MENIKAHI DUDA ANAK TIGA

MENIKAHI DUDA ANAK TIGA

BAB 01. Tersipu Malu

"Turunlah Nyonya!" Ucap seorang pembantu setelah membuka pintu mobil.

Terlihat seorang gadis berusia 25 tahun bernama Mayang dengan tatapan sayu ia menatap tangannya yang berkeringat dan bergetar.

"Apa Nyonya baik-baik saja?" Tanya pembantu itu sekali lagi.

Dengan perasaan gelisah Mayang menarik nafas dalam-dalam sambil tersenyum lebar kemudian menatap pembantu tersebut.

"Aku baik-baik aja!" Ucapnya.

Dia lantas keluar dari mobil, matanya melebar saat melihat rumah bertingkat dua yang begitu memukau didepan matanya.

"Apa mulai sekarang aku bakalan tinggal dirumah ini?" Ucapnya dalam hati.

Mayang benar-benar merasa belum siap untuk semua ini, pasalnya baru kemarin ia melangsungkan pernikahan dengan pria bernama Satria, 37 tahun seorang pengusaha sukses dibidang arsitektur sekaligus boss dari ayah Mayang yang hanya berprofesi sebagai tukang kayu.

Mayang tak menyangka bagaimana bisa orang kaya seperti Satria yang katanya jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat Mayang dikala itu ia berkunjung kerumah alih-alih ingin membeli beberapa balok kayu tapi ternyata Satria malah jatuh hati pada Mayang saat gadis itu menyajikan segelas teh padanya.

Satria sendiri memiliki 3 orang anak, anak tertuanya berusia 8 tahun sementara 2 diantaranya adalah sikembar yang berusia 5 tahun.

Hufhh... Lagi-lagi Mayang menghembuskan nafasnya berat, dia takut membayangkan bagaimana nasibnya nanti, bagaimana karakter suaminya yang bahkan hari ini bukan suaminya sendiri datang menjemput melainkan hanya seorang supir.

"Nyonya langsung masuk aja, biar barang-barangnya saja aja yang bawa!"

"Ehh nggak! Biar saya yang bawa!" Tolak mayang merasa tak enak hati!"

"Nggakpapa nyonya!"

"Enggak! Saya masih kuat kok! Bisa bawa sendiri barang saya! Ohh iya ehm... Itu.... "

"Kenapa nyonya? Apa nyonya butuh sesuatu?"

"Pemilik rumahnya dimana?"

"Ohh maksudnya tuan Satria? Tuan belum pulang nyonya! Mungkin sore baru tuan pulang! Tapi kata tuan tadi, kalau nyonya udah datang langsung masuk aja! Lagian kamarnya udah saya siapin kok!"

Mayang hanya mengangguk kecil, "ayo kita masuk nyonya!" Ajaknya sekali lagi.

Krekkk...

Pintunya terbuka lebar, Mata Mayang sekali lagi terbelalak, "wahh megahnya, emang yah kalau yang punya rumah itu seorang arsitek pasti rumahnya beda banget!" Ungkapnya dalam hati.

"Ehm... Kamar nyonya dan tuan ada disana ayo nyonya.... "

Langkah Mayang mengikuti langkah ART yang ada didepannya itu memuju sebuah kamar.

Saat ia masuk kekamar tersebut terlihat keadaan kamar sudah di dekorasi layaknya kamar hotel berbintang lima.

Bunga bertaburan berbentuk hati diatas kasur dengan 2 handuk yang sudah di bentuk menyerupai angsa berciuman diatasnya.

"Saya mau keluar dulu ya nyonya, Nyonya bisa istirahat sekarang! Kalau butuh apa-apa nyonya bisa panggil saya! Ohh iya lupa, nyonya bisa panggil saya bibi Ris! Kalau nyonya udah manggil,10 detik kemudian pasti saya udah ada didepan mata nyonya!" Ucap bibi Risma dengan percaya diri.

"Iya! Makasih ya bi!"

Kini Mayang berjalan mengelilingi ranjang sembari melihat seisi kamar, berkali-kali ia takjub melihat desain kamar tersebut.

"Nggak ada sama sekali foto disini! Apa emang nggak ada atau di sembunyiin ya?" Tanyanya bergumam.

Merasa lelah setelah berjalan, Mayang lalu terduduk dipinggir ranjang hingga tak lama kemudian ia menjatuhkan dirinya diatas bunga mawar merah yang bertaburan itu lalu tertidur.

...***...

Krekkk...

Pintu terdengar terbuka dengan pelan, suara langkah kaki memasuki kamar, ternyata itu adalah Satria yang baru saja pulang dari kantornya.

Wajahnya begitu rupawan, alis tebal dengan senyumnya yang manis. Dia pria yang sudah berkepala tiga tapi masih terlihat muda, badannya sangat tegap dan tinggi, kulitnya juga bersih.

Dia tersenyum tipis melihat keadaan Mayang diatas ranjang, Satria kemudian menggeleng, "Dasar.... " Katanya.

Satria mengelus rambut Mayang dengan lembut, dia juga memperbaiki cara tidur istri mudanya itu sambil Menyelimutinya.

Cup... Dia juga meninggalkan sebuah kecupan didahi Mayang, hingga gadis itu menggeliat membuat Satria panik kemudian membatu beberapa saat di pinggir ranjang.

"Ohh ya ampun!" , Satria kira Mayang akan terbangun, kalau itu terjadi Satria tak tau harus berkata apa padanya.

Dengan pelan Satria pun keluar dari kamar, ia bahkan berjalan mengendap-endap, menutup kembali pintunya dengan sangat amat pelan hanya agar Mayang tak terbangun dari tidur lelapnya.

Sekitar 2 jam kemudian Mayang membuka matanya, dia masih tak percaya ia terbangun di tempat yang begitu asing baginya.

Ia termenung sebentar menatap langit-langit kamar, "Kok bisa ya aku mimpiin pak Satria tadi pulang terus ngelus-ngelus kepala aku? Apa karena aku tidur diranjangnya?"

Ternyata Mayang mengira itu hanya sebuah mimpi.

Dia terus memikirkannya, "Tapi kok rasanya nyata sih? Atau pak Satria tadi emang ada disini?"

Tok... Tok... Tok....

Suara ketukan pintu menyadarkannya segera Mayang berjalan membuka pintunya, "Oalah... Ternyata nyonya sudah bangun?! Saya kira nyonya masih tidur!" Rupanya itu bibi Risma dengan segelas susu ditangannya.

"Ada apa Ya bi...?"

"Ehm ini susu buat nyonya minum! Supaya nyonya sehat terus!"

"Makasih bi... Tapi saya nggak terlalu suka sama susu putih!"

"Tapi ini perintah dari tuan, nyonya! Katanya nyonya harus minum!"

"Ohh begitu ya!" Mayang mengambil segelas susu itu dari tangan bibi Risma, "nanti saya minum! Ohh ya bi... Saya mau tanya apa pak Satria tadi udah pulang?"

Bippp... Bippp....

Terdengar suara klakson mobil didepan rumah, bibi terlihat gelagapan, "ehm... Itu tuan udah pulang! Ayo kita keluar nyonya!"

"Eee... Iya, tunggu sebentar!"

Tak berselang lama mereka berdua keluar menyambut kedatangan Satria, Mayang berdiri didepan pintu.

Dia akhirnya melihat lagi wajah orang yang kemarin mempersuntingnya menjadi seorang istri, tanpa sadar Mayang tersenyum padanya.

Jantungnya berdebar saat langkah kaki Satria semakin mendekat, "Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus bersalaman dulu?" Mayang menjadi gugup sekarang, dia ingin menatapnya lagi tapi rasanya dia malu.

"Kenapa menunduk May?" Ucap Satria melihat istrinya tertunduk dihadapannya.

Bi Risma tertawa kecil melihat Mayang yang tersipu malu setelah ditanya kemudian dielus rambutnya.

Mayang menggelengkan kepala, "Nggak kenapa-napa pak!" Balasnya.

Kini giliran Satria yang tertawa, "Haha... Kamu ini, ayo masuk dulu!"

Tangan Satria melingkar di pinggang Mayang, sentuhan itu membuat mayang sedikit kaget, ingin menepis tapi sepertinya tak sopan karena Satria bukan lagi oranglain tapi sekarang sudah suaminya.

"Kenapa? Kamu nggak suka ya?" Tanya Satria berfikir jangan sampai istrinya itu tidak nyaman.

Mayang hanya menggelengkan kepalanya dengan tersenyum kikuk ia mulai pasrah, langkah kakinya dengan pelan diikuti oleh Satria, kedua tangannya bertaut didepan perut untuk menutupi rasa gugupnya.

Mayang beberapa kali melirik kesamping, dia. Sampai tersipu saat kembali melihat wajah suaminya.

Terpopuler

Comments

Lailaaaaa❤

Lailaaaaa❤

awal ceritanya bagus thor☺

2024-01-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!