Bab 4

Gadis Miskin Milik sang Casanova 4

Hans menemui Anindira kembali dengan bersungut-sungut sambil sesekali menendang udara di Depannya.

Sean selalu membuat nya tak berdaya.

"Apa kamu sudah makan siang?" Ucapnya lembut. Anindira sedikit kaget karena kedatangan Hans yang tiba-tiba.

Dia sedang fokus menonton latihan kawan-kawan yang lain.

"Eh, iya belum Pak."

"Temani saya makan!" Itu sebuah keharusan karena tidak ada embel-embel bertanya mau makan bersama ku tidak?

"Tapi pak, jadwal saya tinggal 15 menit lagi."

"Untuk hari ini silahkan absen setengah hari.

Ada hal yang mau saya sampaikan."

Anindira menurut dan mengikuti Hans dari belakang.

*****

"Sebaiknya batalkan rencana mu untuk masuk dunia entertainment!"

"Tapi kenapa Pak? Apa saya membuat suatu kesalahan?"

"Tidak, tempat ini tidak baik bagimu."

Anindira mengkerutkan keningnya, menunggu kalimat selanjutnya.

"Bos itu seorang....."

Drrrrtttttttt......

Dengan kesal dia mengangkat telepon dari Bos nya.

"Lakukan dengan benar!" Perintah dari seberang sana membuat Hans lagi-lagi mengeram kesal.

Dia menyugar rambutnya kebelakang sambil berdecak.

Bukan Sean namanya jika dia tidak tau apa yang sedang dibicarakan Hans. Lagi-lagi dia mengangkat sudut bibirnya.

"Hm, begini. Berhenti dari dunia permodelan sebelum engkau melangkah lebih maju. Karena umurmu belum mencapai 21 tahun. Kamu tidak lulus seleksi tahap atas." Ucapnya berbohong padahal umur tidak pernah masuk kriteria dalam persyaratan di Perusahaan ini.

"Itu persyaratannya baru datang semalam. Tapi kamu akan tetap bekerja disini, tapi bukan sebagai model." Lanjutnya karena melihat wajah Anindira murung.

Anindira mengangkat wajahnya. Menunggu Hans berbicara lagi.

"Begini, kamu akan menjadi asisten pribadi Bos." Ucapnya sambil menahan amarahnya. Dia teringat semua kelakuan bos nya itu pada setiap wanita yang dekat dengannya.

"Apa itu Pak?" Anindira bingung, atau lebih tepatnya itu kerja apa pak?

"Mempersiapkan segala kebutuhan bos, termasuk memesan minum dan makanan setiap bos memerlukan nya.

Tenang gajinya dua kali lipat dari gajimu sekarang." Membuat mata Anindira berbinar. Tentu saja hal itu pekerjaan yang sangat mudah. Tentu dengan iming-iming gaji besar.

" Kapan mulainya Pak?" Anindira rupanya tak sabar. Bertolak belakang dengan Hans, tampaknya dia tak senang melihat bentuk agresif Anindira.

"Mulai sekarang. Ayo saya antar." Ucapnya malas sambil membayar makan siangnya ke kasir.

Mereka melangkah masuk keruangan Bos itu.

Mereka melihat Sean yang tampak sibuk menandatangani dokumen.

"Sudah tau apa yang harus dikerjakan?" Suaranya dingin, tanpa menoleh.

"Untuk urusan memesan makan minum sudah, selebihnya aku tidak tau." Ucap Hans kesal.

"Hm. Kau boleh keluar!" Hans mencabut pulpen yang Sean pakai lalu melemparnya kesudut ruangan sambil berlalu dari sana.

"Dasar tak beretika." Umpat Sean.

Namun hanya itu yang bisa dilakukan.

Sekarang tinggal Anindira dan sang Bos yang berada di dalam ruangan itu.

Anindira duduk sambil menunduk tak berani menatap Bos yang sedang menatapnya tajam.

Hawa dingin dari AC menambah kesan mencekam bagi Anindira. Hening tak ada yang bersuara.

"Baca persyaratannya dan pahami." Suaran bariton itu menggema di gendang telinga Anindira.

Dia mengangkat wajahnya dan meraih sebuah map dan membukanya perlahan.

"Sudah mengerti?"

"Sudah Pak."

"Silahkan pulang kemasi semua barangmu."

Anindira tak mengerti. Tatapan tajam dari Sean membuat nya tak berani lagi bertanya. Dia berdiri dan segera memesan gojek untuk pulang ke kosnya. sesuai instruksi dari Bosnya tadi dia mengemasi pakaian nya ke dalam koper lalu duduk di depan kos nya.

Tak lama sebuah mobil mewah memasuki area itu dan berhenti di depan kos Anindira.

"Angkat kopermu kedalam!" Ucap Sean dari balik kaca tanpa turun.

"Duduk di depan. Aku bukan supirmu."

"Ish Manusia apa sih ini. Ngomong selalu ketus. Mana matanya kayak elang lagi. Tajam banget.'' umpat Anindira dalam hati. Mana berani dia mengatainya secara langsung.

******

Sesampainya di rumah, Sean berjalan lebih dulu menapaki tangga. Anindira yang nampak kepayahan berjalan sambil membawa kopernya hanya memelas dan berusaha mengangkat nya.

"Payah." Sean mengambil alih dan menenteng nya seperti tak ada isi dan menghempaskan nya setelah sampai di atas.

"Itu kamarmu. Disebelah ada kamar ku. Selalu bersihkan setiap saat, karena aku tak suka hal kotor."

Anindira hanya mengangguk patuh. Karena itu soal mudah, tentu saja dia sudah terbiasa bersih-bersih sewaktu di kampung.

Sean berlalu dan masuk ke dalam kamarnya.

Anindira nampak takjub melihat kamar nya.

Kamar yang luas, lantai mengkilat sofa bed, kaca besar dan spring bed yang besar berpadu dengan hiasan dinding menambah kesan elegan kamar itu.

Dan kamar mandi dan fasilitas lainnya sudah lengkap di kamar itu.

Dia tersenyum dan mulai menata barang-barang nya sambil bersenandung kecil

*****

Angin sepoi-sepoi menerpa wajah dan rambut panjangnya kala Anindira berdiri di balkon sambil menghirup udara dari sana.

Langit yang mulai meredup menambah kesan kecantikan alami Anindira jika dipandang dari samping.

Setelah puas menikmati angin sore dia bergegas turun kebawah untuk menyiapkan makan malam.

Dia membuka kulkas dan tak mendapati apapun di sana.

Dia segera berjalan ke arah kamar Bos nya.

Tok tok tok

Tak ada suara.

Tok tok tok

"Masuk." Suara berat dari dalam membuat Anindira segera membuka pintu.

"Persediaan makanan di kulkas tidak ada Pak."

"Hmm.."

Jawaban macam apa itu? Anindira bingung di buatnya. Dasar Bos sinting.

"Kau keluar." Suruh bosnya.

Meskipun bingung Anindira keluar juga meskipun dongkol.

Sampai dibawah, bel berbunyi dan ia langsung membukanya.

Nampak di sana seorang laki-laki berpakaian biasa turun dari mobil.

Membuka bagasi dan mengeluarkan semua barang-barang pesanan Bos nya.

Hans begitu terkejut melihat Anindira berdiri di depan pintu.

Rasa marah kembali menyelimuti hatinya dan berlari ke lantai atas.

Sean berhutang penjelasan padanya.

Tanpa mengetok dia langsung menyosor masuk dan menghampiri Sean yang sedang duduk di kasur memegang laptop.

"Kau bilang dia bekerja di kantor." Hans bersuara sambil menatap Sean dengan mata intimidasi nya.

"Is not your bussines."

"Tapi ini urusanku juga. Aku sudah mengatakan jika dia akan bekerja di kantor.

"Berhenti lah mengoceh. Kepalaku pusing."

Hans benar-benar tidak percaya akan jalan pikiran Bos menyebalkan itu.

Dia tidak tau menebak otak misterius itu.

Dengan geram dia menarik selimut Sean dan melemparkannya ke dalam kamar mandi.

Ck. Lagi-lagi Sean hanya bisa berdecak kesal melihat kelakuan teman satu itu.

Sifat temperamen nya tidak pernah berubah.

Jika Sean membalasnya sudah pasti Hans akan memberikan tinju mautnya di rahang Sean.

*****

"Hati-hati berada di tempat ini." Ucapnya pada Anindira.

Anindira menoleh dan menghentikan aktivitas nya menyusun bahan makanan yang dibeli Hans tadi.

Hans berlalu begitu saja membuat Anindira Bingung dengan ucapan itu.

Tok tok tok

"Masuk."

"Ini makan malam nya sudah siap Pak." Anindira meletakkan nampan nya di samping Sean.

"Hmm..."

"Bawa makanan mu kesini." Langkah Anindira terhenti.

"Aku makan dibawah saja Pak."

"Ini perintah!"

Anindira tersenyum kecut dan berbalik mengambil makanannya.

"Saya tidak suka makanan terlalu berminyak." Protes Sean di sela-sela makanya.

"Maaf pak, besok tidak lagi."

Dia melihat Anindira yang makan dengan lahap, tanpa embel-embel jaga image di depannya.

Biasanya kalau dia sedang makan dengan wanita, kerapkali wanita itu akan menjaga image dari tata cara makannya.

Lain halnya dengan Anindira.

Polos dan tak di buat-buat.

"Selesai membersihkan piring-piring kotornya segera balik kesini."

Anindira Hanya mengangguk dan segera membawa nampannya turun kebawah.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!