Bab 2: Perjalanan

Irwan yang mengingat perkataan Ayahnya saat bertengkar dengan Ibunya. Membuat Irwan memaksakan dirinya untuk melakukan hal yang kadang di luar batas jangkauannya.

Hanya demi memenuhi keinginan untuk mengangkat derajat kedua orang tuanya.

"mengangkat derajat orang tua ya,,,!" gumam Irwan dengan sikap pasrahnya menyusuri jalanan pulang.

Tak terasa dengan tatapan kosongnya, Irwan berjalan tiba-tiba telah sampai di rumah.

Sebelum masuk, Irwan berdiri tegak sejenak memandang rumahnya yang sederhana. Rumah yang berdiri sudah bertahun-tahun dari Irwan kecil. Kini terlihat mulai tampak reot dan kusam dari luar.

Dengan tenaganya yang lemas Irwan masuk ke rumah.

"Sudah pulang Kamu?" sapa Ibu Irwan.

"Iya begitulah" jawab Irwan.

"Irwan, bagaimana? apa Kamu sudah mencari pekerjaan paruh waktu yang pernah Ibu sarankan padamu waktu lalu?" tanya Ibu Irwan.

Seketika Irwan teringat bagaimana Dia sudah ditolak dan gagal beberapa kali saat mengajukan lamaran sebagai pekerja paruh waktu di beberapa toko atau koperasi.

"Itu, ,,, masih sulit jika mencari pekerjaan paruh waktu Ibu. Apalagi Irwan harus menyesuaikan jadwal Irwan kuliah. Tentu saja sulit menemukan pekerjaan seperti itu" jawab Irwan.

"lalu Kamu tadi darimana? Jangan bilang Kamu pulang terlambat karena dari kumpulan Komunitas Penulis itu?" kata Ibu.

"iya Irwan dari sana. Dan akan diadakan tamasya di Komunitas itu" jawab Irwan.

"apa? Sudah Ibu bilang kan penulis itu gajinya sedikit. Boro-boro dapet gaji. Mendapat gaji saja itu sudah bersyukur. Ibu menyekolahkanmu itu agar Kamu bisa enak mencari uang Irwan" kata Ibu Irwan.

"tapi apa salahnya sih Bu, Irwan juga senang menulis" jawab Irwan.

"dan apa katamu tadi? Tamasya? Kamu tidak usah ikut. Kita tidak punya uang lebih untuk biaya itu. Lebih baik Kamu cepat mencari pekerjaan paruh waktu, jangan justru bermain-main" kata Ibu.

"maunya Irwan begitu, tapi Budi memaksa Irwan. Irwan tidak akan meminta uang saku dari Ibu kok" kata Irwan.

"ya seharusnya memang begitu, Kamu itu sudah besar dan harus bisa menghidupi diri sendiri" kata Ibu Irwan.

"ya iya, Irwan mengerti" jawab Irwan singkat.

Irwan berjalan menuju kamarnya dan menghempaskan badannya ke ranjang untuk beristirahat.

"Hah,,,, menjadi dewasa ternyata sangat tidak enak rasanya" gumam Irwan.

"andai saja ada sebuah keajaiban dari Tuhan" gumam Irwan.

Pandangan mata Irwan samar-samar menghilang dan berubah menjadi hitam.

Karena merasa badannya terlalu lelah akibat pikiran yang serba campur aduk. Dengan mudahnya Irwan tertidur pulas saat itu.

...****************...

5 hari kemudian,

Hari ini adalah jadwal keberangkatan anggota Komunitas Panglima Penulis Tamasya ke Pulau Sempu.

"wah, wah, mari Kita bersenang-senang hari ini dan mencari udara segar setelah bergelut dengan pikiran!!!!" suara lantang ketua Komunitas PP.

"ya,,, iya mari Kita bersenang-senang hari ini" sontak anggota lainnya.

Semua Anggota yang ikut sudah membawa barang-barang bawaan di dalam kopernya.

Para Anggota Komunitas yang ikut Tamasya masuk ke bus yang telah dipesan khusus untuk mengantar perjalanan Mereka.

Dari melihat cara berpakaian dan barang bawaan peserta, dapat dilihat bahwa Anggota yang lain telah mempersiapkan secara matang dalam perjalanan ini. Kecuali satu orang, yaitu Irwan.

Dia hanya membawa tas selempang kecil yang setia bertengger di pundaknya dan hanya berisikan dompet dan ponsel.

Sedangkan Budi membawa barang banyak seperti anggota lain, termasuk baju ganti, peralatan mandi, dan makanan camilan.

Melihat sahabat karibnya Irwan datang dengan apa adanya. Budi mengerti, jika Irwan memang sebenarnya tidak ingin ikut sama sekali dalam acara Tamasya ini.

"Kamu benar-benar kelihatan tidak niat" kata Budi.

"ya bagaimana lagi, karena pemaksaan dari seseorang akhirnya kakiku terpaksa berjalan kemari" kata Irwan.

"ya, iya, karena Aku yang mengajakmu, Aku akan mentraktirmu makan nanti" kata Budi.

"Kamu memang sahabatku terbaik" kata Irwan dengan tersenyum lepas dan merangkul teman karibnya satu tangan pada pundaknya.

"tapi dengan satu syarat" kata Budi.

Mendengar ada syarat dari traktiran teman karibnya itu, senyum Irwan yang terlukis lebar tadi seketika berubah menjadi kecut seketika. Diiringi gerakan melepaskan rangkulan tangannya tadi.

"Saya tarik kata-kataku tadi deh" kata Irwan.

"hei jangan bilang begitu. Syarat ini gampang banget kok" kata Budi.

"katakan apa syaratnya?" kata Irwan.

"Kamu nanti harus menemaniku jalan-jalan mengelilingi Pulau oke? Karena Aku ingin menikmati hingga puas atas keindahan di Pulau itu hingga ke sudut-sudutnya" kata Budi.

"tawaran yang bagus. Aku setuju" kata Irwan.

"sepakat" kata Budi.

...****************...

Perjalanan pun dilakukan hingga memakan waktu 5 jam perjalanan.

Semua Anggota duduk manis di kursi duduknya masing-masing. Ada yang tertidur, ada yang melihat ke arah jendela bus, ada juga yang sedang lapar menikmati mie instan di dalam cup.

Setelah sampai, Anggota menyiapkan diri Mereka masing-masing dengan barang bawa'an Mereka.

Tak lupa beberapa juga ada yang menyewa tenda piknik.

Mereka benar-benar ingin menikmati suasana alam kali ini.

"wah,,, akhirnya Kita sampai" kata salah satu anggota.

"Untuk para anggota, Kita belum sampai ke tempat tujuan Kita. Kita akan sampai ke Pulau setelah menyebrang laut dengan kapal. Jadi, kendaraan Kita selanjutnya adalah menaiki kapal. Paham semua???" ungkap Ketua Komunitas.

"paham" jawab anggota.

"Jangan sampai ada anggota yang tertinggal, Kita akan menaiki kapal dalam satu kali keberangkatan" kata Ketua Komunitas.

"Baik" jawab anggota serentak.

Melihat kapal penumpang yang besar dan megah membuat Irwan memikirkan besar biayanya untuk melakukan perjalanan ini.

"Bud, bukankah Aku ikut Tamasya ini dengan uang yang Kamu utangi?" ucap Irwan.

"Iya, kenapa?" kata Budi.

"sepertinya Aku harus bekerja dalam 6 bulan untuk melunasinya" kata Irwan.

"Jangan dipikirkan, Aku tidak akan memaksamu untuk membayar cepat. Aku juga tidak akan memberimu bunga. Jadi nikmati saja hari ini oke?" kata Budi.

"Cih, dasar bedebah gila" kata Irwan.

"Seharusnya Kamu berterima kasih padaku, apakah kata-kata kasar itu yang harus telingaku dengar. Hm?" kata Budi menggoda Irwan.

"Kamu yang seharusnya berterima kasih padaku. Kalau saja Kamu tidak memaksaku, Aku tidak harus bekerja keras untuk melunasi utang ini" kata Irwan.

"Ha, ha, ha, ha, iya maaf Irwan. Bukankah Kita belahan jiwa?" kata Budi.

"Belahan jiwa apanya sih, dasar bedebah gila!" kata Irwan.

"ha, ha, ha, ha, ha, ha," kata Budi terkekeh.

"Kalian memang sangat serasi" kata salah satu anggota lain tak sengaja menyimak percakapan Mereka berdua sejak tadi yang berada di sebelah Irwan.

"Terimakasih kakak" kata Budi dengan tersenyum.

"Darimana serasinya?" gumam Irwan.

Ya, tak dipungkiri kadang Irwan merasa minder terhadap teman karibnya Budi. Budi adalah seorang anak konglomerat. Menjadikan jika Budi menginginkan sesuatu tentu Dia tidak memikirkan dana yang akan digunakannya. Beda dengan Irwan, setiap Irwan hendak mengambil keputusan untuk membeli atau menginginkan sesuatu, Dia harus memikirkan uang yang Dia punya, Dia juga harus memilih-milih barang yang benar-benar Dia perlukan atau tidak. Jadi, Irwan terlatih pintar mengelola uang dari sejak kecil. Namun, hal ini membuat terbentuknya sikap dingin namun bijaksana dalam dirinya.

...----------------...

Terpopuler

Comments

aq jd penulis juga ga ada dukungan. ortu tak mau aq jd penulis ya karena alasan ini tp menulis bagiku bisa melepaskan stres

2024-04-08

1

𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🍁🦂⃟τᷤяᷤιᷫαꪶꫝ𝓐𝔂⃝❥❣️

𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ🍁🦂⃟τᷤяᷤιᷫαꪶꫝ𝓐𝔂⃝❥❣️

kasihan Irwan tapi untunglah punya teman baik kayak Budi yg mau kasih utangan buat healing bersama sama komunitas penulis

2024-04-03

1

Ai

Ai

Berteman beda status sosial (kaya dan berkecukupan) terkadang agak sulit memang

2024-04-01

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!