Gadis miskin milik sang Casanova 8
"Bos, nanti malam kita ke pesta."
"Persiapkan segalanya." Ucap Sean sambil sesekali membubuhkan tanda tangan di dokumen yang lumayan menumpuk.
Sedangkan Hans masih duduk sambil melihat Bos nya.
"Bos minta nomor Anindira dong!"
"Tidak ada." Hans langsung bungkam, mendelik tak suka kepada Bos nya itu.
"Aku ingin pensiun dari jombloku. Barangkali Anindira mau ku ajak kencan." Ucapnya tanpa menghiraukan raut wajah Sean yang tak senang.
"Masih banyak wanita lain."
"Tapi aku mau Anindira."
"Terserah."
Hans langsung tersenyum. Lampu hijau telah di dapatkan dari bosnya.
"Aku ragu kenapa kau tiba-tiba baik. Pasti ada sesuatu."
Hans menatap wajah Sean yang tersenyum menyeringai.
"Carikan aku wanita seksi."
"Ok. Itu mudah sekali."
Ujarnya lalu beranjak dari kursi sambil bersiul senang.
*****
"Anindira. Hm nanti malam ada pesta, kamu mau nggak ikut bersamaku? "
Hans sedikit gelisah menunggu jawaban Anindira.
Sepulang dari kantor dia langsung mampir ke apartemen Sean untuk mengajak Anindira keluar sekaligus kencan pertama.
"Tapi nanti Bos marah pak."
"Aku sudah minta ijin. Dan jangan panggil aku Pak. Panggil aja Hans."
"Benarkah? Kalau begitu aku bersiap-siap dulu Pak." Ucapnya sumringah.
Bagaimana tidak dia yang jenuh di apartemen sangat membutuhkan refreshing walaupun hanya keluar jalan-jalan.
Dia pasti akan berterimakasih pada Bosnya karena telah mengijinkannya.
"Panggil aku Hans."
"Nggak sopan Pak, bagaimana kalau kupanggil bang Hans?"
"Hm, tidak buruk. Ok nanti jam 7 aku jemput yah.
Bersiaplah." Ujarnya sambil melihat arloji di pergelangan tangan nya.
"Ok bang Hans." Ucapnya tersenyum membentuk barisan putih giginya.
Hans terpana. Anindira begitu manis.
Hans menggelengkan kepalanya lalu menghidupkan mobilnya dan melaju dengan pelan.
Di mobil Hans tak henti-hentinya memukul setir mobilnya dengan pelan, karena tak menyangka Anindira mau diajaknya.
Dia senyam-senyum membayangkan Anindira duduk dimeja dan minum bersama ketika di pesta nanti.
Setelah sampai mansion nya, dia bergegas turun dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Sisa waktu nya tinggal satu jam lagi.
Dia menarik kemeja biru Dongker dipadu dengan celana hitam dan menyisir rambutnya sebagus mungkin.
Dia menyemprotkan pewangi ke nadi tangannya dan lehernya.
Nampak dia sudah berkali-kali bolak-balik berkaca.
Dia mengambil sepatu pantofel yang sudah disiapkan nya sedari tadi.
Tak lupa dia menggulung kemeja tangannya sampai siku dan memakaikan arloji mahal nya.
Tampan.
Begitulah sekarang penampilan hans. Dia yang juga seorang Pria gagah yang tampan dan dingin. Namun tak sedingin Sean.
Senyum simpul terlihat sesekali di bibirnya.
"Aku sudah memesan wanita itu ke apartemen mu. Tunggu saja disitu." Pesan itu terkirim pada kontak Sean sesuai dengan perintah nya tadi siang.
******
"Hm Pak, makasih ya sudah mengijinkan aku keluar bersama bang Hans." Ujarnya sopan.
Sean yang baru saja siap memakaikan baju serta Jasnya, melirik kearah Anindira yang juga sudah bersiap dengan gaun hitam selutut, serta lengan pendek yang menampakkan kulit nya yang kontras, dan rambutnya yang panjang bergelombang ia biarkan tergerai indah. Serta Hells hitam yang terlilit di kakinya menambah kecantikan di kaki putih mulus itu.
Wajah yang dirias dengan makeup tipis yang terlihat natural menambah kecantikan Anindira malam ini.
'apa? Mengijinkan? Apakah Hans mengajak Anindira ke pesta itu? Dan apa katanya tadi? Bang Hans? Panggilan macam apa itu?' Sean sedikit mengeraskan rahangnya ketika mengingat Hans.
"Pak..!" Anindira kembali bersuara karena Sean tak menyahut nya sama sekali.
"Hm."
Mereka sudah berada dilantai satu dan Sean segera meraih sepatu nya lalu duduk di sofa.
"Pasangkan sepatuku!"
Anindira mendekat dan mulai memasang sepatu bosnya.
Sean yang duduk tampak memperhatikan Anindira yang serius. Dia memandangi wajah Anindira yang begitu cantik.
Anindira yang tak tinggi dan badan yang proporsional menambah kesan imut bagi siapa yang melihat.
Ditambah dengan Pay*dara dan b*Kong yang berisi membuat penampilan Anindira malam ini begitu seksi walaupun bajunya tak terlalu terbuka.
Bel berbunyi ketika Anindira selesai memasang sepatunya.
"Biar aku buka pak."
Anindira membuka pintu dan menampakkan seorang wanita cantik nan seksi yang memakai baju merah dengan belahan dada terbuka dengan tali satu dan Hells putih yang tinggi membuat kaki jenjang nya yang terlihat indah.
Jika kesan Anindira yang anggun, maka kesan wanita itu menor. Memakai lipstik merah mengkilat serta blush on yang terlalu merah membuat wanita seksi itu terlihat seperti wanita malam.
Wanita itu memandangi wajah Anindira lalu memperhatikan setiap jengkal tubuh Anindira yang membuat Anindira risih dan berlalu dari sana.
"Pak ada wanita di depan." Ucapnya sambil mendudukkan bokongnya di sofa.
"Selamat malam Tuan Sean." Sapa wanita itu yang langsung duduk di samping Sean.
Tangannya bergerilya di paha Sean yang membuat Anindira muak dengan kelakuan wanita itu.
"Malam." Ujar Sean datar.
Entah kenapa moodnya jadi berubah ketika tau Anindira ikut kepesta itu bersama Hans.
Klek.
Tanpa mengetok terlebih dahulu Hans langsung masuk dan melihat tiga orang beda generasi disana.
"Anindira ayo!" Seru Hans sambil melambaikan tangannya.
Anindira yang diajak langsung berdiri dan tersenyum.
"Pak aku pergi dulu sama bang Hans." Ucapnya sedikit menunduk dan berjalan menghampiri Hans.
"Duluan ya Bos." Ujar Hans sumringah membuat Sean sedikit melotot kan matanya.
Hans membuka pintu mobil buat Anindira dan mobil mulai melaju pelan.
Tak lama dari spion mobil, Sean juga nampak dibelakang berjalan beriringan dengan mobilnya.
"Aku senang sekali, bisa diajak keluar seperti ini." Ujar Anindira membuka percakapan.
Jika Anindira senang dan selalu tersenyum maka Hans kebalikannya.
Dia sedikit canggung apalagi melihat senyum Anindira yang menawan membuat nya sedikit gugup dan tak banyak bicara.
"Oh ya?"
"He,-em."
Hans sesekali melirik Anindira yang tampak memandangi jalanan kota.
*******
Mereka turun dari mobil dan Hans yang kembali membuka pintu untuk Anindira membuat Anindira sedikit tersipu.
Dibelakang juga nampak Sean yang sudah berdiri dan menggandeng seorang wanita cantik.
Mereka berjalan beriringan dan duduk dimeja yang sama.
Hans menarik kursi untuk Anindira dan duduk disampingnya. Sedangkan Sean dan wanita tadi duduk di hadapan mereka.
Mereka nampak seperti kekasih yang serasi.
Senyum Anindira tak pernah lepas dari mulut mungilnya sambil menatap ke sekitarnya.
Sean yang sesekali melirik kearah Anindira dengan mata tajamnya membuat Anindira sesekali menunduk.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments