Sementara Cyrene keluar dari ruang medis dengan langkah ringan tanpa menyadari dibalik pintu Carlo telah berdiri di sana dan mendengar apa yang dia katakan pada Glen. Mendesah pelan, ia pun masuk ke dalam.
"Apakah dia baik-baik saja?" tanya Carlo saat berada di dalam mendapati Glen tengah mencuci tangan setelah membereskan perlengkapan medisnya.
Glen menoleh dan tersenyum menyambut kedatangan Carlo.
Pria berperawakan tinggi dan besar dengan wajah garang serta berkulit coklat. Namun tidak ada yang bisa menyangka, Carlo justru menjadi lunak ketika menghadapi Cyrene.
Perubahan itu terjadi ketika Cyrene telah berada camp ditahun ketiganya.
"Lukanya terbuka lagi. Tidak bisakah kau melarangnya latihan? Hanya sampai jahitannya dilepas, bukan sampai lukanya mengering," ucap Glen.
"Kau tau persis bagaimana dia bukan?" balas Carlo bertanya seraya menjatuhkan tubuhnya disofa.
"Sikap kerasku padanya hanya akan menambah keras kepalanya dan mengambil resiko yang jauh lebih besar dari yang sudah dia dapatkan," Carlo menambahkan.
"Aku masih merasa bersalah membawanya bersamaku dalam misi sebelumnya," ungkap Carlo menangkupkan telapak tangan diwajahnya.
"Itu bukan kesalahanmu Carlo. Kondisi dia saat ini terjadi karena dia menyelamatkanku," ucap Glen.
"Sebenarnya, apa yang membuat dia bertindak seperti itu? Dia begitu mendorong dirinya sendiri melewati batasannya hingga tidak peduli apa yang akan terjadi dengan tubuhnya sendiri," tanya Glen.
"Entahlah," Carlo mengangkat bahunya.
"Mencintai seseorang mungkin," imbuhnya asal.
Glen tertawa, namun dari lubuk hatinya tak bisa menyangkal kemungkinan itu. Bayangan ketika Cyrene menyelamatkannya pun kembali muncul didepannya.
Sebuah pengejaran yang dilakukan Cyrene dan Carlo pada pengedar narkoba yang selalu lolos dari polisi. Dengan jebakan yang disusun Carlo, pengedar narkoba itu termakan umpan yang disiapkan Carlo.
Sayangnya mereka berhasil menarik Glen sebagai sandra mereka ketika Glen membantu korban yang terluka dan membawanya. Aksi saling mengejar pun berlangsung lama mengingat Glen ada bersama mereka.
"Serahkan Glen padaku, akan ku pastikan dia selamat," ucap Cyrene menambah kecepatan mobilnya mengejar mobil yang membawa Glen dengan Earphone terpasang di telinga kirinya.
"Kakak jalankan saja rencana awal, aku akan menggiring mereka," ucap Cyrene lagi.
"Terlalu beresiko Cyrene, kita pikirkan cara lain," jawab Carlo.
"Tidak ada waktu lagi! Di ujung jalan ini memiliki rute terburuk, dan hutan membuat posisi kita dirugikan. Kemungkinan kita kehilangan mereka termasuk Glen jauh lebih besar," sambut Cyrene beralasan.
"Baiklah,,, tapi ingatlah tetap berhati-hati," ujar Carlo mengingatkan.
"Pasti," jawab Cyrene.
Setelah mengatakan itu, Cyrene mengubah arah mobilnya tanpa disadari oleh mereka. Dengan mata yang terus mengawasi mobil yang dikejar untuk mempelajari struktur mobil, Cyrene tersenyum penuh arti.
"Tak sesulit yang ku kira. Mobil ini setidaknya lebih kokoh," gumamnya pelan.
Menambah kecepatan untuk memastikan dia berada jauh didepan mereka, dengan terampil Cyrene memutar mobilnya dan mengarahkan laju mobil kearah mereka, menyambut mereka dengan kecepatan penuh.
Ketika jarak mereka hanya beberapa meter, Cyrene membelokan mobilnya, dan membuat mobil mereka berbelok kearah yang dia rencanakan hingga mobil mereka hilang kendali dan menabrak pohon.
Cyrene berhasil mengejar mobil mereka bergegas turun dan membuka pintu belakang, menarik Glen dari tangan mereka.
Keterkejutan mereka atas apa yang terjadi sedikit memudahkan Cyrene mengamankan Glen dan mendorongnya agar masuk ke mobil miliknya.Tak lama suara bantingan pintu mobil terdengar disertai geraman kekesalan orang yang turun dari belakang kemudi, memberikan tatapan tajam pada Cyrene.
"Kau sudah menggagalkan rencanaku!" geramnya sembari tangannya menunjuk kearah Cyrene.
Semua rekannya keluar dari mobil sambil memegangi kepala mereka.
"Arrgghh,,, kepalaku berdenyut," erangnya.
"Kau cantik, sayang sekali harus mati di tangan kami," ucap salah satu dari mereka dengan tatapan yang berubah buas.
"Kalian harus berusaha jika ingin mewujudkan itu," jawab Cyrene tenang.
"Kau hanya sendiri, jadi jangan terlalu percaya diri atau wajah cantikmu akan rusak," seringai licik salah satu dari mereka muncul.
"Sayangnya dia tidak sendiri," ucap Glen berjalan mendekati Cyrene dengan senyum diwajahnya.
"Mereka bukan lawanmu Glen," bisik Cyrene.
"Aku tak bisa membiarkan kamu menghadapi mereka semua sendiri," balas Glen berbisik.
"Setidaknya aku bisa membantu mengulur waktu sampai Carlo tiba," imbuhnya.
"Baiklah, tapi perlu kuingatkan padamu, mereka itu licik, aku tidak tau apa yang tersembunyi di balik pakaian mereka," ucap Cyrene.
"Aku mengerti," jawab Glen.
Salah satu dari mereka menyerang maju dengan pisau ditangannya, mengarahkannya pada Glen.
Cyrene dengan sigap menangkis tangannya dan menjatuhkan pisau itu, memutar badannya dan mendaratkan pukulan di tengkuk dengan sempurna hingga orang itu terkapar.
"Ceroboh!" cibir Cyrene.
Namun detik berikutnya dahinya mengernyit ketika ia melihat hal tak biasa dari pisau lawannya dan segera mengambilnya.
"Racun,,," desis Cyrene.
"Mereka mengolesi pisau ini dengan racun. Tidak mematikan, tapi melumpuhkan. Hampir seperti obat bius, namun ini memiliki efek lebih buruk," Cyrene berkata pelan pada Glen seraya menyerahkan pisau padanya untuk diamankan.
"Satu goresan saja bisa membuatmu kehilangan kesadaran selama beberapa jam," imbuhnya.
Melihat rekannya dilumpuhkan dengan mudah, mereka berempat serentak menyerang bersama.
Dengan mempercayakan punggung masing-masing, mereka bergerak seirama untuk melumpuhkan lawan mereka. Glen mulai kesulitan menghadapi mereka dan beberapa kali menerima pukulan yang tidak bisa dihindari. Setelah Cyrene mengalahkan lawan didepannya, dia pun bergegas membantu Glen.
Tepat saat Cyrene berniat membantu Glen, ia melihat tak jauh dari punggung Glen ada sebuah batang pohon yang terlihat tajam.
Senyuman licik tergambar jelas diwajah orang yang menyerang Glen, berusaha mendorong mundur Glen dengan memberikan pukulan membabi buta .
Cyrene berlari secepat mungkin. Ia berhasil mencapai Glen ketika tubuhnya terdorong mundur akibat tendangan lawannya. Namun batang pohon itu tak mengenai Glen ketika Cyrene menahan tubuhnya tepat waktu.
"Kau baik-baik saja?" tanya Cyrene.
"Aku tertolong," desah Glen lega
"Seperti dugaanmu, dia kuat," ucap Glen menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya.
"Siapa yang akan menyangka, ternyata ada polisi wanita yang cukup kuat disini," ucapnya penuh amarah.
"Menyerah adalah pilihan terbaikmu saat ini, semua anggotamu telah kami tangkap," ucap Cyrene.
'Akan sulit bagiku untuk mengalahkannya di saat aku baru saja mengalahkan teman-temannya, selain itu fisiknya jelas lebih baik dariku' batin Cyrene.
"Haa,,, anggota yang berada diujung jalan inikah yang kau maksudkan? Maaf saja, itu hanya umpan," gertaknya.
"Menggertak dengan percaya diri adalah hal terkonyol yang belum pernah kulihat," jawab Cyrene tersenyum mengejek.
Pria itu menyeringai licik seraya mengeluarkan sebuah remot kecil saku jaketnya lalu menekannya.
Bersamaan dengan itu, mobil yang mereka gunakan sebelumnya meledak. Mengakibatkan bagian dari badan mobil melayang kearah mereka. Dengan cepat Cyrene mendorong tubuh Glen dan menutupi dengan tubuhnya sendiri ketika bagian dari badan mobil yang terlepas melesat kearah mereka dan menggores punggungnya.
"Ugghh,," Cyrene mengerang pelan menahan sakit.
"Ren,,," Glen berseru panik.
Tak sampai disana, pria tadi melepaskan dua tembakan dari pistolnya setelah berhasil menghindari ledakan dan sukses mengenai punggung Cyrene.
"Ughh.." Cyrene mengerang lagi,
Glen menopang tubuh Cyrene yang mulai melemah. Dengan sisa tenaganya, Cyrene meraih pisau kecil yang terselip dipahanya lalu melemparkannya kearah pria itu.
"Aarrgghh,,," pria itu mengerang saat pisau mendarat dibahunya. Cyrene berbalik dengan senyum dibibirnya sekaligus menahan sakit akibat punggungnya yang terluka.
"Cih,,, jika kau ingin bermain trik untuk kabur dariku, itu tak akan pernah terjadi," ucap Cyrene tersenyum mendekatinya dengan perlahan.
"Apakah kau berpikir dua buah peluru cukup untuk membunuhku?" cibirnya.
"Haah,,, tenang saja, kau tak akan kubiarkan mati," ucapnya seraya berjongkok didepan pria yang tengah meringis kesakitan.
"Pisau ini," ucapnya dengan tangan terulur lalu mencabutnya.
"Arrgghhh,,," pria itu mengerang.
"Hanya kuberi sedikit obat tidur. Jadi, bermimpilah sebentar dan ketika kau bangun, kau akan berhadapan dengan hukum," ucap Cyrene menepuk pipi pria itu yang mulai berangsur-angsur hilang kesadaran.
"Misi selesai," Cyrene berkata pelan saat menatap Glen yang terlihat khawatir.
"Arrgghh,,," erang Cyrene seraya membungkuk dan jatuh berlutut.
"Kenapa kau melakukannya Ren?" tanya Glen membantu Cyrene duduk dan merobek pakaiannya untuk memeriksa lukanya.
"Jika kamu yang terluka, aku tidak akan bisa melakukan apa pun Glen. Dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi," Cyrene berkata lemah.
"Aku juga tak ingin ini terjadi," sahut Glen sedikit panik melihat darah mengalir deras dari punggungnya yang tergores cukup dalam serta dua buah peluru bersarang disana. Terlebih lagi ia tidak membawa perlengkapan medisnya.
"Kalau begitu, kau hanya perlu mengobatiku. Kau dokter terbaik yang pernah ku kenal," jawab Cyrene.
"Ahh,,, kurasa sekarang aman, aku ingin tidur sebentar, kak Carlo datang," desah Cyrene pelan sebelum akhirnya terkulai.
"Renn,,, hei,,, bangun,,," Glen menepuk pipi Cyrene pelan.
"Sadarlah,,, Ren,,, hei,,," Glen mulai panik dan segera mengangkat tubuhnya tepat ketika Carlo datang dan segera membawa Cyrene ke rumah sakit.
"Hei,,, Glen,,, apa kau mendengarku?" tegur Carlo mengibaskan tangan didepan wajah Glen.
"Apa,,,?" tanya Glen.
Carlo mendesah pelan.
"Apa kau mengingat kejadian itu lagi?" tanya Carlo.
"Andai kemampuanku sebaik dirimu, hal itu tidak akan terjadi. Kemampuan ku bahkan hanya setengah dari kemampuan Ren," keluh Glen.
"Jika dia mendengar kau berkata begitu, dia akan menghajarmu," sahut Carlo.
"Aku berharap dia melakukannya," jawab Glen tersenyum pahit.
"Jangan berkata begitu didepannya," saran Carlo mengingatkan.
"Aku hanya ingin tau kondisinya. Jika kau sebegitu khawatirnya, cek saja ke kamarnya, atau ke lapangan," ucap Carlo beranjak dari duduknya meninggalkan Glen.
'Kenapa dia harus dilapangan?' pikirnya heran.
Membayangkan hal yang tidak diinginkan, Glen bergegas pergi untuk memastikan keadaan Cyrene.
'Padahal punggungnya masih terluka, kenapa dia berbaring dengan cara seperti itu? Apakah dia tidak merasakan sakit?" gerutu Glen dalam hati.
Seperti yang di duga Carlo, dia berada di lapangan, berbaring diatas rerumputan dengan mata menatap langit. Satu tangannya berada dibawah kepalanya, dan satu tangan yang lain terangkat diatas wajahnya dengan sebuah kalung yang menggantung ditangannya dengan liontin cincin ukiran 'Renerdo' didalamnya.
Menghembuskan nafas panjang, Cyrene mengingat lagi hari dimana dia bertemu dengan seseorang yang mengisi hatinya. Seseorang yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Masa ketika pertama kali bertemu dengannya terputar lagi didepan matanya. Berawal dari kejahilan teman yang menjadi karyawannya membuat janji kencan buta tanpa tau siapa orang itu dan kesepakatan tanpa sepengetahuan Cyrene terjadi begitu saja.
Pada akhirnya Cyrene tak memiliki pilihan lain selain datang ketempat yang dijanjikan, berencana untuk mengatakan semuanya dan meminta maaf.
...%%%%%%%%%...
. . . . .
. . . .
To be continued,,,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Vincar
jangan lihat orang dari covernya 🤨
2024-06-10
1
Birru
siapa tuh cintanya
2024-05-31
0
Utayiresna🌷
siapa kira kira/NosePick/
2024-05-09
1