Bab 20

Shafa memukul setirnya setelah masuk mobil. Kejadian tadi sudah berulang kali ia dapatkan dan baginya sangat kampungan. Namun tetap saja yang namanya pengkhianatan jelas menyakitkan. Shafa merasa dia tak melakukan yang melanggar peraturan dalam berpacaran tetapi selalu dicurangi dengan pasangan.

Padahal di awal jelas Shafa sudah mengingatkan pada Ratu dan wanita itu pun tau bagaimana kisah percintaannya. Namun hanya karena perhatian yang mulai terbagi sedikit, begitu mudah bermain api di belakangnya.

"Gue sebenernya salah apa sich? Hidup gue perasaan jagain jodoh orang terus. Mana ujungnya dibohongi. Apes bener," gumam Shafa lalu mengacak rambutnya. Malam ini ia memutuskan untuk sejenak mampir ke club malam. Shafa ingin melupakan sakit hatinya dengan alkohol dan nikotin yang membuat kepenatan sedikit hilang.

"Tumben kemari? Gue kira udah tobat dan lupa jalan pulang," ucap teman satu geng yang juga pemilik club malam itu.

"Lagi pusing aja, lagian emang gue ngapain kudu tobat? Minum juga nggak abis sebotol. Buat angetin badan doang," sahut Shafa kemudian menghisap kembali nikotin yang ada di jemarinya.

"Emang tempat pelampiasan masalah tuh di mari. Ratu nggak loe ajak?" tanyanya lagi.

"Aman sama Revan," sahut Kashafa.

"Aish... Gue tau sekarang. Loe datang karena diselingkuhin sama Ratu? Lah kan emang Revan dari dulu udah cinta sama cewek loe. Gue udah pernah ingetin kali."

"Dulu kan Ratu maunya sama gue. Perasaan nggak bisa dipaksa juga kali. Eh sekarang malah jatuhnya ke Revan juga. Udahlah nggak usah dibahas! Nambah-nambahin pala gue mau pecah aja loe."

"Sakit hati lagi aja, nambah nggak?" tanya Pandu hendak meminta pada bartender untuk mengambilkan satu botol lagi.

"Cukup! Gue nggak mau diamuk Bokap, Bro. Loe tau Bokap gue."

"Lagian loe salah main ke sini. Udah tau anak ustadz, frustasi malah kesini. Masjid sono!"

"Ya udah gue balik lah, lumayan anget ke badan!" Shafa pun beranjak dari sana. Dia tak ingin keterusan hingga mabuk. Bisa tercium nanti ke hidung sang Papah jika aroma alkohol menyengat.

Kashafa kembali melajukan mobilnya dengan keadaan sadar tanpa mabuk sedikitpun. Cukup bisa mengontrol diri sampai di rumah dengan selamat.

"Hachie! Kok loe belum tidur?" tanya Shafa saat dia mendapati Salsabila yang berlari membuka pintu. Padahal dia baru saja turun dari mobil.

"Abang kemana aja jam segini baru pulang?" tanya Salsabila dengan tatapan menyelidik. Ternyata dia tak bisa tidur saat tau Shafa belum kunjung sampai rumah padahal sudah lewat larut malam.

Sejak tadi dia hanya mondar mandir tanpa bisa menghubungi karena memang belum memiliki ponsel lagi. Ingin menghubungi dengan telepon rumah pun takut nanti mengganggu penghuni rumah yang lain. Lagipula dia tak tau nomor ponsel Shafa.

"CK, gue kan udah bilang pulang maleman. Ngapain juga ditungguin. Mau saingan sama Pak satpam depan noh? Masuk!" Shafa mendorong tubuh Salsabila untuk masuk kembali. Keduanya melangkah bersama tak lupa mengunci pintu rumah.

"Hhmm... Mulut Abang bau apa sich? Nggak enak banget diciumnya. Sanaan ikh! Abang abis makan bawang sekilo ya?" tanya Salsabila dengan menutup hidungnya sedangkan Shafa menggelengkan kepala mendengar pertanyaan Salsabila.

"Amnesia boleh tapi jangan loe samain bau minuman sama bau bawang, Neng! Beda! Udah sana tidur! Abang udah pulang. Tenang kan sekarang?" Shafa meminta Salsabila untuk segera masuk kamar. Dia mendorong tubuh gadis itu dengan memegang kedua pundaknya.

"Abang nakal aku bilangin Om Regan loh!"

"Nggak usah ngadu! Cuma dikit ngilangin pusing. Besok nggak lagi. Udah sana jangan bawel!" Shafa cukup terharu saat tau Salsabila masih menunggu. Dia mengacak gemas pucuk kepala gadis itu lalu melangkah meninggalkannya menuju kamar.

"Dasar Abang!" gumam Salsabila kemudian menutup pintu kamarnya.

...****************...

"Mamah tumbenan udah cakep bener pagi-pagi begini. Mau kemana?" tanya Shafa dengan tampilan yang masih berantakan. Baru bangun sudah menguasai meja makan karena semalam tak sempat makan.

"Mau ikut Papah menjenguk istri dari rekan bisnisnya. Kalau siangan kan ada kunjungan ke sekolah. Maklum Ibu Kepsek mau keliling dulu," jawab Mamah bercanda.

"Hhmm... Bilang aja mau sidak. Ya udah hati-hati dech. Nanti aku ada pemotretan."

"Hachie kamu ajak kan?" tanya Mamah Kaira yang tak tega jika Salsabila di rumah sendirian sedangkan beliau pulang petang karena tak hanya satu dua sekolah yang dikunjungi. Mamah Kaira pun berkunjung ke madrasah milik sang Papah.

"Kerja Mah, biar di rumah aja. Kasihan panas dan debu. Nanti cemong lagi."

Shafa segera sarapan, dia menoleh ke arah kamar Salsabila. Belum terlihat batang hidung gadis itu pagi ini. Mungkin karena semalam tidur lewat jamnya membuat Salsabila kesiangan.

"Ya udah Mamah Papah berangkat dulu!"

"Loh aku sarapan sendirian ini?" tanya Shafa saat kedua orang tuanya justru bergegas pergi.

"Tadi Mamah sudah duluan sama Papah. Kamunya aja yang kesiangan," sahut Sang Papah membuat Shafa heran, sudah pukul berapa sekarang? Dia menoleh ke arah jarum jam yang ternyata sudah pukul delapan. Namun bukan itu masalahnya. Kembali Kashafa ingat akan Salsabila yang belum kunjung keluar kamar.

"Udah siang masih molor itu anak," gumam Shafa kemudian menoleh ke arah kedua orang tuanya. "Hati-hati Mah, Pah!"

"Iya, kamu juga nanti. Assalamualaikum," ucap salam Mamah dan Papah berbarengan.

"Waalaikumsalam.."

Shafa pun beranjak dari duduk setalah kedua orang tuanya berangkat. Dia mengetuk kamar Salsabila berulang kali untuk membangunkan gadis itu.

"Lama banget, baru bangun?" tanya Shafa setelah Salsabila membuka pintu.

"Abang bangunin aku? Aku udah bangun dari tadi tapi mules. Makanya belum keluar kamar." Terlihat Salsabila sudah mandi dan rapi. Rambutnya pun masih basah dan wangi akan sampo.

"Sarapan dulu! Minum teh manis hangat buat nggak sakit perutnya."

"Perhatian banget, nanti kalau aku sudah pulang terus kangen gimana?" ledek Salsabila kemudian mengikuti langkah Shafa yang balik ke meja makan.

"Siapa?" tanya pria itu.

"Abang," jawab Salsabila singkat lalu duduk di kursi dan meraih minum.

"Loe kali yang kangen sama gue," sahut Shafa.

"Oh iya ya. Kan kangennya Abang cuma buat Kakak sexy." Salsabila meminum teh hangat yang sudah tersedia lalu mengisi piringnya dengan nasi goreng buatan Bibi.

"Ck, nggak usah bahas dia."

"Kenapa?" tanya Salsabila yang kini memperhatikan Shafa. Terlihat sewot sekali membuat Salsabila penasaran.

"Nggak penting, udah sarapan jangan banyak tanya! Berasa lagi konferensi pers gue."

"Abang putus ya?" tebak Salsabila.

"Apaan sich, nggak usah bahas!"

"Ikh iya Abang putus, pantas saja semalammmm... Abang!" Salsabila mengusap bibirnya yang tiba-tiba dia sentil oleh Shafa.

"Berisik! Mau gue putus atau nggak suka-suka gue. Yang penting loe sehat gue udah seneng lihatnya."

"Akh... Abang tombol dong berarti," ledek Salsabila lagi dengan terkekeh menatap Shafa.

"Jomblo bukan tombol! Ngomong aja nggak benar, mau ngeledekin gue. Diam!" titah Shafa lalu melahap makanannya.

Terpopuler

Comments

Rohad™

Rohad™

Prihatin dengan keadaan Shafa 🤦‍♂️😓

2024-03-15

0

wahyunidarwanti2

wahyunidarwanti2

ortunya shafa kenal dong sma ortunya sabil

2024-03-02

1

Yuliana Purnomo

Yuliana Purnomo

coba nanti pak Wiratama nunjukin foto Salsabila ke papa Regan,,biar ketemu gitu

2024-02-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!