bab 6

Gadis miskin Milik sang Casanova 6

Drrrrtttttttt....

Getar benda pipih segiempat yang berada di atas nakas tak jauh dari ranjang, tempat Sean menyalurkan hasratnya bersama wanita seksi.

Belum sampai pencapaian kl*maks itu yang sudah berada di ubun-ubun ketika Hans menelepon Bosnya.

"Sean, ada yang mengusik markas kita di mer*uke." Beritahu dari seberang sana. Jika Hans sudah menyebut Nama Bosnya berarti keadaan sedang tidak baik-baik saja.

Arrrggggggg..

Sean berdiri mendorong keras tubuh wanita yang sedang berada di atasnya hingga wanita itu terjengkang dan jatuh ke lantai.

Nampaknya Sean marah besar, terlihat dari rahangnya yang mengeras dan mata tajamnya yang memicing.

Dia segera memakai bajunya yang berserakan di lantai dan bergegas pergi dari sana.

Wanita itu hanya diam membisu, tak bisa melakukan apa-apa selain memakaikan bajunya yang juga berserakan lalu pergi dari hotel itu.

"Siapkan semua pasukan, dan siapkan helikopter sekarang juga! Aku ingin melihat siapa yang sudah berani bermain-main dengan ku." Ucapnya dengan geram.

Hans berlalu begitu saja tanpa menyahut ucapan bosnya.

Bagaimana mungkin Ada orang yang berani macam-macam dengan organisasi yang di pimpinnya.

Selain menjadi Bos besar dalam dunia produser dan entertainment dia juga merupakan seorang Mafia berdarah dingin.

Jika ada yang berani mengusiknya artinya dia tidak sayang dengan nyawanya.

Dia tersenyum menyeringai, dia penasaran siapa yang tengah bermain-main dengannya.

Sudah 5 tahun organisasi nya berjalan dan awal-awal membentuk nya sangat banyak rintangan dan pertumpahan darah. Dan bukan Sean Daweel namanya jika tidak bisa melumpuhkan lawan.

Dalam tiga tahun terakhir ini organisasi nya berjalan dengan lancar tanpa kendala sedikit pun.

Rupanya ada orang yang kembali memantik api yang membuat darahnya mendidih seketika.

"Aku akan pergi." Sean memberitahu ketika Anindira terus melihatnya dan seolah menuntut untuk tau mau pergi kemana Bosnya, karena dia melihat Bosnya sibuk kesana-kemari.

Terlebih melihat benda panjang di tangannya yang baru saja diambil dari ruangan di sudut rumah.

Itu sebuah pistol, yang dilengkapi dengan peluru yang sangat banyak.

Apakah dia mau berperang? Tapi berperang kemana? Perang dunia kedua kan sudah selesai. Apa mungkin sedang terjadi perang dunia ketiga? Monolog nya sambil berlalu menaiki anak tangga dan segera merebahkan tubuhnya karena malam semakin larut.

******

"Kepung mereka semua. Jangan ada satupun yang lolos." Sean mengarahkan semua pasukannya untuk bergerak cepat menghadang semua lawan.

Senyum seringaian nampak di bibirnya.

Kira-kira hukuman seperti apa yang akan dilakukan nya nanti untuk orang yang berani mengusik ketenangan nya.

Semua lawan sudah terkumpul di sana dan berhasil di kepung semua pasukannya.

Dan diantara mereka ada seseorang yang begitu familiar di matanya.

"Jack!" Rahang Sean mengeras. Rupanya dibalik dalang semua ini adalah Jack.

Pria blasteran yang juga seorang Mafia kelas atas yang mempunyai dendam pribadi terhadap Sean.

Jack mendelik tak suka, melihat Sean yang terlihat santai sambil memasukkan kedua tangannya di masing-masing saku celananya.

"Pecundang." Suara berat Sean mendominasi membuat Jack menatap sinis.

"Harusnya kau mati saja Sean!" Jack berapi-api sambil meludahi kerah Sean.

Tangannya yang diikat tak bisa berbuat apa-apa.

"Terbalik. Yang di lumpuhkan disini siapa?" Lagi Sean berucap dengan wajah datar.

Benar-benar santai dan tenang.

Itulah salah satu membuat lawan tak berkutik. Tenang.

"F*ck you. Kau telah salah berurusan dengan Jack Argantara." Ucapnya keras.

"Berhenti lah bermimpi menguasai daerah kekuasaan ku sebelum semua tulang-tulang mu itu retak!"

"Kembalikan Vanesa."

Vanesa? Oh rupanya Vanesa yang membuat nya berbuat nekad seperti ini.

Vanesa yang merupakan adik perempuan satu-satunya punya Jack. Vanesa merupakan album lama bagi Sean karena pernah mengisi hari-harinya dengan cinta.

Namun sekarang dimana dia?

Sudah hampir dua tahun ini dia tidak pernah kembali padanya.

Dan Sean tidak mencarinya. Jika seseorang pergi dari kehidupannya artinya dia sudah tidak dibutuhkan lagi.

Kecuali jika dia yang meninggal kan maka hal itu masih bisa ditolerir.

"Aku tidak tau dia pergi kemana."

"Jika aku percaya padamu maka aku akan mengganti Tuhanku."

"Terserah."

"Aku tau kau menjualnya keluar negeri untuk memperlancar bisnis mu. Dan satu hal, jika itu benar maka aku tidak tinggal diam."

Sean memberikan isyarat kepada Hans untuk mengurusi semuanya. Dia berbalik tanpa membalas ucapan Jack.

Baginya waktunya akan sia-sia hanya mendengar ocehan tak berguna itu.

Karena baginya time is money.

Hans dan pasukannya membawa para pecundang itu untuk dikurung di tahanan.

Pekerjaan beres dan kembali menemui Sean di markas besar itu.

"Perketat penjagaan disini.

Bila perlu tambahkan 20 orang lagi pasukan yang berjaga supaya mereka tidak lengah ketika ada pengintai.

"Akan dilaksanakan." Ucapnya mantap sambil menghubungi kepala pasukan yang lebih tau memilih untuk bergabung di bisnis gelap nya.

"Aku akan pulang duluan, kalian beresi semuanya lalu menyusul lah."

"Hmm.." Hans bergegas keluar karena ada yang harus dikerjakan nya bersama pasukan penjagaan markas.

*****

Sepatu pantofel kulit berwarna hitam mengkilat terulur menginjak semen. Terlihat seorang pria gagah dengan tubuh yang begitu kekar keluar dari mobil sembari memasangkan kaca mata hitam pada ranahnya.

Setelan serba hitam yang Bos mafia itu kenakan membuat nya terlihat sangat berdamage sekali.

Setelah memperbaiki arloji yang melingkar di tangannya dan tanpa menghentikan langkahnya nya serta memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.

Sebuah aula besar menjadi tujuannya saat ini.

Seluruh karyawan yang melihatnya langsung menunduk hormat dan menyapanya.

Tanpa menoleh sedikit pun dia melanjutkan jalannya.

"Aduh bawahku sampai berkedut membayangkan tidur bersama dan menghabiskan malam panjang bersamanya." Ucap karyawan perempuan ke temannya.

"Dasar otak error'." Kawannya langsung menampik kepalanya dengan berkas di tangannya.

Yang lain hanya terkekeh geli melihat pengakuan kawannya.

Secara mereka juga merasakan hal yang sama.

Ada juga yang memekik histeris kala mereka mencium aroma sang BOS ketika melewati mereka.

'siapa wanita yang berani menyangkalnya bahwa ia memang memikat dan mempesona. Auranya yang dingin dan mata elangnya yang tajam membuat wanita histeris dan berlomba-lomba untuk mendekatinya.'

Diruang aula yang besar dengan desain mewah telah duduk para klien-klien penting untuk segera melakukan meeting.

Klek

Pintu dibuka dan menampakkan seorang pria gagah di sana.

Mereka semua menoleh dan sesekali berdecak kagum mengangumi ketampanan dan aura dingin Sean.

Tampaknya sang tuan rumah memberi salam dan mulai membuka acara meeting selanjutnya.

"Menjelang dua bulan lagi, bebera bintang akan kita keluarkan untuk mengikuti audisi besar di California.

Dan saya mohon kerjasamanya untuk lebih bisa melatih dan mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan model kita.

Ini acara dan audisi yang besar.

Kerjasama dan kontrak telah kita sepakati dengan mereka. Besar kemungkinan jika kita memenangkan audisi ini maka besar keuntungan yang kita dapat." Ucap Bara sang pemimpin rapat kali ini.

Semua nampak mengangguk kepala.

"Ada tiga bintang yang akan kita bawa kesana. Semoga mereka bisa menang dan mengharumkan perusahaan kita." Tambahnya lagi.

****

Ah.. Sean begitu lega menghempaskan tubuhnya di ranjang king size nya.

Terakhir kali dia tidur disini tiga hari yang lalu sebelum terjun ke Merauke.

Pikiran serta tubuh yang lelah membuat ia rehat sejenak sebelum melangkah kan kakinya ke kamar mandi.

Dia mendapati kamar mandi yang bersih dan wangi.

Tampaknya gadis itu memang juara dalam hal kebersihan.

Berbicara tentang gadis itu, ngomong-ngomong dia tidak melihatnya sedari tadi.

Dia mengguyur tubuhnya dibawah shower yang membuat pori-pori nya terbuka menerima sensasi segar.

Selesai membersihkan tubuh dia turun kebawah untuk menyantap hidangan makan malamnya.

Dia mengambil piring lalu memasukkan makanan dan segera melahap nya.

"Hm. tidak buruk." Ucapnya disela-sela makanya.

Dia mendengar suara gemericik air dari samping dapur.

Anindira masih berkutat dengan brush nya dan membersihkan kamar mandi dapur.

Dia yang sambil bersenandung kecil mengundang Sean untuk menoleh nya.

Keluar dari kamar mandi dan "akkhhh" pekiknya keras.

Lantai yang belum kering dan kaki yang bekas deterjen membuat nya licin dan b*kongnya yang terasa sakit sekali karena mendarat duluan.

"Aduh gimana ini, aku nggak bisa duduk. Kok rasanya pinggangku sakit sekali." Ucapnya sambil berusaha untuk bangkit.

"Selain payah kau juga gegabah."

Sean langsung mengangkat tubuh itu ala bridal style menuju lantai atas.

Anindira yang syok dan terkejut hanya memandangi wajah Bosnya dengan meringis.

"Kau bisanya hanya menyusahkan." Tubuh Anindira dihempaskan ke ranjang. Membuat Anindira kembali mengaduh kesakitan sambil memegangi B*kongnya.

"Kau menggodaku?"

"Hah?" Kening Anindira mengkerut

"Kau sengaja meremas b*kong mu di depanku. Sini biar ku remas sekalian."

"Dasar mesum, otak selangkangan." Anindira melotot dan mendorong kuat tubuh Sean, meskipun yang di dorong tidak bergerak sama sekali karena bobot tubuhnya yang kekar.

"Biar ku buktikan kalau aku memang seperti yang kau bilang." Sean mendekat membuat Anindira beringsut mundur kebelakang dan berhenti di dasboard kasur.

"Em-Bos mau ngapain?"

Sean terus maju dan berhenti tepat di wajah Anindira.

Aroma mint yang menguar dari nafasnya menghipnotis Anindira. Aroma itu begitu melenakan yang membuat Anindira menutup matanya perlahan.

Barangkali adegan ini memang berada dalam dunia nyata ketika mengingat mereka menonton drama Korea waktu dulu.

Satu detik, dua detik, tiga detik,

Jitak

Sean menjitak kening Anindira hingga gadis itu membuka mata dan mengelus keningnya.

"Apa yang kau bayangkan hm?" Sean berbicara sambil memperhatikan wajah Anindira yang sudah memerah akibat menahan malu.

Dia langsung mendorong tubuh itu sekuat tenaga dan menarik selimut sampai menutupi kepalanya.

Dia benar-benar merutuki kebodohan nya.

Ini gara-gara drama Korea yang ditonton nya bersama kawan dulu.

Sean menarik sudut bibirnya nya dan membentuk seringaian tipis.

Sean bahkan menggelengkan kepalanya.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!