Part 9. Bukan Wanita Sembarangan

“Vy, tolong kirim email propos-” suara Ezra terhenti karena, intercomnya tidak ada jawaban. Pria bernetra biru terang itu mengerutkan alis tebalnya. Tidak biasanya Ivy tidak menjawab intercomnya.

“Ke mana dia,” protes Ezra lalu dia berdiri dari duduknya, menghampiri Ivy dan bersiap untuk memarahinya.

Namun, setelah sampai ruangan, Ezra semakin menampilkan ekspresi kesal.

“Sialan! Di mana di-”

“Maaf Nona, bukankah tadi sudah jelas dikatakan, jika Tuan Ezra sedang ada rapat penting” samar-samar dia mendengar suara Ivy sedang berdebat dengan seseorang. Ezra tidak langsung keluar ruangan, melainkan dia mengintip dari celah pintu. Ezra sedikit terkejut dengan kedatangan Sophia, karena dia sudah muak dengan wanita manja dan hanya bisa mengandalkan tampang cantiknya saja. Namun, untuk urusan otak dia sangat nol besar, pun tidak henti-hentinya Sophia merengek sambil menerornya lewat pesan dan email hanya karena ingin berlibur di kapal pesiar bersamanya.

Ezra masih melihat perdebatan wanita dengan karakter yang jauh berbeda itu. Netra birunya mengamati Ivy, yang masih tenang menghadapi sikap liar Sophia. Jika wanita lain, pastinya sudah menangis dan menyerah mendengar kata-kata tidak layak dari mulut Sophia.

Sungguh bukan wanita sembarangan, Ivy mampu mengendalikan emosinya dan masih bisa bersikap sopan.

Ezra lalu membuka pintu kemudian, menatap tajam ke arah dua wanita itu. “Ada apa ini?” suara beratnya membuat Ivy langsung melepaskan tangan Sophia.

“Baby….” rengek Sophia, langsung menubruk dada bidang Ezra. Namun, pria itu langsung mendorong pelan tubuh Sophia.

“Dia berbuat kasar padaku Baby, pecat dia sekarang,” ucap Sophia manja, suara rengekannya membuat Ivy ingin muntah di hadapan mereka berdua. Bagaimana bisa bosnya menemukan hewan langka sekaligus liar seperti Sophia ini.

Ezra hanya bergeming, lalu dia melirik ke arah Ivy datar. “Kembali ke ruanganmu!” titah Ezra dengan nada tegas. Lalu lirikannya kembali ke arah Sophia. “Ikut denganku sekarang,” ucapnya dingin kepada Sophia.

“Jadi apa yang kau inginkan Sophia?” Ezra bertanya tanpa basa-basi, sambil melipat kedua tangannya.

Tanpa permisi, wanita sexy itu duduk di sofa dekat meja kerja Ezra dengan posisi menggoda. “Kenapa kau tidak pernah menjawab pesanku baby, kau selalu menghindar,” ucapnya dengan nada mendayu-dayu.

“Aku sibuk Sophia. Jika kau kemari hanya merengek tidak jelas, silahkan pergi,” usir Ezra secara dingin.

Sophia yang merasa Ezra mengusirnya lalu berdiri menghampiri pria bernetra biru itu dengan tatapan marah. “Apa maksudmu Ez? kau mengusirku!!” teriak Sophia tepat di wajah tampan Ezra.

“Berani sekali kau teriak padaku.” Ezra mendorong pelan tubuh wanita itu, netra birunya menatap nyalang dingin nan mendominasi.

“Kau berubah. Seriously? setelah malam panas kita! Kau benar-benar brengsek!” raung Sophia memukul tubuh keras Ezra, namun dengan cepat pria itu mencengkram tangan Sophia.

“Kau sudah tahu aku pria brengsek kan. Kau tidak lupa kan? kita hanya bermain-main di hubungan ini,” pungkas Ezra berbisik tajam, melontarkan kalimat kejam.

Sophia melepas kasar cengkraman Ezra, menutup mulutnya dan mengeluarkan air mata yang Ezra rasa palsu. “Aku mencintaimu Ez! Jadi selama ini kau berbohong? semua perlakuan manismu juga pura-pura? huh!!” isaknya dengan dramatis.

Alis Ezra menukik tajam, lalu smirk misteriusnya terpatri di bibir tipisnya. “Berbohong? Kita lihat siapa yang berbohong disini,” ucap Ezra dingin, lalu dia mengambil sebuah foto dari laci kerjanya, kemudian menghamburkannya ke udara.

Sophia langsung terkejut, melihat fotonya dengan seorang pria sedang bertukar saliva di depan hotel mewah di kota ini. Robert Johan, salah satu desainer

“Jadi? Siapa di sini yang berbohong?” tanya Ezra dengan santai.

“Ez… ini sem-”

Ucapannya terhenti ketika Ezra mengangkat tanganya, yang menandakan untuk tidak berbicara lagi.

“Jika kau pikir aku bodoh, kau salah Sophia. Kau harus tahu, dengan siapa kau sedang berhadapan. Dan jangan sembarang mengucap cinta, jika kau saja tidak tahu artinya kesetiaan.” Tegas Ezra dengan nada tidak ingin dibantah lagi.

“Hubungan kita selesai, dan sekarang kau pergi dari sini,” lanjut Ezra masih menatap tajam Sophia.

Wanita itu lalu menghentakan kakinya, “Kau akan menyesal brengsek!” umpatnya kepada Ezra lalu pergi meninggalkan pria itu dengan rasa malu.

Setelah kepergian Sophia, pria itu menekan intercomnya. “Masuk ruanganku sekarang Vy!” perintah Ezra pada sekretarisnya, lalu mematikannya sepihak tanpa menggubris jawaban Ivy.

Kemudian muncul Ivy, masih dengan ekspresi datar. “Ada apa Tuan?”

Ezra menatap wanita berkuncir kuda itu lekat, “Kemarilah, dan duduk!” titahnya dengan suara berat, tangan berkacak pinggang sambil satu tanganya lagi menunjuk sofa.

Sementara Ivy masih bergeming, merasa was-was dengan tatapan Ezra yang sulit diartikan.

“Kenapa diam saja Vy, kau tuli ya?” geram Ezra merasa kesal, jika kesabarannya habis dia akan nekat untuk menggendong Ivy lalu melemparnya ke ranjang dan menuntaskan- ah sudahlah, lebih tepatnya dia harus sabar dan tidak boleh berlebihan jika ingin membuat wanita ini jatuh hati padanya.

Ivy dengan terpaksa menuruti kata-kata Ezra, dengan duduk di sofa. Ivy sedikit terkejut melihat foto-foto Sophia berceceran di lantai.

“Abaikan sampah itu Vy,” ucap Ezra seakan tahu isi pikiran Ivy.

Ezra lalu duduk di sebelah Ivy, dan pria berbadan besar itu mendekatinya. “Kau tadi ke mana saja!” Ezra memicingkan mata pekatnya.

“Saya hanya keluar membeli kopi Tuan, dan sekalian tadi saya juga beli untuk Anda,” jelas Ivy panjang, berusaha bersikap tenang seperti biasa.

“Oh ya? Luar biasa, kau masih ingat dan peduli padaku ,” sindir Ezra lalu tersenyum tipis.

“Itu karena Anda akan menyuruh saya membeli lagi, jika saya tidak membelikan satu untuk Anda,” pungkas Ivy, supaya Ezra tidak salah paham dan percaya diri.

Ezra langsung menatap kesal Ivy. “Kau terlalu berpikiran negatif tentangku,” decaknya kesal.

“Bukan begitu Tuan, saya hanya belajar dari pengalaman,” kilah Ivy tidak mau berdebat lagi. Demi Tuhan! dia merasa sangat lelah hari ini, karena harus berdebat dengan tiga orang yang menyebalkan.

“Sekarang, mana kopiku?” tuntut Ezra, menatapnya lekat, dia ingin sedikit jahil dengan Ivy. Ah, begitu menyenangkan melihat ekspresi Ivy sejak tadi pagi.

“Saya ambil dulu Tuan,” ujar Ivy pelan, lalu dia berdiri dari sofa. Namun, Ezra dengan sengaja menjegal kaki Ivy, sehingga Ivy langsung jatuh di pangkuan Ezra.

“Upss, hati-hati Nona,” ucapnya dengan nada jail.

“Lepaskan saya Tuan, ini tidak lucu,” ucap Ivy tersengal, kini tangan kekar Ezra memeluk erat pinggang mungil itu membuat wanita itu sulit bernapas dan sesak.

“Kau bilang sendiri, aku bukan tipemu. Tapi sekarang kau suka jika kupeluk,” Ezra berkata dengan santai, setengah berbisik.

Ivy bergerak-gerak gelisah di pangkuan Ezra, pria ini memang suka mencari kesempatan. “Anda terlalu percaya diri Tuan,” tukas Ivy, membuang pandangannya ke arah meja Ezra.

“Jadi, apakah aku sudah masuk kriteria pria idaman untukmu?” Ezra masih menatap lekat Ivy, tangannya meremas pinggul Ivy hingga membuat wajah wanita itu bergerak gelisah.

“Tidak Tuan, sekarang lepaskan saya. Pekerjaan kita masih banyak!” pekik Ivy putus asa, wajahnya kini sudah semerah tomat karena tindakan bosnya.

Ezra tersenyum jail. “Jadikan aku tipemu dulu, baru kulepaskan,” suara Ezra sedikit mendayu, tatapan netra biru yang tiba-tiba juga begitu sayu.

“Sudah kuka-”

Suara Ivy terhenti, ketika jari telunjuk kanan Ezra masuk ke mulut wanita itu, sehingga membuat Ivy membulatkan matanya.

“Aku suka, ketika kau menggigit tanganku Vy,” suara rendah Ezra menggoda, membuat tubuh Ivy merinding.

“Ini kedua kalinya kau menggigitku Vy, dan aku…” ucapannya terhenti lalu membisik tepat di telinga wanita itu. “Tidak sabar, merasakan gigitanmu di tempat yang lain,” lanjutnya dengan kalimat panas. Lalu pria itu menarik jarinya, kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya sendiri layaknya permen lolipop manis.

“Kita sudah bertukar saliva hari ini Vy,” ucap Ezra dengan tidak tahu malu.

“Anda sudah tidak war-”

“Wow, pemandangan yang menarik!” seru Carlen yang menatap keduanya dengan wajah geli.

“Wah, ternyata kelakuanmu di kantor seperti ini ya,” suara susulan yang berasal dari belakang Carlen, sosok wanita anggun yang menatap mereka sambil bersedekap.

----

Mak takut ama babang Ezra, suka digigit wkwkwk

Terpopuler

Comments

Mei Pratiwi

Mei Pratiwi

Udah pasti di buly nih nnti si Ezra

2024-02-09

1

Illa Darrel

Illa Darrel

Jiiaaahhhh . . ketauan dehhh . . hahaha . . ngga kebayang malu nya Ivy nihh 🤣😅 nah itu Caren sama siapa cewek yg datang 🤔🤔

2024-02-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!