. Ivy selalu kagum dengan apartemen milik Ezra, bukan karena mewah. Namun, selalu terlihat bersih dan rapi, karena bosnya itu tidak suka rumah berantakan dan sangat detail dengan kebersihan. Ivy mengambil botol mineral di kulkas, yang juga tersusun rapi bahan makanan sehat dan minuman sehat.

Sampai di kamar, Ivy duduk di tepi kasur kemudian dia menepuk pelan dada bidang Ezra. “Bangun Tuan, minum dulu ini airnya,” suara Ivy berusaha setenang mungkin. Hingga beberapa detik kemudian Ezra terbangun, sambil bergumam dan pelan-pelan dia bangun lalu menyandarkan tubuhnya ke bantal besarnya.

Ezra mengambil botol yang dari Ivy, kemudian menenggaknya sampai setengah. Rasanya kini tenggorokannya lebih baik dan segar. Setelah selesai, dia memberikan botol itu kepada sekretarisnya, lalu kembali merebahkan lagi tidurnya.

“Thanks Vy,” gumamnya lalu matanya pelan-pelan terpejam.

“Kalau begitu saya pulang dulu Tuan,” pamit Ivy lalu berdiri dari kasur Ezra, namun dia terpekik karena Ezra menariknya hingga berada di atas tubuh pria itu.

“Tuan! apa yang Anda lakukan!Lepaskan!” panik Ivy setengah teriak.

“Ssst..diamlah, jangan ganggu aku. Biarkan seperti ini sebentar saja,” gumam Ezra dengan lirih, tangannya memeluk erat Ivy yang berada di atasnya.

Ivy yang masih berusaha berontak juga percuma, dan jujur saja dia sudah tidak punya tenaga lagi. Hingga beberapa menit, akhirnya wanita itu menyerah meski kini tubuhnya sudah berada di samping Ezra, akan tetapi pria itu masih memeluk pinggang rampingnya seperti belitan ular. Netra cokelat Ivy memandang Ezra yang tertidur pulas, mengamati wajah tampan dengan rahang yang tegas. Jantungnya berdetak kencang, karena ini pertama kalinya dia melakukan kontak fisik seintens ini dengan Ezra. Biasanya dia selalu menatap Ezra dari jauh, namun sekarang tubuhnya begitu melekat dengan Ezra, sungguh memalukan. Ivy yang merasakan kantuknya sudah diujung mata, akhirnya tertidur terlelap dalam pelukan sang bos.

Sinar matahari yang perlahan menyelinap masuk melalui jendela kamar, Ezra pelan-pelan membuka kelopaknya, merasakan ada sesuatu yang hangat dalam pelukannya. Netra biru itu lalu sedikit membeliak, karena dia menemukan seorang wanita yang akhir-akhir ini membuat pikirannya sedikit kacau tidur dalam pelukannya.

“Bagaimana bisa?” bisiknya dengan suara serak, kemudian wajah tampannya berusaha mengingat dengan serius apa yang terjadi. Namun, akhirnya menghela napas karena dia ingat, jika tadi malam dia menyuruh Ivy menjemputnya di bar Julio. Ezra masih betah memeluk tubuh mungil itu, malahan kini dia menatap lekat Ivy, layaknya lukisan yang menarik, sungguh unik dan manis. Akhirnya Ezra melepas pelukannya, dan membiarkan Ivy tidur saja di kasurnya, karena dia ingin membuat sarapan dulu.

Pria itu bangun dengan penuh semangat di pagi yang cerah. Setelah beberapa langkah ringan melintasi karpet yang lembut, dia memasuki dapur dengan wajah yang penuh kantuk namun penuh kegairahan. Bau segar kopi yang menyambutnya begitu dia melangkah masuk menimbulkan senyum kecil di wajahnya.

Dengan gerakan yang akrab dan terbiasa, Ezra membuka kulkas dan mengeluarkan sejumlah bahan untuk sarapan. Telur segar, potongan sayuran berwarna-warni, potongan kecil keju, dan sepotong roti gandum yang harum. Sementara panci air mendidih di atas kompor, aroma kopi yang menggoda mulai meresap ke seluruh dapur.

Sambil menunggu air mendidih, Ezra membuka jendela dapur dan merasakan embusan angin pagi yang segar. Pagi yang cerah dan sejuk memberikan semangat baru yang menyegarkan, membuatnya semakin bersemangat untuk menciptakan sarapan yang lezat. Ditambah lagi, ini adalah momen yang sangat langka di mana dia bisa tidur bersama dengan Ivy.

Dengan pan, Ezra mulai memasak telur orak-arik yang dihiasi dengan potongan sayuran warna-warni. Bau harum sayuran yang memenuhi dapur membuatnya semakin lapar. Dia melihat ke sisi kompor dan melihat irisan roti gandum yang garing di atas gril, menciptakan suara renyah yang menggoda selera.

Sementara itu, kopi yang dipersiapkan di mesin kopi otomatis sudah siap diseduh. Ezra menuangkan cairan hitam pekat itu ke dalam cangkir favoritnya, melihat awan-awan uap yang menguar dari permukaan cairan hangat. Aroma kopi yang khas membuat napasnya terasa segar dan hangat. Ezra juga sudah menyiapkan dua cangkir dan dua piring untuk bisa menikmati sarapan pagi ini dengan sekretarisnya. Ini adalah momen pertama kalinya, Ezra memasak untuk seorang wanita, dan sekarang dia tampak seperti seorang suami yang sedang ingin membuatkan istri tercintanya sarapan.

“Tuan..” panggil Ivy tiba-tiba, yang sudah berdiri di dekat meja makan. Wanita itu terbangun karena aroma masakan Ezra yang terlihat lezat.

“Vy, duduklah kita sarapan bersama dan berangkat ke kantor bersama sekalian,” ujar Ezra sambil menaruh sandwich telur tadi di atas piring yang sudah dia siapkan.

“Biar saya saja Tuan,” sela Ivy berniat untuk membantu, namun Ezra menggeleng keras. “Tidak perlu, kau cukup duduk saja. Jangan membuatku mengulang kalimat yang sama,” tandas Ezra tidak tegas, dia tidak ingin mood paginya ini rusak karena sikap keras kepala sekretarisnya.

Sedangkan Ivy yang merasa sangat tidak nyaman dan canggung akhirnya menurut saja.

“Makanlah, dan ini kopi hangat untukmu,” tutur Ezra menaruh cangkir itu, lalu duduk di hadapan Ivy.

“Terima kasih Tuan, anda tidak perlu-”

“Makan dulu, protesnya nanti saja,”sela Ezra sinis, lalu menyesap kopinya pelan-pelan.

Ivy menghela napas lalu wanita itu menggigit sandwich buatan Ezra, yang ternyata sangat memanjakan lidahnya. Sangat enak, seperti yang dijual di restaurant.

“Apa kau malu karena kita sudah tidur bersama?” tanya Ezra serak, yang sontak saja membuat Ivy tersedak. Apa lagi ini batin Ivy berteriak.

——

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!