Bab 16

"Selamat pagi, Pak Regantara."

"Oh selamat pagi, Pak Wiratama. Silahkan duduk!" ucap Papah Regan saat klien yang ditunggu datang. Beliau pun meminta asistennya untuk menyiapkan minum untuk kliennya yang baru datang.

"Maaf Pak Regan jika meeting kita selalu tertunda. Saya sedang berduka. Jadi baru kembali aktif bekerja," ucap Pak Wiratama kemudian membenarkan kaca matanya.

"Tidak masalah, Pak. Kebetulan tidak ada kendala. Hanya ada berkas yang harus saya laporkan pada Bapak dan rencana untuk proyek kita ke depannya. Tapi maaf, ada kabar duka apa, Pak Wiratama? Saya tidak mendengarnya."

Pak Wiratama menarik nafas dalam. Beliau membuka kacamata lalu menyurut air mata.

"Anak saya hilang, diduga sudah tiada. Memang tak ada yang tau karena kabar ini tidak tersebar luas, tapi saya sudah berusaha melakukan pencarian. Tak kunjung ada titik temu," tutur Pak Wiratama menjelaskan pada Papah Regan.

"Innalilahi wainailaihi Raji'un... kenapa tidak berkabar, Pak?"

"Saya sudah sangat sibuk menenangkan istri saya yang terus bersedih dan juga mengurus pembatalan rencana pernikahan putri saya dengan calon suaminya, Pak Regan. Semua sudah disiapkan dan saya harus menghentikan."

"Saya turut berduka cita atas musibah yang menimpa, Pak Wiratama. Semoga Bapak dan keluarga diberi ketabahan. Jika belum bisa membahas pekerjaan, bisa diundur dulu, Pak. Saya mengerti kondisi, Bapak."

" Tidak apa-apa, Pak Regan. Sudah cukup saya membuat anda menunggu. Mari kita lanjutkan!" sahut Pak Wiratama dengan bijak.

Papah Regan mengangguk dan memulai pekerjaan mereka. "Silahkan diminum dulu, Pak!" ucap Pak Regan mempersilahkan Pak wiratai untuk minum terlebih dahulu sebelum memulai.

"Terimakasih, Pak."

...****************...

"Bagaimana? Sudah mulai mengingat, Neng?" tanya Kashafa yang kini mengajak kembali Salsabila ke tempat dimana gadis itu ditemukan.

"Sedikit, Bang. Ya, aku ingat pernah kesini. Di jembatan ini ...." Salsabila terdiam merasakan sakit di kepalanya. Shafa pun segera mendekat dan meraih pundak Sabil.

"Sabar, pelan-pelan! Kita cari makan dulu yuk!" ajak Shafa agar Sabil lebih rileks. Sudah hampir dua bulan dan mulai ada sedikit perkembangan meskipun harus secara perlahan. Namun Shafa begitu sabar membantu Salsabila untuk mengingat.

"Kalau Abang terus sama aku begini. Apa nggak kasihan dengan Kak Ratu?" tanya Salsabila yang kini sudah masuk mobil. Setelah malam itu Salsabila sudah mulai mau menaiki mobil Shafa lagi. Meskipun bayangan yang menyakitkan hadir tetapi gadis itu mencoba mulai memahami.

Shafa pun selalu mendampingi dan mengawasi agar Salsabila bisa mengontrol diri. Pria itu pun sudah memeriksakan lagi kondisi Salsabila ke dokter dan mengikuti berbagai terapi.

"Nanti gue temuin dia lagi."

"Maaf ya Bang karena aku hubungan Abang dan pacar sexy Abang merenggang," ucap Salsabila tak enak hati. Dia semakin memahami akan hubungan Shafa dan Ratu.

"Udah yang penting loe sembuh dulu. Biar gue juga jadinya plong. Lega gitu udah pulangin loe. Gue kepikiran sama orang tua loe. Kasihan mereka, loe ingat kan gimana Mamah kalau gue pulang telat. Ngocehnya udah kayak jalan tol nggak habis-habis. Gimana loe yang notabene perempuan dan nggak pulang-pulang. Mau gue pajang di medsos juga gue ngeri loe diculik malahan."

Salsabila mengangguk menatap sendu. Dia memperhatikan Shafa yang tulus membantu. Itu pun yang membuatnya semakin bersemangat untuk mengingat kembali.

"Abang nemuin aku pas lagi apa? Maksudnya aku posisi gimana?"

"Gue lagi ambil foto dan loe jatuh terus kepala loe itu kena batu. Mungkin itu yang buat loe gagar otak."

Salsabila mengangguk paham kemudian kembali menatap Shafa yang fokus dengan jalan.

"Kenapa nggak reka adegan, Bang?"

"Maksud loe?" tanya Shafa laku menoleh sekilas dan kembali fokus ke depan.

"Aku ulangin kejadian itu."

"Biar apa? Biar kepala loe kena batu terus loe ingat semaunya gitu?" tanya Shafa yang dianggukki oleh Salsabila. "Bukan inget malah bablas meninggoy, Neng. Nggak usah aneh-aneh pikiran loe! Dokter kan juga bilang paling nggak tuh enam sampai sembilan bulan. Ini baru sebulan lebih loe udah ada perkembangan tuh udah bagus."

Salsabila kembali mengangguk lalu turun setelah mobil sudah berhenti di depan salah satu restoran. Gadis itu pun mengikuti langkah Shafa yang mulai melangkah masuk resto.

Shafa pun segera memesan makan untuk mereka berdua. Keduanya segera melahap setelah makanan datang. Shafa sengaja memesan kentang goreng sebagai menu tambahan takut Salsabila kurang kenyang.

"Makan belepotan begini, Neng!" Shafa mengusap bibir Salsabila yang terkena saos. Tak seperti adegan FTV yang akan terdiam dan terkesima. Salsabila justru memanyunkan bibirnya yang membuat Shafa gemas melihatnya.

"Tuh bibir biasa aja!" Shafa menekan bibir Salsabila dengan tisu yang ia pegang.

"Abang!" sewot Salsabila lalu memukul dada Shafa. "Bibir aku, Bang! Bilang kalau mau lagi."

"Mau apa? Nggak usah ngarang! Makan!" titah Shafa lalu kembali fokus pada makanannya.

Salsabila terkekeh melihat tanggapan Shafa lalu menggoda pria yang penyelamatnya.

"Abang udah sering ya? Kak Ratu pasti sudah sering Abang unyel-unyel. Ngaku, Bang!"

"Nggak usah banyak ngomong! Cepet makan! Gue tinggal loe ntar," sahut Shafa dengan tatapan sengit. Namun wajah Salsabila yang menggoda membuatnya geregetan lalu mengacak rambut gadis itu.

"Abang berantakan rambut aku!" rengek Sabil.

...****************...

"Gimana? Loe lihat sendiri kan?"

Ratu menarik nafas dalam saat melihat kembali kedekatan Shafa dengan Salsabila. Dia menatap wajah sahabatnya yang mana juga sahabat dari Shafa.

"Sakit," ucap Ratu lirih lalu memeluk tubuh Revan yang kini menemaninya makan setelah ada pemotretan tak jauh dari lokasi tempat Sabil dan Shafa singgah. Tak menyangka juga bisa melihat Shafa di tempat yang sama saat makan siang.

"Loe cinta banget sama dia?"

"Banget, Van. Loe kan tau." Ratu menahan isak tangisnya tak ingin membuat pelanggan yang lain memperhatikan mereka.

"Padahal gue juga cinta sama loe sedangkan Shafa sejak awal nggak cinta-cinta amat. Ya jangan heran kalau dia gampang tergoda."

Ratu melepaskan pelukannya lalu menatap wajah Revan. Dia mengusap air matanya lalu kembali menoleh ke arah Shafa yang berada di sisi pojok terhalang sekitar lima meja darinya.

"Gue yakin kok sekarang dia udah cinta sama gue. Shafa itu setia, tapi cewek itu yang buat dia lupa sama gue. Dia terlalu sibuk sampai nggak ada waktu buat gue. Gue yakin kok kalau tuh cewek nggak ada. Shafa nggak akan kayak gini."

Revan menggelengkan kepala menatap Ratu yang tak pernah mau sadar jika membuka hati Shafa tak semudah yang ia bayangkan. Shafa yang mencoba memberi peluang belum tentu sudah jatuh cinta pada Ratu.

"Iya nggak sich? Gue nggak bisa diam aja dong. Gue harus tegas sama tuh Gadis amnesia biar nggak terlalu manja sama cowok orang."

"Nggak usah mulai-mulai! Loe mau buat Shafa ngamuk?" tanya Revan yang juga ingin mengingatkan.

Terpopuler

Comments

Tri Handayani

Tri Handayani

klu kamu memang cinta sama ratu berusaha lbh keras lg revan,biar ratu bsa membalas perasaan kamu dn shafa bsa dg sabil,adanya cinta karena terbiasa bersama.

2024-02-03

2

🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈

🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈

hayo siap tuh

2024-02-02

1

🍁⒋ⷨ͢⚤ 🧡УШИ🧡Hiatцs𝆯⃟ ଓε

🍁⒋ⷨ͢⚤ 🧡УШИ🧡Hiatцs𝆯⃟ ଓε

Makasih thor up nya sudah menghadirkan pemeran lainnya
semangat...💪
lanjut thor..

2024-02-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!