Bab 10

"InsyaAlllah aku bisa, Pah."

"Jangan dipaksa jika kamu pun tidak mampu. Bisa naik ojek saja. Papah tidak mau terjadi sesuatu sama kamu," ucap Papah yang mengkhawatirkan putranya.

Beliau pun segera berangkat sedangkan Shafa menatap motor yang dulu selalu menemaninya kemanapun tetapi setelah kejadian kecelakaan waktu itu membuatnya meninggalkan motor kesayangannya.

Namun mengingat Salsa yang takut menaiki mobil, terpaksa ia pun harus melawan rasa takut yang selama ini ia rasakan.

"Udah siap?" tanya Kashafa pada Salsa yang masih berada di meja makan.

"Sudah bang," jawab Salsa lalu beranjak dari duduknya. Gadis itu segera melangkah mendekati Shafa tetapi dihentikan oleh Shafa yang sejak tadi diam memperhatikan penampilan Salsa.

"Kenapa Shafa? Hachie cantik 'kan?" tanya Mamah Kaira yang kini memperhatikan putranya. Beliau tau kemana arah tatapan putranya.

"Cantik Mah, tapi aku tuh naik motor. Kenapa pakai dress udah kayak mau kondangan?" tanya Shafa membuat Mamah terkejut.

"Kamu bawa motor? Yakin?" tanya Mamah hingga beranjak dari duduknya.

"Iya Mah. Hachie ganti celana sana!" perintah Shafa pada Gadis itu. Salsabila pun menurut lalu kembali masuk kamar untuk mengganti pakaiannya. Sementara Mamah mendekati Shafa untuk memastikan sesuatu.

"Kenapa nekat? Mamah tidak mau kamu kenapa-kenapa, Nak!" ucap Mamah dengan menatap lekat putranya.

"Aku baik-baik saja, Mah. Tak perlu mengkhawatirkan aku." Kashafa melangkah masuk kamar untuk mengambil tas dan juga kameranya.

Tanpa sengaja dia menyenggol sesuatu dari atas meja kerjanya hingga terjatuh ke lantai.

Kashafa menunduk meraih benda itu. Dia terdiam berjongkok menggenggam kuat. Teringat semua akan kejadian yang pernah ada membuat dadanya sesak. Keringat pun mulai muncul tetapi dengan cepat Shafa menggelengkan kepala menghalau semua pemikiran yang timbul dengan rasa bersalah semakin menggebu.

"Maaf..."

Shafa menarik nafas dalam lalu beranjak dari sana. Dia segara menemui Salsabila yang menunggunya di bawah.

"Nah gini kan lebih oke, ayo!" ajak Shafa. Lebih dulu mereka pamit dengan Mamah Kaira.

"Berangkat, Mah."

"Hati-hati Shafa," ucap Mamah Kaira khawatir. Salsabila pun segera pamit pada beliau. "Salsabila pegangan Abang ya. Jangan direnggangkan sampai tempat tujuan!" ucap Mamah Kaira mengingatkan.

"Iya Tante." Sabil pun segera menyusul Kashafa yang sudah menyalakan motornya. Gadis itu sempat terdiam sejenak saat melihat kendaraan yang akan digunakan Shafa. Dia melihat penampilannya lalu tersenyum ke arah motor itu. Seakan sesuatu hal yang tak pernah ia coba dan kini membuatnya terlihat girang.

"Kita naik ini, Bang?" tanya Salsabila dengan kedua mata berbinar.

"Iya, jangan bilang loe takut juga. Kalau sampai iya kita naik odong-odong aja sekalian," sahut Shafa sekenanya.

"Mau Bang," ucap Salsabila dengan senyum mengembang.

Sontak membuat Kashafa menoleh ke arah gadis itu. "Mau naik odong-odong?" tanya Shafa dengan mulut yanga menganga setelahnya.

"Naik motor Abang. Odong-odong tuh apa?" tanya Salsabila dengan dahi yang mengkerut.

"Ini lagi odong-odong nggak tau. Ya udah naik! Nggak usah loe pikirin tuh di odong. Nggak penting!" titah Shafa. Pria itu pun menatap sejenak motornya sebelum ia kembali menaiki setelah bertahun-tahun tak pernah lagi.

"Bismillah..." Shafa menarik nafas dalam lalu menaikinya. Rasa tak ada yang berubah, hanya saja jantungnya berdebar kuat. Berulang kali dia menarik nafas dan menghembuskannya dengan perlahan hingga debaran itu mulai berkurang. Namun masih cukup membuat kedua tangannya bergetar.

Salsabila pun mulai naik. Senyumnya terus mengembang kemudian mendekap tubuh Shafa membuat pria yang sedang bersusah payah mengatur diri tersentak melihat ke arah tangan Sabil yang begitu kuat berpegangan.

"Neng bisa direnggangin dikit nggak, Neng? Kok engap ya?" tanya Shafa yang merasakan dadanya begitu sesak.

"Hehe takut jatuh, Abang."

Kashafa terdiam mendengar ucapan Salsabila. Kedua matanya terpejam saat bayangan akan kecelakaan itu melintas di pikirannya. Tak sadar Shafa merapatkan tangan Salsabila membuat gadis itu melirik ke arahnya. Namum Shafa tak tau dengan apa yang ia lakukan. Fokusnya kini hanya untuk menguasai diri agar kembali mampu mengendarai motor itu lagi.

Shafa mulai melajukan motornya tetapi terasa begitu pelan. Salsabila pun heran. Dia melihat sekitar dan mereka masih berada di halaman tak kunjung keluar pagar.

"Abang memangnya kalau naik motor begini ya, Bang? Kok sepertinya ada yang salah ya, Bang?" tanya Salsabila dengan polos.

Shafa meringis mendengar pertanyaan itu. Dia melihat ke arah kaca spion. Di belakang masih ada Mamah yang memperhatikan kemudian melihat ke arah tangan Sabil yang begitu kencang memeluknya.

"Itu tadi belum mulai, Neng. Ini baru mau jalan, pemanasan dulu Neng biar nggak ngeper," kelit Shafa. Pria itu membuang nafas lalu melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Salsabila mulai kembali tersenyum bahagia. Dia ingin melepaskan pegangannya dan merentangkan kedua tangan tetapi Shafa berteriak tak mengijinkan.

"Hachie pegangan! Jangan bikin gue tremor dech," teriak Shafa pada Salsabila yang hanya terkekeh saja.

"Seru tau, Bang."

"Jangan norak, Hachie! Jangan bilang kalau loe nggak pernah naik motor!" seru Shafa lagi. Namun Salsabila tak menggubris. Shafa terpaksa mengendarai dengan satu tangan sedang tangan yang kiri terkadang kembali menyentuh tangan Salsabila untuk mengeratkan. Keringatnya mulai bercucuran. Andai bukan karena Salsabila, dia tak akan mengendarai motor lagi." Tanpa sadar mereka saling menyembuhkan.

Perjalanan yang ditempuh cukup lama. Tepatnya di daerah perkampungan yang masih tak jauh dari kota tetapi memiliki suasana yang asri. Sungainya masih bening dan tak ada sampah. Pas untuk foto, tetapi bukan itu tujuan mereka datang ke sana.

Shafa ingin mengembalikan memory Salsabila yang hilang. Berharap ada secerca asa setelah dia membawa gadis itu ke tempat dimana dia menemukannya.

Salsabila memegang peipisnya saat hampir sampai dan kini mereka mulai memasuki jembatan. Kepalanya mendadak sakit dan butir-butir ingatan akan jalanan ini kembali terlintas di pikirannya. Masih samar tetapi membuat senyum Salsabila luntur dan berubah menjadi ringisan akan kesakitan yang ia rasakan.

Shafa yang merasa ada yang tidak beres dengan Sabil segera menghentikan motornya tepat di atas jembatan itu. Shafa menoleh ke arah Sabil yang terlihat memegang kedua sisi kepalanya dengan mata terpejam.

"Loe kenapa? Ingat sesuatu? Dimana? Sakit banget ya?" cecar Shafa. Dia memutuskan untuk turun lalu mengambil botol minum yang ada di dalam tasnya dan memberikan pada Salsabila.

"Minum dulu!" Kashafa memberikan botol minuman itu langsung ke bibir Salsabila. Gadis itu pun menerima dan meminumnya.

Dada Salsabila terasa sesak saat kembali membuka mata dan melihat jembatan tepat dimana dia terperosok ke sungai. Meskipun hanya penggalan tetapi mampu membuat kepalanya berdenyut nyeri.

Terpopuler

Comments

Rini Musrini

Rini Musrini

sama² pernah trauma

2024-03-09

2

Susi Ismi

Susi Ismi

shafa trauma karna kecelakaa motor dan sabil trauma karna kekerasan

2024-02-12

1

🍁⒋ⷨ͢⚤ 🧡УШИ🧡Hiatцs𝆯⃟ ଓε

🍁⒋ⷨ͢⚤ 🧡УШИ🧡Hiatцs𝆯⃟ ଓε

Semoga ingatan Salsabila cepat pulih ya thor 👍
💪,semangat thor up lagi🙏

2024-01-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!