Gadis miskin milik sang Casanova 16.
Sudah seminggu lamanya Bapak Anindira meninggalkan nya.
Kini dia sudah mulai beraktivitas seperti biasanya.
Hari sudah menunjukkan pukul 9 malam tapi Sean belum pulang kerumah.
Sehabis menyisir rambutnya nya dia turun ke bawah mengambil buah di kulkas untuk menemani nya berselancar di dunia Maya.
Tapi alangkah terkejutnya dia ketika melihat dua pasang di anak tangga sana sedang bercinta hebat.
Wanita liar itu mendesah di atas paha Sean dan Sean yang memangku nya.
Nampak tangan Sean bergerilya di dua bukit kembar wanita itu dan bibir yang saling menyesap.
"Ssshhhhh..oug...." Desah wanita itu bergairah.
Anindira melotot.
Bagaimana mungkin ini kedua kalinya matanya ternodai melihat hal itu.
Sebagai orang yang juga bertanggung jawab atas apartemen itu, dia kembali ke kamar dan bergegas ke kamar mandi dan segera menuangkan air ke ember dan membawanya ke luar.
"Byurrrrr...." Air mendarat begitu saja di tubuh keduanya.
Membuat keduanya terperanjat dan marah.
Tatapan elang Sean yang tajam mendominasi di ruangan itu.
Namun Anindira tak takut. Dia menatap mata tajam itu dengan mata sinisnya.
"Kurasa Bos, punya banyak uang untuk menyewa hotel. Bukan malah bermain di tangga begini." Sinisnya ketus, membuat wanita itu menaiki tangga dan menarik tangan Anindira untuk kebawah.
Sampai di bawah wanita itu memandangi Anindira.
"Kurasa kau hanya pelayan disini. Tapi kau begitu lancang." Wanita itu berujar sambil menatap tajam pada Anindira. Anindira membalas tatapan itu juga.
Bahkan lebih sengit.
"Memang nya kenapa kalau cuma pelayan? Aku juga punya hak di Apartemen ini, karena aku yang mengurusnya. Jadi jangan coba-coba kotori dengan hal menjijikkan seperti itu."
"Kau di gaji untuk mengurusnya, biar ku ingatkan."
"Memang. Tapi aku nggak bisa melihat hal menjijikkan seperti itu di sini.
Aku alergi melihat seperti itu."
"Cuih. Munafik, kau juga ingin kan digerayangi Tuan Sean seperti tadi."
"Aku nggak semurahan itu. Bukan seperti kau. Obral sana sini, dan banting harga disini. Cuih." Anindira menatap sengit dan meludahi wanita itu, membuat wanita itu geram dan langsung menarik kasar rambut Anindira.
Anindira yang tidak siap dengan reaksi wanita itu, segera meraih tangan wanita itu dan menggigit nya sekuat tenaga.
"Akkhhh. Fuck, kau benar-benar brutal Anjing gila." Wanita itu meringis sambil memegangi tangan nya yang sudah berbentuk gigi disana.
"Kau akan ku laporkan ke polisi."
Anindira hanya mengendikkan bahunya acuh.
"Bodo amat."
"Husss pulang sana. Entah jalang darimana kau sampai bisa di tempat ini." Anindira mengibas-ibas kan tangan Nya.
"Siapa kau berani mengusirku?"
"Hanya seorang pelayan." Ucap Anindira santai sambil melipat tangan di dada.
"Urusan kita belum selesai." Ucapnya menatap tajam dan mengambil tasnya karena melihat Sean yang santai dan tak ada pembelaan darinya.
"Dasar, gara-gara dia aku kembali harus mengepel tangga ini. Dasar perempuan murahan." Ucapnya kesal lalu beranjak ke belakang mengambil tongkat pel.
Sean hanya duduk saja di sofa sambil memperhatikan Anindira yang tampak bersungut-sungut sambil mengepel lantai itu.
Sudut bibirnya terangkat sedikit ke atas mengingat aksi brutal Anindira tadi.
'benar-benar di luar nalar' ucapnya sambil berjalan ke arah tangga.
Disana Anindira masih tetap melangkah naik dan turun untuk menyerap air itu dengan tongkat pel nya.
"Kau harus bertanggung jawab." Sean menatap Anindira, sedang Anindira yang ditatap langsung memundurkan langkahnya naik ke tangga atas.
"Bertanggung jawab apa Pak? Siapa suruh kalian bermain begituan di sini." Balasnya sambil menatap Manik Sean yang tajam.
"Ini Apartemen ku. Jika kau lupa." Ucapnya sambil terus melangkah maju membuat Anindira bersandar di tembok lantai atas.
"Aku tidak lupa. Hanya saja karena aku tinggal disini maka aku berhak melarang hal tak senonoh seperti itu."
"Katakan saja jika kau ingin menggantikan nya kan?"
Anindira melotot menatap tajam mata Sean.
"Eakkkkk.... Amit-amit. Aku nggak semurahan itu. Jika pun ia aku lebih tertarik melakukan nya bersama bang Hans." Ucap Anindira sedikit sadar. Namun kemudian dia merutuki ucapannya sendiri, namun itu di luar kendalinya. Dia tidak benar-benar mengatakan itu dengan sungguh-sungguh.
"Katakan sekali lagi!" Sean menghimpit tubuh Anindira yang diam membeku.
Nyalinya sedikit menciut kala tatapan itu semakin tajam dan deru nafas Sean yang sudah menerpa wajahnya.
"Katakan sekali lagi, jika kau ingin melakukan nya bersama Hans. Kau bergairah melihat Hans? Sudah sejauh mana hubungan kalian hm?" Sean mengangkat dagu Anindira sehingga Anindira mendongak melihat wajah Sean.
"Kami tidak ada hubungan apa-apa."
"Tapi kau bilang tadi kau akan melakukan nya bersama Hans. Apakah Hans sudah memegang ini hm?" Tunjuk Sean ke arah payudara Anindira yang menantang.
Anindira langsung menampar wajah Sean. Jujur harga dirinya serasa tak ada lagi.
Meskipun hanya jari telunjuk tapi Sean menekan nya dengan kuat
"Kau menamparku?" Sean menatap tajam Anindira.
"Itu karena tangan Bapak lancang."
Ucap Anindira menatap balik Sean. Agaknya Sean harus dikerasi juga. Jika tidak maka dia akan menginjak-injak harga diri Anindira.
"Bagaimana kalau yang ini." Ucapnya sambil melumat bibir Anindira.
Anindira terpengarah, mendorong kuat tubuh Sean meskipun tak bergerak sedikit pun.
Anindira kesusahan bernafas, dia menggigit kuat bibir Sean sampai mengeluarkan darah.
"Aiiss.. kau benar-benar---"
Ucapnya sambil memegangi bibirnya dengan ujung jempolnya.
"Kau menggodaku?" Ucapnya menyeringai tipis membuat Anindira merinding.
Dari sela lengan bawah Sean, dia kabur dan langsung menutup pintu kamarnya rapat-rapat.
******
Pagi-pagi sekali Anindira bangun dan langsung pergi ke kamar mandi cuci muka dan gosok gigi.
Agaknya ini waktu yang tepat untuk segera mempersiapkan keperluan Sean ke kantor.
Dia tak mau bersitatap dengan Sean dalam waktu dekat ini. Karena kejadian semalam masih membekas di ingatan nya.
"Enak saja dia mencuri ciuman pertama ku. Dasar mesum, Bos sinting." Lirihnya sambil melangkah kan kakinya menuju kamar Sean.
Setelah masuk, dia mulai bergerak cepat kearah lemari dan mengambil stelan jas dan dasi dan menaruhnya di walk in closeth.
Lalu meraih Sepatu pentofel hitam dan kaos kaki bersih Dan menaruhnya di bawah sofa.
Setelah menyiapkan semuanya dia berjalan mengendap-endap keluar dari pintu.
Sampai di luar dia mengatur nafasnya yang ditahannya sedari tadi.
Lalu dia bergegas turun kebawah menyiapkan sarapan pagi.
Dengan lihai dia mengolah semua bahan itu menjadi hidangan yang enak dan menggugah selera.
Selesai menata nya dia membersihkan semua alat-alat penggorengan dan menaruh nya di tempat semula.
Anindira yang cekatan dalam hal-hal bebersih tak butuh waktu lama bagi nya untuk membuat ruangan dapur itu kembali harum setelah di semprot dengan pengharum.
Dia beralih ke ruang tengah. Mulai dari menyapu, mengepel dan menyusun nya kembali seperti semula.
Terakhir dia membuka semua gorden jendela kaca, agar hawa sejuk masuk ke dalam Ruangan itu.
Setelah selesai dia buru-buru naik ke atas, supaya Bosnya tidak melihatnya.
Tapi hal baik mungkin menjauh darinya di pagi ini ketika Sean menarik tangan nya dan membawanya masuk ke kamar.
Baca selengkapnya di fizzonovel.
Disana akan tayang lebih cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments