Bersimpuh Restu

"Selamat kepada kedua mempelai sekarang sudah menjadi sepasang suami istri yang sah," ujar penghulu kepada Dian dan Darma. 

Sekarang dirinya secara penuh sudah menjadi istri Rama. Ijab kabul sudah diucapkan dan mereka berdua sudah menjadi suami istri sah secara agama dan hukum. 

Sesi ijab kabul sudah selesai sekarang Dian dan Rama menyalami Bapak dan Ibu sebagai bentuk restu dari kedua orang tua. 

Dian dan Rama berjalan mendekati Bapak yang sudah berpindah duduk di samping Ibu berjongkok menunduk meminta restu dan salaman.

Dian yang pertama salam kepada Bapak untuk pertama kali yang langsung disambut oleh Bapak "Anak Bapak sekarang udah punya suami. Dian harus bahagia ya nak, jangan sedih sedih lagi dan menjadi istri yang berbakti kepada suaminya. Dian itu anak Bapak kalo ada apa-apa Dian harus ngadu ke Bapak ya apalagi kalo Rama yang bikin kamu sedih nanti akan Bapak marahin dia" ujar Bapak kepada Dian

 

Dian memeluk Bapak dan nangis di pelukan Bapak. Ia merasa beruntung memiliki mertua seperti Bapak, Ia menggangukan kepalanya akan mengingat semua perkataan Bapak. 

Setelah Dian adalah giliran Rama yang meminta restu kepada Bapak dan untuk Dian sekarang adalah meminta restu kepada Ibu. 

Dian bersimpuh di kaki Ibu dan mendongakkan kepalanya, Ia melihat Ibu mengalihkan pandangan dari dirinya. Ibu yang selama ini perhatian kepada dirinya sekarang sudah mengacuhkan dirinya dan tidak menganggap dirinya ada. 

"Buk, Dian minta doa Ibu semoga semuanya menjadi berkah dan baik-baik saja," ujar Dian dengan nada lembutnya. 

Dian dari bawah melihat Ibu yang sama sekali tidak memandang dirinya dan mengacuhkannya. Ia seolah tidak sudi melihat ke arah dirinya, itu membuat Dian menjadi semakin sedih. 

Ia menunduk pelan berusaha menyembunyikan air mata yang jatuh begitu saja. Ia sedih benar benar sedih akan perubahan Ibuk, Ia merasa kehilangan begitu saja. 

"Ibuk maafin Dian, jangan marah seperti ini. Dian benar-benar minta maaf buk, Dian sayang Ibu dan Dian tidak mau kehilangan ibu" 

Suara bergetar Dian sontak membuat Rama dan Bram mengalihkan perhatian mereka. Rama melihat Dian menangis seperti itu membuatnya merasa bersalah karena dirinya Mbak Dian harus dibenci oleh Ibuk.  

Dian menunduk pelan berusaha menyembunyikan tangisan yang tak terbendung. Bram melihat ke arah Istrinya yang tampak sama sekali tidak tergundah melihat tangisan Dian. Ia menarik napas pelan akan sikap yang ditampilkan oleh istrinya. 

"Buk, jangan seperti ini. Dian bukan tempat bersalah dan ini semua adalah jalan Tuhan," lirih Bapak kepada Ibu yang masih terdiam menatap lurus ke depan. Melihat itu semua membuat Dian merasa sedih. 

Rama menatap Dian yang masih menunduk, Ia menepuk pelan bahu Dian yang sontak membuat wanita itu mendongak dan melihat ke arah dirinya. Mata Dian yang sudah penuh air mata dan sedikit memerah. 

Rama menganggukan kepalanya dan mengisyaratkan kepada Dian untuk selesai dan berdiri. Paham akan isyarat Rama sontak Dian berdiri melihat Rama yang berganti bersimpuh kepada Raisa. 

"Ibu, terimakasih selama ini sudah menerima Rama. Terimakasih sudah menjadi Ibu yang baik buat Rama, Rama izin minta doanya buk untuk semua keberkahan, tidak apa-apa Ibu membenci Rama atau marah kepada Rama tapi-

Rama mohon jangan kepada Mbak Dian buk. Mbak Dian tidak salah, Rama yang salah. Rama akan menjaga Mbak Dian dengan baik dan Rama juga tidak akan membuat Mbak Dian tidak mencintai Mas Darma seperti ketakutan Ibu. Mbak Dian selalu mencintai Mas Darma kok buk," ujar Rama dengan senyum lirihnya bahkan tanpa pria itu sadari air matanya jatuh begitu berlomba turun membasahi. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!