Gadis miskin milik sang Casanova Bab 9
Siapa yang mungkin melewati pesta besar ini? Pesta ini merupakan pesta ulang tahun ke 45 seorang direktur kaya di kota itu.
Tentu tuan rumah akan mengundang orang-orang penting yang akan menghadiri dan menikmati hidangan di pesta meriah ini.
Bahkan sang tuan rumah mengadakan acara lelang di tengah acara nanti dan di akhir acara hiburan.
Direktur Jhon nampak berdiri gagah ditempat itu di dampingi oleh wanita cantik dan kedua anak nya yang berada di sisi kiri dan kanan mereka.
Senyum mereka nampak terukir di kedua sudut bibirnya.
Seorang pembawa acara memegang microfon dan mulai dengan kata sambutan.
"Selamat malam semuanya.."
"Malam..." Ujar tamu undangan yang nampak riuh sambil bertepuk tangan.
"Karena malam ini merupakan malam penting bagi Tuan Direktur Jhon Kendrick maka saya persilahkan membawa acara sambutan dulu kepada tamu undangan kita."
MC berhenti berbicara dan memberi ruang untuk direktur utama untuk memulai kata sambutan.
"Dimalam ini, puji Tuhan kita ucapkan atas rahmatnya yang tak berkesudahan sehingga kita masih bisa berdiri ditempat ini dengan keadaan sehat walafiat."
"Pertama-tama, saya mengucapkan terima kasih banyak untuk para undangan yang hadir dalam acara ini, semoga kalian menikmati acara ini hingga selesai. Terimakasih."
Suara riuh tepuk tangan dari undangan membuat pesta semakin ramai.
Hans yang sesekali memperhatikan Anindira yang tersenyum ikut mengangguk sudut bibirnya.
"Baiklah karena kita sudah mendengar sambutan dari beliau maka kita mulai acaranya dari peniupan lilin dan pemotongan, lalu di lanjut dengan makan hidangan bersama." MC nampak semangat memimpin acara itu.
Kembali tepuk tangan bergema ketika acara suap-menyuap kue itu dilakukan keluarga besar Direktur Jhon Kendrick.
"Hm, kamu mau menu yang mana?" Hans bertanya lembut pada Anindira yang tampak sibuk melihat semua menu yang terhidang di atas meja.
"Hm..aku mau yang itu." Tunjuk Anindira pada sebuah steak yang berada tepat di depan Sean.
Anindira menatap Bos nya sedikit meringis akibat tatapan tajam dan dingin itu.
Hans menoleh kearah Sean dan mendapati pelototan yang sama dari Sean.
Wanita disamping Sean hanya sesekali tersenyum manja dan mulai menarik salad ke depannya.
Nampaknya wanita itu acuh tak acuh dengan keadaan sekitarnya.
Yang di pikirkan nya hari ini adalah bagaimana supaya pesta ini cepat berlangsung dan selesai supaya ia dapat tidur bersama dengan Sean dan menghabiskan malam yang panas bersamanya.
Aneka makanan di meja itu terasa asing bagi Anindira yang datang dari kampung.
Mungkin makanan yang berada di depan Sean sedikit di kenalnya makanya dia langsung menunjuk.
"Makan yang lain saja. Itu sudah punya Bos." Hans menarik sebuah spaghetti bolognese untuk hidangan nya malam ini.
"Aku mau ini aja boleh?" Anindira menunjuk piring Hans.
"Of course. Silahkan." Ujar Hans lalu memberikannya pada Anindira.
Anindira makan dengan lahap sampai spaghetti di piring nya ludes.
Untuk ukuran piring segitu, nampaknya Anindira masih kurang.
Dia ingin mencoba pancake durian yang bertengger indah di tengah-tengah meja mereka.
"Hm..bang Hans." Lirihnya sambil membisikkan sesuatu pada Hans.
"Hm?"
"Aku makan itu boleh?"
Tunjuk nya pada pancake di meja itu yang menggugah seleranya.
Hans tersenyum simpul terlihat tingkah Anindira.
Lucu dan polos yang tak di buat-buat.
"Tentu." Hans langsung menarik piring berisi pancake durian itu ke arah Anindira.
Anindira bersorak senang dalam hati.
Nampak Sean yang masih menatap nya dengan dingin.
Wanita disamping nya nampak geleng-geleng kepala melihat Anindira yang terlihat antusias menatap makanan.
"Seperti tidak pernah makan saja." Ujar wanita itu sambil menutup hidangan nya lalu beralih mengambil tisu dan mengelap ujung bibir nya.
Anindira hanya mengangkat bahu tak acuh pada perempuan itu.
"Lihat tubuhmu itu. Kalau gendut nanti malah jelek karena kau pendek." Imbuhnya lagi karena merasa tersinggung dengan respon Anindira.
" Bodo amat." Anindira tetap menyuap pancake itu sedikit demi sedikit ke mulutnya.
"Hussss bocah memang sudah di bilangin."
Anindira tak tersinggung. Dia tetap memakan pancake itu dengan lahap.
Dia sampai bersandar di kursinya karena perut nya yang begah akibat kekenyangan.
"Kau makan terlalu banyak." Hans berucap lembut sambil menatap Netra Anindira.
"Habisnya enak." Anindira memuji kue itu yang rasanya memang juara.
Sean hanya duduk saja seperti biasa. Selesai makan dia memainkan handphone sembari menunggu acara selanjutnya.
*****
"Baiklah kita akan berpesta ria hari ini. Disini banyak barang limited edition yang akan kita lelang dengan harga fantastis." MC kembali membuka suara dan berbicara dengan lantang.
"Gelang London yang di desain khusus dari luar negeri, berwarna gold. Di lelang dengan harga 300 JT.."
"400 juta.."
"500 juta.."
"1..2..3..ok 500 juta."
Semua nampak riuh bersorak gembira.
"Baiklah kita lanjut pada cincin limited edition yang jumlahnya terbatas, terbuat dari titanium asli yang dilelang dengan harga 350 juta."
"500 juta.."
"700 juta..."
Dan "1 miliyar" seorang milyarder nampak naik kedepan dan memenangkan cincin itu.
"Ok, selanjutnya kalung Perez yang juga di desain khusus dari California yang mempunyai mutiara warna golden di lelang dengan harga 500 juta."
"1 milyar.."
2 milyar.."
Dan "5milyar." Semua mata menoleh pada Sean Daweel yang telah memenangkan lelang itu.
Nampak semua melototkan matanya seakan tak percaya.
Terlebih Anindira yang berdecak kagum karena Bosnya kali ini menjadi sorotan undangan.
***
Acara di tutup dengan hiburan, seperti tarian, nyanyian dan hidangan penutup nya bir yang sudah diletakkan para pramusaji sewaktu acara lelang.
Wanita di dekat Sean mengambil mangkuk kecil lalu mengisinya dengan bir dan meneguknya.
Begitu juga dengan Sean yang nampak mulai minum. Dan Hans sendiri menoleh kearah Anindira, membuat Anindira sedikit bingung.
"Kau tidak boleh minum ini." Hans memperingatkan Anindira untuk tidak coba-coba minuman keras itu.
"Iya bang." Anindira menoleh kearah Sean yang sudah meneguk tiga gelas kecil minuman itu.
Ketika Sean hendak menatapnya, dia memalingkan muka supaya dia tak melihat mata elang yang siap menerkam nya itu.
*****
"Ayo.." Hans meraih tangan Anindira untuk masuk kedalam mobil.
Mereka memutuskan untuk pulang saja karena acara sudah selesai dan jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.
Anindira berjalan hati-hati setelah mengucap pamit duluan pada Bos nya.
"Sampai di apartemen kau langsung tidur." Yang di angguki Anindira.
"Apakah kau senang hm?"
"Senang sekali. Apalagi pestanya Sangat meriah sekali."
"Lain kali ku ajak lagi kepesta."
"Janji?"
"He-em."
Anindira begitu senang mendengar nya.
"Apakah kau betah tinggal disana?" Hans menanyakan secara langsung padanya, karena jika dia tak betah maka dia harus membuat permohonan pada Hans untuk melepas Anindira dan bekerja di mansion nya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments