Matahari telah meninggalkan singgasana nya di langit. Hanya sebuah bekas sinar kemerahan yang terlukis di lautan atas.
Pria yang bertopi dan berseragam bagai seorang tentara. Kini muncul dan berdiri tegak di sebelah pohon dekat perkemahan.
Pandangan matanya tidak terlepas dari kepergian kapal penumpang anggota Komunitas. Yang remang-remang masih terlihat dari pinggir lautan.
Tak lama Dia berlari secepat cahaya. Hanya membutuhkan waktu hitungan dalam 1 detik. Dia mampu menempuh jarak hingga 10 km. Dia menemui atasannya.
"Mereka telah pergi" kata pria bertopi itu.
"Siapa pun yang telah menginjakkan kaki di Pulau ini. Mereka tidak diperbolehkan pergi. Karena Aku telah bangkit" kata atasan.
...****************...
Pria bertopi itu, segera mendatangi kapal penumpang itu. Dengan lari cahayanya yang cepat.
Namun di tengah perjalanannya, perjalanan itu dihadang oleh gadis yang disebut nona oleh Irwan.
"Jangan ikut campur!" kata pria bertopi itu.
"Sudah seharusnya Aku ikut campur. Karena salah satu Mereka adalah Tuanku" kata gadis itu.
"Hah, bukankah Dia menyuruhmu pergi?" kata pria bertopi itu.
"Tuan hanya tidak ingin menemuiku, bukan berarti tugasku untuk melindunginya juga gugur" kata gadis itu.
"Sudahi perlawananmu atas makhluk yang tidak berguna seperti Mereka Ringkit. Kamu tahu, bahwa Kita adalah sama. Dan jika manusia semua punah. Maka dunia akan berevolusi dan bisa menjadi milik Kita" kata pria bertopi itu.
"Makhluk tidak berguna katamu? Jika mendengar perkataanmu. Sepertinya Kamu lupa darimana Kamu berasal hingga bisa menjadi seperti ini" kata gadis itu.
"Cih, Aku sudah mengulurkan kerjasama padamu, tapi tidak Kamu anggap. Jadi, jangan salahkan Aku jika harus melakukan kekerasan" kata Pria bertopi.
Zraaaaassshhhh
Craaaazzhhhhh
Duaaaarr
Dakkkkk
Braakkkkk
Mereka saling bertarung menggunakan kekuatan Mereka.
"Aku ingat-ingat, ternyata sudah lama sekali Kita tidak berkelahi seperti ini. Waktu itu Kamu sekarat" kata Pria bertopi.
"Hah, meski Aku sekarat. Itu adalah pelajaran bagiku agar tidak mengulangi kesalahan lagi" kata gadis itu.
"Hah, Aku penasaran, sejauh mana Kamu sudah belajar" kata pria bertopi.
Mereka terus saling bertarung hingga mampu menciptakan letusan api dimana-mana.
...****************...
Irwan yang saat itu berdiri di pinggir kapal bagian atas. Melihat pemandangan kobaran api di hutan tersebut.
"Apa semua itu? Apakah terjadi kebakaran?" pikir Irwan.
"Tapi, tadi saat pulang, Kami sudah memastikan tidak ada api yang menyala di sana. Bahkan kayu-kayu juga ditimbun dengan tanah" gumam Irwan.
"Yang Aku saksikan sekarang, kenapa sebuah kobaran api di sana layaknya seperti bom yang meledak?" pikir Irwan.
Seketika Irwan mengingat-ingat kata-kata Budi temannya. Tentang perkataannya terhadap nona yang tidak ikut naik kapal penumpang.
Irwan juga merasa selama Dia berkeliling di kapal, Dia juga belum bertemu dengan Nona.
"jangan-jangan, Dia memang tertinggal di sana?" pikir Irwan.
Irwan bergegas menanyakan tentang nona kepada Pak Ketua.
"Permisi Pak Ketua, Saya mau bertanya" kata Irwan.
"Iya, Irwan" jawab Pak Ketua.
"Boleh tahu, saat Pak Ketua mengabsen anggota masuk ke dalam kapal ini. Apakah ada orang yang tertinggal?" tanya Irwan.
"Saat Saya cek absen tadi sudah complete semua" kata Pak Ketua.
"Boleh Saya melihat absennya?" tanya Irwan.
Pak Ketua segera mengambil kertas bertumpuk beberapa lembar yang merupakan absen anggota.
Menyerahkannya kepada Irwan.
"Ini" kata Pak Ketua dengan menyodorkan formulir itu.
"Terimakasih Pak" kata Irwan.
"Irwan, apakah ada masalah?" tanya Pak Ketua.
"Tidak, Saya hanya ingin memastikan sesuatu" jawab Irwan.
"Baiklah" kata Pak ketua.
Irwan memeriksa setiap nama demi nama. Tapi di sana tidak ada anggota yang bernama nona.
Dan Irwan baru ingat, bahkan namanya saja dirinya tidak mengetahuinya. Bagaimana mungkin Dia bisa memeriksa namanya di absen ini.
Setelah mengecek nama-nama absen di sana. Dan merasa sia-sia. Irwan mengembalikan kertas absen itu kepada Pak Ketua.
Diingatnya kembali memang cara berbicaranya saat itu sangat terdengar kasar. Karena Irwan juga tidak memiliki pengalaman cara bagaimana menyikapi perempuan. Apalagi keadaannya waktu itu juga saat membuat Irwan emosi.
Irwan menjadi merasa bersalah pada nona.
Dia mencoba melihat kesana kemari juga tidak terlihat sosoknya.
Memikirkan pendapat Budi tadi sore membuat Irwan semakin kepikiran atas keberadaan gadis itu.
Irwan duduk di ruangan kamarnya. Memikirkan keberadaan nona yang tidak terlihat dan kejadian api yang meledak di dalam hutan layaknya bom. Membuat Irwan terus memikirkannya.
Bagaimana jika Dia meninggal karena permintaannya, atau bunuh diri karena permintaannya.
"Temukanlah Aku dengannya sekali lagi Tuhan" gumam Irwan.
"Agar Aku tidak merasa kepikiran" gumam Irwan.
Pats
Gadis itu tiba-tiba berdiri di belakang Irwan.
"Saya tahu, Tuan adalah orang yang lembut" kata gadis itu.
Braakkkkk
Karena kaget, Irwan terjatuh dari tempat kamar tidur.
"Astaga nona, mulai kapan Kamu di sini?" kata Irwan.
"Mulai Tuan memanggil Saya" jawab gadis itu.
Blekkk
Tiba-tiba Gadis itu terhuyung jatuh pingsan. Melihat demikian, Irwan segera menangkapnya.
Memang penampilan gadis itu benar-benar sedang berantakan.
Darah mengalir di daerah wajahnya. Tangan yang luka dan penuh tanda memar.
Melihat pemandangan ini membuat Irwan syok dan terkejut.
Tanpa berpikir panjang, Irwan mengangkat gadis itu ke ranjang istirahatnya.
"Nona, sadarlah!" kata Irwan.
Segera Irwan mencari kain perca dan air untuk membersihkan luka gadis itu.
"Bagaimana nona ini mengalami banyak luka seperti ini" gumam Irwan.
"Tapi, jika dipikir-pikir bagaimana Dia bisa tiba-tiba berada di belakangku?" gumam Irwan.
"Jelas-jelas tadi tidak ada satu orang pun yang masuk lewat pintu kamar" gumam Irwan.
Tok, tok, tok,
Tak lama ada seseorang yang mengetuk pintu kamar Irwan.
Irwan yang pernah mengalami tuduhan di tenda malam lalu.
Jika sekarang ada seseorang yang melihat gadis itu di ranjang Irwan lagi.
Tentu Irwan tahu, reaksi apa yang akan dikatakan oleh Mereka.
Dengan bergegas Irwan mengunci pintu kamar terlebih dahulu.
Lalu memikirkan bagaimana Dia bertindak.
"Gawat, bagaimana ini? Aku harus menyembunyikan" gumam Irwan.
"Wan, Kamu di dalam?"suara dari luar pintu kamar.
"Iya tunggu sebentar, Saya masih ganti pakaian" jawab Irwan.
Irwan bergegas mencari selimut untuk menutupi gadis yang penuh luka itu.
"Selimut, mana selimut" kata Irwan.
Setelah menoleh ke sana- kemari Akhirnya selimut itu ketemu di bawah lantai tepatnya diantara tas ranselnya.
"Itu dia" kata Irwan.
Dengan cepat Irwan menutupi tubuh gadis itu.
Lalu membuka pintunya.
"Ada apa?" tanya Budi dengan menahan pintu kamarnya.
Budi yang masih berdiri di depan pintu. Tetap menabrak Irwan untuk masuk ke kamarnya. Tapi Irwan menahan dorongan itu.
"Kenapa Aku tidak boleh masuk?" kata Budi.
"Katakan saja ada apa? barangku masih berantakan di dalam kamar" kata Irwan.
"Bukankah sudah biasa memang berantakan?" kata Budi.
Budi tetap menabrak Irwan untuk masuk ke dalam kamarnya.
Tapi Irwan tetap saja menahannya.
"Ada yang Kamu sembunyikan ya?" tanya Budi curiga.
"Tidak, Aku hanya ,,, " kata Irwan.
"Kalau tidak, minggir Aku mau mengobrol dengan rebahan di ranjangmu" kata Budi.
Dengan kekuatan penuh Budi menabrak Irwan dan mampu merobohkan pertahanan Irwan lalu masuk ke kamar.
"Tu, tunggu,,,!!!" kata Irwan mencegah Budi yang akan merebahkan dirinya ke ranjang.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Lee
Selalu saja Budi yg jones mengganggu...😂😂
2024-04-24
1
Dewi Payang
kebayang gimana rusuhnya Irwan cari selimut😁
2024-03-08
2
Dewi Payang
Apa mereka bukan manusia biasa?
2024-03-08
2