Kejadian Tidak Menyenangkan

"Saya anak dari selingkuhan Bapak dengan Bunda Saya. Saya hanya anak beruntung yang bisa melanjutkan pendidikan di asuh oleh Ayah kandung saya sendiri. Wajar, iya wajar Ibu marah kepada saya, bayangkan saja karena kedatangan saya membuat hubungan Ibu dan Bapak menjadi retak bahkan hampir saja hancur-" 

"Saya tidak menceritakan hal seperti ini yang dianggap semua orang adalah cerita sedih dan dapat membuat orang iba. Saya tidak mau Mbak menatap saya dengan tatapan prihatin seperti itu, jadi tujuan saya di sini adalah apa Mbak masih yakin akan memiliki suami dengan anak haram seperti saya?" 

Lidahnya terasa kelu, Dian tidak mampu menjawab pertanyaan Rama. Ia tidak tahu harus membalas dengan apa, bahkan mulutnya tertutup rapat seolah terkunci. Semua kalimat kosa kata seakan tidak berguna Ia gunakan sekarang, semua tertahan di ujung lidah.

"Hahaha, tidak apa-apa. Saran saya lebih baik Mbak memikirkan itu terlebih dahulu sebelum kita akan menikah karena saya yakin Bapak akan cepat proses pernikahan kita jika keputusan Mbak tidak berubah masih menerima saya"

Dirinya sangat tahu Bapak sangat senang sekali akan keputusan Dian menerima wasiat itu tapi dirinya tidak ingin membuat Dian meras terbebani dan menjalankan hidup tidak bahagia. Memikirkan dirinya sendiri? Rama bahkan tak pernah memikirkan untuk dirinya sendiri yang Ia lakukan hanyalah demi bersama dan mengikuti semua sesuai alur.

“Sepertinya saya pulang dahulu. Saya tidak mau Mbak terbebani dan melepaskan kebahagiaan Mbak," ujar Rama yang memecahkan keheningan di antara mereka berdua. 

Rama berdiri dari tempat duduknya, melihat itu sontak membuat Dian terkesiap dari lamunan pikiranya. Ia melihat punggung itu mulai jalan melewatinya ke arah pintu. 

Ia merasa Dejavu dengan keadaan seperti ini, keadaan dimana Rama juga datang ke rumahnya dengan pulang sama persis seperti suasana seperti sekarang. 

"Tunggu Rama, hujan masih lebat dan kamu bisa basah" ujar Dian ke arah Rama yang berdiri di depan pintu. 

Rama tetap berjalan keluar menuju arah pintu, telinganya seolah tuli tidak mendengar teriakan dari Dian. Dian melihat itu sontak berdiri dari kursinya dan berjalan mengejar Rama yang berdiri di depan pintu. 

Seketika mata Dian menangkap sebuah cahaya kilat yang sangat cepat dibalik hujan yang deras.

KRAKKK BOOM 

Dian menutup telinganya dan matanya, matanya melihat cahaya kilat di langit membentuk garis api seperti petir disusul dengan bunyi gemuruhnya yang besar bahkan sangat besar di telinga Dian.Matanya memejam kuat dengan telinga berdengung kuat seolah petir itu tepat menyambar di samping telinganya.

"AAAAA BUNDAAA" teriak Dian menutup mata dan telinganya. 

CTASSS 

Lampu seketika mati.

Gelap, dirinya benci sekali dengan gelap. Ia tidak suka dengan warna hitam dengan hawa dingin bersama hujan yang terdengar menghujam dengan kasar. Spontan dirinya memeluk dengan erat pria di depanya ini tampa sadar. Lampu mati hingga menimbulkan hitam gelap diseluruh ruangan, sepertinya petir itu membuat konslet aliran listrik. 

"Jangan tinggalkan Dian. Dian tidak mau sendiri, bawa Dian" racau Dian dengan mata tertutup 

Rama tertegun merasakan pelukan tiba-tiba dari wanita di depanya. Keterkejutan dirinya mendengar suara petir tidak melebihi terkejut dirinya merasakan pelukan tiba-tiba dari Dian. Racauan Dian berulang-ulang membuat  Rama terdiam kaku, dadanya terasa sesak melihat Dian ketakutan seperti ini.

"Mbak?" 

Dian semakin mengeratkan pelukanya saat merasakan lawan dari yang Ia peluk berusaha melepaskan memberikan jarak di antara mereka. Rama merasa tidak pantas, dirinya takut jika Dian sadar wanita itu akan risih dan Ia juga tidak ingin menimbulkan gosip apalagi Dian orang yang lumayan di kenal oleh khalayak ramai. Ia takut itu semua menjadi fitnah

"Tidak, jangan! Jangan tinggalin Dian" racau Dian dengan nangis, membenamkan kepalanya di dada Rama. 

Rama menunduk melihat kepala Dian mendekapnya dengan erat. Dian yang tingginya dibawah dirinya membuat Rama dengan gampang melihat ke arah bawah. 

"Jangan,--- jangan tinggalin Dian" lirih Dian. 

BOOM 

"AAAAAA HIKS BUNDA, MAS DARMA" teriak Dian kembali mendengar suara petir yang kencang disusul dengan kilatan api di langit. 

Rama meringis pelan merasakan eratnya pelukan yang dilakukan Dian. Lampu juga mati membuat Rama ragu harus melakukan apa.. 

"Mbak, kita masuk dulu jangan di depan pintu nanti bisa disambar petir," ujar Rama kepada Dian. 

Dian mengacuhkan ujaran Rama, dirinya takut benar-benar takut akan gelap membuat kenangan itu semua kembali ke ingatanya. 

Melihat tidak ada respon dari Dian membuat Rama berinisiatif sendiri membawa Dian yang masih memeluknya masuk ke dalam dan duduk di sofa. Dian seperti anak kecil yang tidak ingin dilepas pelukanya seinci-pun bahkan dirinya dapat mendengar isakan kecil lirihan dari Dian. 

"Bunda jangan tinggalin Dian. Mas Darma~"

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

mungkin dian punya trauma sm petir dan gelap...

2024-04-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!