Gadis Miskin Milik Sang Casanova

Gadis Miskin Milik Sang Casanova

Bab 1 Awal merantau

Gadis Miskin Milik Sang Casanova 1

"Anindira!" Panggil pegawai kantor itu, yang sedang menyelesaikan seleksi tahap dua penerimaan karyawan baru.

Anindira yang dipanggil pun beranjak dari duduk nya.

Dia yang pertama kali melamar di dunia kerja kerap kali dilanda gelisah.

Apalagi dia yang hanya bermodalkan ijazah SMK dan sama sekali belum berpengalaman di dunia kerja.

Acap kali di dunia kerja harus membawa pulang kembali berkas nya setelah ditolak dari perusahaan karena belum mempunyai pengalaman.

"Ya, Bu?" Santun kata itu.

Ia duduk didepan ibu pegawai sambil meyakinkan diri bahwa dia mampu untuk bersaing di dunia kerja.

Bu Linda yang sedang mengadakan seleksi tampak memperhatikan Anindira dari atas sampai ke bagian dada.

"Berapa Umurmu?" Ketus nada itu.

Begitulah dalam dunia kerja, seringkali atasan menganggap remeh karyawan yang baru bekerja.

"19, Bu." Ucapnya sedikit gugup.

Bu Linda mengangguk-anggukkan kepalanya.

Tandanya dia tahu bahwa Anindira belum pernah bekerja dan baru lulus sekolah.

"Apa tujuan mu melamar di perusahaan ini.

Dan bagaimana kamu bisa percaya diri untuk mengajukan berkas mu disini"?

Pedas pertanyaan itu.

Tapi tak membuat Anindira goyah.

"Karena yang saya lihat di brosur hanya mengajukan syarat berat badan dan tinggi badan. Dan saya rasa itu menunjukkan bahwa saya berhak mengajukan berkas saya."

Dengan tegap dan memandang fokus mata lawan bicaranya dia mengucapkan jawaban dan percaya diri.

Bu Linda sempat tertegun dengan jawaban gadis ingusan di depan nya.

Bagaimana tidak, semua wanita yang melamar di perusahaan ini rata-rata memiliki usia tiga puluh tahun keatas.

Bagaimana mungkin gadis belia yang masih baru menyelesaikan masa pubertas nya terjun ke dunia pemotretan.

Tentu banyak mata-mata jahat dan mesum dari berbagai pria yang akan memandang nya.

"Baiklah agaknya kamu gadis yang keras kepala.

Kamu saya kirimkan ke ruangan atasan saya."

Bu Linda melipat kaca matanya dan berjalan mendahului Anindira yang berjalan di belakangnya.

***

"Apa yang mendasari mu sehingga nekad bekerja disini? "

Ardi Situmorang yang merupakan tahap seleksi atas juga merasakan hal yang sama ketika menyeleksi Anindira.

"Saya ingin membantu perekonomian keluarga. Adikku banyak yang butuh biaya sekolah, dan orangtuaku hanya bekerja serabutan dan kadang-kadang menggarap sawah."

Lugas jawaban itu. Singkat padat dan jelas.

Yang membuat Bu Linda dan Ardi bungkam tak bisa lagi berkutik. Apalagi menambahkan kalimat yang mungkin membuat mereka lebih tak berkutik lagi.

Hal apalagi yang menyakitkan selain mengingat orang tua dan adik-adik dikampung yang serba kekurangan?

Bu Linda dan Ardi akhirnya menyerah dan saling memandang kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya.

Biarlah segala resiko yang ditakutkan keduanya ditanggung sendiri oleh Anindira.

*****

Anindira melangkah kan kakinya dengan ringan dari perusahaan yang megah itu, dengan bibirnya yang kadang-kadang melengkung.

Terbayang bagaimana senang nya orang tua dan adik-adik nya ketika tahu dia sudah diterima dan akan bekerja besok lusa.

"Iya Bu, terimakasih nasehat nya." Nampaknya Anindira baru saja menyelesaikan percakapan yang mengambang dengan ibunya.

Sebenarnya dia juga ragu bekerja disitu, terlebih dia sangat polos dan minim pengetahuan tentang dunia entertainment.

Barangkali dia ingin melihat artikel-artikel tentang dunia pemotretan, apa daya yang dia punya pun hanya hp tombol jadul segiempat.

Namun mengingat dia diterima di perusahaan itu dia kembali menyalakan api semangat nya dan tersenyum kembali.

****

Matahari nampaknya malu-malu menampakkan cahaya dari ufuk timur.

Cahaya kekuningan nya yang tak seberapa silau mampu membangunkan pemilik wajah ayu itu dari tidurnya.

Menyibakkan gorden jendela yang Kosen nya dari kayu itu dengan perlahan.

Mengirup udara paginya dan segera bergegas menyelesaikan ritual mandi untuk segera berlari mengejar mimpi.

Kos kosan nya tidak terlalu jauh dari tempatnya sehingga ia hanya perlu berjalan kaki kurang lebih satu kilometer.

***

Agaknya pagi ini serasa asing bagi Anindira karena semua mata memandang nya dari atas sampai bawah.

Bukan karena penampilan nya yang norak atau berlebihan, hanya karena dia yang lebih muda diantara model-model lain.

Dia segera naik ke lantai tiga menjumpai Bos besar sesuai dengan instruksi dari bawah.

"Ah....fuck! Kau selalu nikmat sayang. Kamu tidak berubah."

"Kamu juga masih sama, selalu gagah. Ah..ini terlalu nikmat...oh..yes......lebih dalam lagi baby!"

"Oh,,shit...lebih cepat...oh..."

"Baby aku ingin keluar....oh...ah......."

"Arrggghhhh......" Keduanya saling melepaskan puncak gairah yang sudah di ubun-ubun.

Meraka saling menautkan bibir dan menyesap nya dengan rakus.

"Oh thank you baby. Kutunggu kau dilain waktu."

Wanita itu segera memakai pakaian nya bersiap untuk pergi.

Anindira yang sedari tadi berdiri di depan ruangan Bos nya itu hanya mengerutkan kening nya.

Begitu polos dan lugu nya dia yang tidak mengerti dengan suara desahan yang baru saja di dengarnya.

Tampaknya wanita itu tak memperhatikan Anindira yang berdiri di samping pintu, karena dia sibuk merapikan baju dan rambutnya.

Dengan sedikit takut Anindira mengetok ruangan Bos besarnya itu.

"Masuk." Suara bariton itu menggelegar dari arah ruangan nya.

Bersambung 😍

Bantu follow yah sahabat cinta.

Terpopuler

Comments

Semangat Kaka🥰e

2024-02-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!