Viona sebenarnya ingin langsung pergi, dia sangat tidak nyaman jika bersama Mayang.
Namun ibu sambungnya itu menahan dirinya, bahkan sekarang Mayang berjongkok didepannya, "Vii... Tante tau kamu sangat membenci tante kan? Apalagi papamu sering marah-marah sama kamu dan si kembar!" Ucap Mayang lirih.
Ia kemudian meraih tangan Viona dan menatapnya dalam-dalam, "Tante mau bilang maaf! Maaf karena tante kamu kena marah sama papa kamu!"
Viona menepis tangannya, "ini semua emang salah tante karena merebut papaku! Sebelum mengenal tante papaku nggak pernah marah-marah sama aku!"
Seketika Viona menangis saat itu juga, tampaknya gadis itu tak bisa lagi menahan air matanya, setelah dimobil tadi ia berusaha menahan diri untuk tidak menangis tersedu-sedu didepan papanya.
Mayang merasa bersalah dan juga sangat kasihan padanya, dia langsung menarik Viona kedalam pelukannya.
"Maafin tante yahh... Udah dong, jangan nangis lagi! Kalau kamu kayak gini tante jadi takut kamu kenapa-napa!" Imbuhnya.
"Huwahh.... Tante jahatt!"
"Iya-iya, tante jahat! Kamu boleh kok benci tante, tapi tante tetap ibu sambung kamu karena tante udah nikah sama papa kamu Viii... "
Dengan masih sesegukan Viona menatap Mayang, "Tapi tante sayang nggak sama papa?" Tanyanya tiba-tiba.
Mendapat pertanyaan yang sama dengan ibu mertuanya, Mayang pun terdiam sesaat lalu kemudian ia menganggukkan kepala, "Sayang, tante sayang sama papa kamu! Karena papa kamu itu pria yang sangat perhatian sama tante sama seperti orangtua tante!"
"Tante serius kan? Tante nggak sama kayak mama aku kan?" Tanya Viona sekali lagi.
Mayang mengangguk, "iya!" Tapi kemudian ia bingung dengan ucapan Viona barusan, mamanya? Apa maksud dia ibu kandungnya? Memangnya mamanya kenapa? Pertanyaan itu muncul dan membuat Mayang penasaran.
"Vii... Kamu tau kan papa kamu marah kalau kamu panggilnya tante?"
Viona termangu dengan bibir masih bergetar dan matanya masih basah karena air mata.
"Tapi Viona belum menerima tante sebagai mama sambung Viona!"
"Tante tau kok! Jadi tante punya rencana, gimana kalau kamu panggil mama pas ada papamu aja? Kalau nggak ada papamu kamu bebas bisa panggil tante atau mbak!" Kata Mayang.
Ia berucap bukan dari hatinya, tapi untuk kebaikan semua orang Mayang harus mengalah, apalagi ini soal anak-anak, yah... Kesehatan mental anak jauh lebih penting, dia tak mau karena dirinya anak-anak jadi merasa stres hanya karena masalah sepele.
"Tante serius?"
"Iya! Gimana menurut kamu?" Tanya Viona balik.
"Viona setuju, tapi kalau sampai papa tau, papa pasti sangat marah!"
"Kita usahain jangan sampai papa kamu tau! Nanti kamu juga kasi tau ke Kevin dan Devin!"
Kali ini Viona mengangguk cepat, dia mengusap air matanya dan memperlihatkan wajah yang cerita, "Siap tante!"
Mayang lalu mengusap wajah Viona dengan air agar Satria tak melihat mata Viona yang memerah karena habis menangis.
Mereka lalu keluar dari toilet, berjalan beriringan sambil bergandengan tangan, Viona juga mulai tersenyum kembali meskipun hanya sesaat
Mayang ikut tersenyum melihatnya, "kamu cantik banget loh kalau senyum! Jadi jangan sering murung dong! Nanti cantiknya bisa hilang!" Ucap Mayang.
"Viona itu cantik dari lahir tante!"
"Masa sih?"
"Iyadong... Mamaku cantik, papaku ganteng! Jadi udah pasti hasilnya bagus kan tante?!"
Mayang tak nyaman mendengarnya, tapi ia berusaha memahami sikap Viona karena masih anak-anak yang tak tau apa-apa.
Melihat kedatangan Anak serta istrinya, Satria tersenyum lebar apalagi ketika ia mendapati mereka sedang bergandengan tangan.
"Kalian kenapa lama?" Tanyanya tanpa bertanya apa yang telah terjadi.
Viona seketika melepaskan tangannya, dia berlari kearah Kevin yang duduk di sofa tanpa menjawab dulu pertanyaan papanya.
"Apa ada sesuatu yang terjadi di toilet tadi?"
Tanyanya dengan nada rendah pada Mayang.
"Nggak ada apa-apa mas!"
"Beneran?"
"Iyaaa mas Satria!" Jawab Mayang mempertegasnya.
Satria masih tak percaya, baru beberapa jam yang lalu kedua perempuan itu masih terlihat begitu asing satu sama lain, tapi barusan langsung terlihat sudah dekat.
"Kenapa diam mas?"
"Lagi mikirin mukjizat tuhan!"
Mayang mengerutkan matanya, "ha? Tau deh... Mas udah bayar belum?"
"Udah kok! Tinggal diambil aja terus ajak anak-anak buat main!"
Mereka berempat meninggalkan toko tersebut dengan barang belanjaan sudah di bagasi mobil Satria yang dibantu oleh karyawan toko itu.
Mereka kearena bermain, Ketiga anaknya tengah asik bermain seluncuran sementara pasangan suami istri itu hanya duduk memandangi anak-anak.
Tiba-tiba Mayang teringat sesuatu ketika ia tak sengaja melihat seorang wanita yang tengah hamil besar, tanpa sadar tangannya bergerak menyentuh area perutnya.
Ia kemudian melirik Satria, "Mas... Aku mau ngomong sesuatu!"
"Mau ngomong apa?"
"Ehm... Nggak jadi deh mas! Nanti dirumah aja!" Elaknya
Mayang rupanya ragu-ragu mengutarakan apa yang ia fikirkan, takutnya jika ia bicara kata-katanya hanya akan membuat suasana menjadi canggung.
Mayang tak mau jika itu terjadi, apalagi Satria seperti ingin menikmati moment bersama anak-anaknya yang baru ditemuinya lagi.
Satria bahkan berdiri, berjalan kearah anak-anak.
Ia bahkan menggendong mereka satu persatu untuk menaiki tangga seluncuran, tampak mimik bahagia terlukis di jelas diwajah mereka.
Mayang ikut merasakannya, mendengar si kembar tertawa riang membuat hatinya terasa bahagia walaupun mereka bukan anak kandungnya.
Disela tawa itu, Viona seketika datang dan menarik tangan Mayang kearena permainan, awalnya dia menolak tapi gadis kecil itu terus membujuk dengan tatapannya yang sayu hingga Mayang luluh padanya.
Kebahagiaan Satria akhirnya bertambah dengan keikutsertaan Mayang yang juga disambut antusias oleh anak-anaknya.
Tak hanya satu permainan, mereka berlima mencoba semua permainan yang ada diarena Mall tersebut.
Setelah merasa capek bermain, Satria mengajak mereka semua makan disebuah restoran.
Viona sangat tau tempat itu, dia bahkan membalas senyuman dari seorang chef yang bekerja di restoran tersebut.
Mereka berlima duduk diruangan khusus VVIP yang sudah di pesan Satria sebelum datang ke tempat itu, sekali lagi Mayang takjub karena ini pertama kalinya ia mendatangi restoran mahal.
Dert... Dert... Dert...
Ponsel Satria berbunyi, dia baru beberapa detik melihat layarnya dan memutuskan untuk menjaga jarak dari mereka karena pembicaraan itu pastinya penting.
Saat Satria pergi untuk menerima panggilan tersebut, Kevin memandang Mayang yang masih sibuk melihat sekeliling.
"Tante kenapa? Baru pertama kali kesini ya?" Tanya Kevin merasa heran.
"Iya! Ternyata ruangannya sangat luas dan mewah yah!"
"Terus biasanya tante makan dimana kalau keluar sama teman-teman tante?" Devin juga ikut bertanya karena penasaran.
"Warung... " Jawabnya.
"Ohh yang biasa di pinggir jalan itu ya tante? Emang enak makan disana?" Tanyanya lebih lanjut.
"Enak kok! Nanti tante ajak kalian bertiga makan disana dehh! Ada bakso... mie ayam, dan ahh tante paling suka yang namanya cilok!" Jawabnya meyakinkan.
"Kalian bicara apa?" Satria tiba-tiba datang sebelum anak-anak merespon ucapan Mayang.
"Ehm soal makanan mas!"
"Ohh udah pesan belum?"
"Belum mas! Mas aja yang pesan!" Kata Mayang.
Satria membuka buku menu yang ada di atas meja lalu bertanya, "Kalian mau pesan apa?"
Mayang bingung mau menjawab apa, sementara si kembar pun demikian, tapi lain halnya dengan Viona yang menatap Mayang dan Satria bergantian.
"Ternyata papa nggak lupa sama restoran favorit mama ya?!" Ungkit Viona.
Seketika mata semua orang yang ada di meja itu menatapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments