JURNAL VI: KAMIL; KENYATAAN

“PAK KAMIL!!! ANDA HARUS MELIHAT INI!” seru Zakarias dari kejauhan.

Saya bergegas berdiri dan menyusul mereka. “Pak Kamil!” seru Pak Bernard menahan lengan saya. “Anda yakin kuat untuk berangkat ke sana? Menurut saya, Bapak harus beristirahat dan biarkan saya mewakilkan Bapak.

“Tetapi, keputusan itu ada di tangan Bapak.”

“Saya harus melihat langsung Pak Bernard. Saya harus mempertimbangkan semua variabel, karena dalam investigasi, variabel dan interpretasinya itu penting.”

“Mohon maaf Pak, bukankah ini pekerjaan S.A.R.?” sanggah Bernard.

“Ya anda benar Pak Bernard, pekerjaan utama ini S.A.R. terhadap dua anggota HSE kita. Tetapi, ini juga tambang. Hampir semua insiden yang pernah terjadi, korban adalah pelakunya sendiri.

“Jadi, iya. Saya akan melihat hasil temuan Pak Zakarias.”

Pak Bernard terdiam. Saya melepaskan genggamannya dari lenganku.

Saya berjalan membelakangi dia. Seiring saya melangkah, terdengar suara Pak Bernard mengerang dan menggaruk kepalanya kesal. Kemudian, suara itu dilanjut oleh harness yang bergemerincing karena ia berdiri.

“Tunggu saya Pak Kamil.”

***

Saya tiba di hadapan sebuah kemah rakitan. Atapnya terbuat dari kayu dan geotekstil [15]. Kemah itu tidak memiliki banyak material, hanya sebuah ‘bantal’ yang terbuat dari potongan Life-Vest [16].

Pak Zakarias jongkok pada mulut kemah itu. Ia menelusuri sebuah buku jurnal dengan halaman yang telah terlepas dari tulangnya. Wajahnya mengkerut fokus. Matanya memindai setiap halaman dengan mata setajam laser.

“Apa yang Bapak ingin tunjukan pada saya?”

“Catatan ini…, ini tulisan tangan Bu Irnawati bukan? Salah satu bawahan Bu Devi yang hilang lima tahun lalu?” ucapnya sambil menunjukan sebuah halaman.

Halaman itu menuliskan, “11 April 2005. 10.00 WITA. Dua jam berlalu setelah goa PT Energi Etam Semesta kolaps. Aku tahu, arahan Bu Devi adalah untuk menunggu hingga ada tindakan dari Tim Rescue. Tetapi, aku cukup bijak. Ruangan ini hanya seluas 30 meter kuadrat dengan tinggi kurang lebih 1,8 meter.

“Aku hanya memiliki 54 meter kubik oksigen di dalam ruangan ini.

“Aku harus mencari jalan keluar.”

Saya bergumam, “Ini tulisan dia… Apakah ada temuan lain Pak Zakarias?”

“Selain buku itu, saya hanya menemukan sebuah kaleng kecil penuh tar dan sebuah batuan yang disusun seperti kompor Pak.”

“Apakah Bapak tidak merasa janggal?”

“Ya, saya memiliki pikiran yang sama dengan Bapak. Bu Irna menuliskan ruangan ini hanya sebesar 54 meter kubik, tetapi nyatanya ini adalah terowongan raksasa.

“Saya juga membaca, ibu itu mencari cara untuk bertahan hidup dalam ruangan sempit. Namun, tanpa sengaja Bu Irna menemukan sebuah terowongan kecil.”

“Halaman berapa itu Pak?” balas saya terkejut bersemangat.

“Halaman tiga.”

Saya pun bergegas membuka halaman tersebut. Saya membaca, “Masih di hari yang sama dan aku sudah menghabiskan tiga halaman.

“Ruangan ini terasa pengap. Aku harus mencari cara untuk memperluas ruangan. Aku mengingat masa-masa pendidikanku saat ikut Bintara POLRI. Aku diajarkan untuk bertahan hidup dengan peralatan seperlunya.

“Hhah…, terkadang membanggakan orang tua dengang memenuhi kebutuhan orang tua tidak saling bertemu. Gaji bagus atau status. Pilih salah satu.

“Aku punya batu. Batu itu aku ketukkan pada dinding ruangan tanah ini. ‘Perhatikan suara dindingnya’, pesan pengajarku saat itu.

“Aku menemukan satu titik dengan gaung suara paling keras. Aku berdiri dan menerapkan kuda-kuda. Kemudian, aku mengayunkan batu dengan sekuat tenaga.

“Dinding itu rontok dan menunjukan sebuah goa kecil kepadaku.”

Saya menatap kepada mulut goa luas yang memanjang jauh ke dalam kegelapan. “Jika isi buku ini benar, arah jalan Bu Irna adalah ke dalam sana.”

“Apakah kita siap Pak?” tanya Pak Zakarias. Suaranya bergetar, tetapi rasa penasarannya memadatkan pendiriannya.

“Siap tidak siap, kita harus terus mencari.”

***

Perjalanan kami berlangsung panjang. Pak Bernard mencoba beberapa kali untuk meramaikan suasana, tetapi ia tidak menerima tanggapan yang diharapkan.

Pak Zakarias tenggelam pada komitmennya sebagai Investigator Rescue. Ia hanya bisa memikirkan cara mengolah informasi yang ia terima.

Pak Farid tidak banyak bicara.

Saya. Saya hanya bisa memikirkan apa yang akan saya lakukan kepada orang tua terkutuk itu. Ia berjanji untuk mendidik anakku menjadi Karyawan HSE yang kompeten. Nyatanya, ia membiarkan anakku menjadi korban insiden tahun 2007.

Saya tidak akan membiarkan dirinya melarikan diri dari tanggung jawab, dari hutangnya padaku, dengan mati semudah itu.

Sekarang, saya memiliki kasus terhadapmu Harian. Perhitungan HSE yang tidak kompeten dan menghasilkan korban, seperti yang terjadi saat tahun 2007.

Anda beruntung saat itu Harian. Namamu tidak tertulis sebagai penanggung jawab utama terhadap perhitungan itu.

Akan saya pastikan anda tidak seberuntung saat hari itu.

“Pak Kamil!” seru Bernard tiba-tiba.

Saya membalikkan badan untuk menanggapi dia. Tetapi, saya tidak perlu menanggapi. Saya melihat apa yang dilihat oleh Pak Bernard.

Ini seharusnya mustahil.

Sepuluh tubuh berjalan dengan tertatih. Mereka menggunakan beragam warna seragam, namun seragam itu memiliki satu nama yang sama. ‘PT. E2S’.

Saat aku berbalik, aku melihat sepuluh lagi datang dari hadapan kami.

Kami terkepung.

“Semua merapat!” seru Pak Zakarias. “Pastikan kita menghadap mereka semua! Amankan punggung masing-masing rekan!”

“Ini tidak janggal untukmu Pak Zakarias?!” seru saya.

“Apakah ada waktu untuk kita bertanya apakah hal ini normal atau tidak?”

“Bapak benar. Jadi apa yang harus kita lakukan?”

“Bertahan.”

CATATAN:

15. Geotekstil\, sebuah material kain yang umumnya digunakan untuk menengahi lapisan tanah pada pekerjaan sipil;

Life-Vest, rompi pelampung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!