Tatapan Satria masih sangat serius memandangi punggung Mayang yang tengah memasak sayur membelakanginya.
"Kamu mau masak apa sih? Kenapa nggak bi Risma aja yang masak sayang?"
"Aku nggak suka kalau nggak ngapa-ngapain mas, tanganku udah kayak gatal terus nggak bisa diam!"
"Terus gimana kalau nanti tangan kamu lecet?!"
"Aghhh... ugh... " Tiba-tiba Mayang merintih memegang jari telunjuknya.
"Lohh kamu kenapa?" Satria panik, lantas ia berdiri disamping mayang, ia melihat darah menetes dari ujung jari telunjuknya.
"Ke iris pisau mas heheh!"
Tatapan satria berubah tajam padanya, "masih bisa nyengir ya kamu! Baru juga tadi aku ngomong! Sudah... Ayo kita kekamar buat obatin luka kamu!" Ucapnya sambil memegangi jari Mayang.
"Ehh lukanya nggak parah kok mas! Nanti juga bakal sembuh sendiri!"
"Kalau aku bilang ayo... Ya ayo... Nggak usah banyak alasan lagi!"
Pergelangan tangannya di pegang lalu di tarik menuju kamar.
Mayang pasrah, dia ikuti langkah suaminya agak seirama.
Brak!
Bram menutup pintu lalu menguncinya, "duduk disana! Biar aku cari kotak obatnya dulu!" Suruhnya.
"Mas ini nggak terlalu parah kok!"
"Aku bilang duduk May!" Kata Satria dengan suara yang sedikit menekan.
Mayang menghela nafas kemudian duduk di salah satu sofa, yah... Kamar mereka begitu luas bahkan satu set sofa pun muat di dalamnya.
Dengan tenang ia menunggu suaminya mencari kotak obat itu disetiap laci yang ada di kamarnya.
Setelah beberapa menit akhirnya Ketemu, segeralah Satria menghampiri Mayang dengan kotak obat ditangannya.
"Jarimu masih sakit nggak?"
"Udah enggak mas! Lagian nggak terlalu parah kan?!"
"Lebih baik mencegah daripada mengobati, nanti kalau infeksi gimana?"
Sikap Satria memang berlebihan tapi Mayang suka, itu tandanya Satria Khawatir padanya.
Mayang senyum-senyum sendiri melihat bagaimana suaminya itu perhatian padanya.
"Udah! Kamu nggak usah kedapur lagi, biar bi Risma aja yang atur semuanya, bi Risma itu udah aku gaji buat masak!"
"Tapi aku nggak suka diam doang dikamar, kayak boring gitu mas!"
"Kamu bisa nonton tv atau apapun itu, yang penting nggak usah kerjain pekerjaan rumah! kamu itu sekarang istri aku sayang! Aku nikahin kamu bukan untuk melakukan pekerjaan itu!"
Mayang mendengus, "ya udah, aku mau mandi aja!"
"Eits... Tapi lukamu jangan sampai kena air!"
"Aku ini bukan anak kecil lagi loh mas! Duhh ya ampun!"
"Kirain kamu lupa sayang!" Kata Satria.
Mayang mengorek isi kopernya, mengeluarkan handuk dan juga satu set piyama.
"Kok bawa handuk? Kayak lagi ngungsi aja! Di lemari sana ada banyak handuk, pakai aja! Mulai sekarang apapun yang ada di rumah ini kamu bisa pakai!" Ucap Satria dengan tegas.
"Iya mas!"
Mayang memasukkan kembali handuknya kedalam koper, lantas Satria berkata, "Ngapain bawa baju masuk ke dalam kamar mandi?"
"Ehh itu mas! Rencana kalau udah selesau mandi aku langsung pake aja!"
"Ya ampun sayang! Nggak usah lah, bawa handuk aja! Kan nanti kamu bisa pakai di sini!" Ucap Satria dengan lembut.
"Tapi aku.... "
"Malu lagi? Atau nggak nyaman karena ada aku?" Sekanya, "Kan aku udah bilang nggak usah malu sama aku! Kita udah jadi pasangan suami istri" Katanya.
"Maaf mas!"
"Lain kali nggak usah kayak gitu ya!"
"Iya mas!"
Mayang lalu masuk kedalam kamar mandi, rupanya air dalam bathub sudah disiapkan, mungkin saja tadi disiapkan oleh bi Risma fikir Mayang.
Ia membuka pakaiannya, kemudian berendam didalam sana, rasanya ahh... Luar biasa.
Sambil menikmati hangatnya air yang merendam tubuhnya, Mayang sempat berfikir bagaimana dia tak malu kalau laki-laki yang sekarang berstatus suaminya adalah orang yang baru beberapa kali ia lihat.
Ia juga sama sekali tak pernah membayangkan bahwa dirinya akan di nikahi oleh seorang pengusaha kaya raya.
Tokk... Tok... Tok....
Mayang yang awalnya memejamkan mata, seketika melotot ke arah pintu kamar mandi,
"Sayang... Didalam ada jam tangan nggak?" Suara Satria terdengar di balik pintu kamar mandi.
"Jam tangan? Nggak ada mas!" Balas Mayang setelah matanya mengeliling mencari jam tangan tesebut.
"Masa sih? Ya udah aku masuk yahh.... "
"Ha? Ehh tungg.... "
Clekkk....
Belum sempat ia meneruskan ucapannya, pintu tersebut sudah terbuka lebar.
Mata Satria tertuju pada mayang yang berendam di dalam bathub, tatapannya begitu serius hingga Mayang harus menenggelamkan seluruh tubuhnya sampai hanya kepalanya yang terlihat.
"Maaf! Aku kira kamu mengunci pintunya!"
Mayang menggeleng pelan, "aku lupa mas!"
"Lain kali kamu harus ingat soal itu! Jangan sampai ada oranglain yang melihat kamu dengan keadaan begini selain aku!"
Kali ini ia mengangguk. Satria lantas memalingkan wajahnya sambil berdehem, "ehem... Dimana aku simpan jam tangan itu ya?" Ia bergumam sendiri sembari mengalihkan fikirannya yang tak karuan.
Setelah mencari beberapa menit, Satria tak juga mendapat jam taa mandinya!"
Dia langsung keluar tanpa mendengar respon Mayang yang wajahnya kini merona karena ulah Satria yang langsung masuk begitu saja.
Mayang memegangi kedua pipinya, "kok panas ya? Apa karena airnya? Tapi nggak mungkinlah....".
Dia lalu terdiam, "mas Satria kenapa harus masuk sih? Kan aku malu.... " Gumamnya.
Tok... Tok... Tok....
Pintu kamar mandi di ketuk lagi, dengan cepat Mayang menyilangkan kedua tangannya didepan dada, dia kira Satria mau masuk lagi.
"Iya... Ada apa lagi mas?"
"Ehm... Itu, kamu jangan lama-lama mandinya, bi Risma udah selesai masak! Biar kita bisa makan bersama sebentar!" Teriak satria didepan pintu.
"Ohh iya mas! Aku udah mau selesai!"
...***...
Makanan sudah tertata dengan rapi diatas meja makan, Mayang menatap bi Risma yang tampak kelelahan, "Maaf ya Bi... Tadi aku nggak bisa bantu masak!" Ucapnya dengan wajah memelas.
"Ngakpapa nyonya! Ini sudah tugas saya kok!" Balas bi Risma.
"Sudah! Kamu duduk dulu!" Seka Satria.
Mayang lantas duduk di kursi paling ujung yang jauh dari suaminya.
"Kenapa duduk disitu? Sini duduk disamping aku!" Titahnya.
"Aku disini aja mas!" Kata Mayang dengan perasaan tak nyaman.
"Mau jaga jarak ya sama aku?"
"Ehhh nggak kok mas!" Katanya sambil mengibaskan kedua tangan.
"Ya udah sini!"
Mayang hendak pindah, seketika satria berdiri menarik kursi tepat di samping kursinya agar Mayang duduk.
"Makasih mas" Ucapnya.
Bi Risma yang masih berdiri di samping meja makan menatap keduanya sambil tersenyum tipis, "Ehh itu tuan, nyonya! Saya mau permisi kebelakang dulu!"
"Ya sudah" Balas Satria dengan dingin.
Kini hanya mereka berdua sekarang, Satria memandangi Mayang dengan seksama sambil memberinya senyuman penuh arti, "a-ada apa mas? Kok liatin aku terus? Apa ada sesuatu di muka aku?"
"Enggak! Kamu kelihatan cantik udah mandi!"
Mendapat pujian itu dari suaminya membuat mayang seolah langsung melayang, jantungnya berdebar.
Ini pertama kalinya ia mendengar sebuah pujian dari seorang laki-laki. Memang sebelumnya mayang sempat memiliki pacar, tapi hampir 2 tahun pacaran mereka putus setelah mayang tau kalau ia di selingkuhi, bahkan pacar sebelumnya sangat kasar padanya.
Dari mantan pacarnya itu mayang jadi takut untuk pacaran lagi hingga ia dipinang oleh Satria barulah ia merasakan rasanya di perhatikan oleh pasangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Milenial
lanjut thorrr semangat terus
2024-01-29
0