Bab 18

"Yuuhuuuuu.... Abang seru banget!" teriak Salsabila dengan merentangkan kedua tangannya. Kini mereka tengah menikmati suasana sore. Shafa mengajak Salsabila jalan-jalan sesuai yang gadis itu inginkan dengan mengendarai motornya.

"Pegangan! Jangan gitu tangannya nanti jatuh!" Shafa berdecak lalu menggelengkan kepala melihat tingkah Salsabila. Sudah ia katakan jangan melepas pegangannya tetapi gadis itu malah sengaja sekali membentangkan kedua tangan.

"Beneran katrok ini anak," gumam Shafa.

Salsabila pun hanya terkekeh melihat sikap Shafa yang geregetan dengan wajah tegang. Dia kembali duduk dengan benar lalu kembali berpegangan erat. Tangannya melingkar di tubuh Shafa membuat pria itu kembali tenang.

"Abang masih takut?" seru Salsabila. Dia melirik wajah Shafa dari samping.

"Siapa bilang gue takut? Nggak ada yang takut. Nggak usah ngarang!" sahut Shafa tak kalah seru.

"Aku tau Abang selalu tegang kalau naik motor. Abang takut kan? Abang masih belajar ya? Abang pemula?" cecar Salsabila pada Shafa yang acuh menanggapinya.

"Tiang listrik noh tegang! Enak aja baru ajaran. Udah nggak usah banyak tanya. Cukup diam dan nikmati aja. Katanya tadi nggak boleh naik motor sama Mamah. Jangan-jangan loe aslinya anak mamah ya?" tanya Shafa yang kini menepikan motornya di depan tukang cilok.

"Kalau bukan anak Mamah terus anak siapa, Bang? Anak papah? Eh anak Papah juga. Anak ayam juga kan nggak mungkin. Aku dilahirkan bukan menetas 'kan bang?" tanya Shafa dengan wajah polosnya.

Shafa terdiam sejenak, "benar juga ya. Kan yang melahirkan Mamah bukan Papah. Bikinnya sama Papah, tapi ya nggak anak ayam juga, Jubaedah! Tau lah, ayo jajan!" Shafa turun dari motor. Dia mendekati gerobak cilok untuk membeli jajanan yang berbahan tepung itu.

"Mau nggak?" tanya Shafa pada Salsabila yang mengikutinya.

"Itu makanan apa, Bang? Kok bulet-bulet?" tanya Salsabila balin, dia memperhatikan bentuk dari jajanan itu.

"Iya biar kayak pipi loe bulet. Mau nggak? Makannya pakai saos sama kecap. Enak, apa lagi kalau masih ngebul." Shafa mengambilkan satu agar Salsabila mencobanya. Dapat dia lihat gadis itu belum pernah memakan makanan itu.

Salsabila pun membuka mulut saat tangan Shafa menyuapinya. Dia terdiam mencicipi. Gadis itu pin mengangguk menikmati rasa yang memanjakan lidah.

"Enak, Bang. Aku mau." Salsabila tersenyum dengan kedua mata yang berbinar. Dia menunggu Shafa memesan lagi untuknya. Keduanya pun duduk di pinggir trotoar menikmati makanan itu.

"Loe nggak pernah jajan ya? Doyan banget, itu gue beliin sepuluh ribu isi sepuluh padahal. Udah mau abis aja. Tinggal sama gue badan loe subur makmur sejahtera ya. Hati aman 'kan?" Shafa memperhatikan Salsabila yang sibuk mengunyah. Gadis itu hanya tersenyum menatapnya dan kembali menikmati cilok selagi hangat.

...****************...

"Salsabila!" Kedua mata Gilang terbelalak melihat seseorang yang sangat ia kenal.

Gilang bergegas menepikan mobilnya saat melihat seorang gadis yang ia duga sangat mirip sekali dengan Salsabila. Adanya pengendara lain yang ramai karena berbarengan dengan orang kantor pulang membuat Gilang agak kesulitan untuk menepikan mobilnya.

Jantung Gilang berdebar kencang melihat itu. Gemas sekali karena di depan ada lampu lalu lintas yang mulai berganti merah. Pengendara mulai berhenti membuatnya semakin sulit menepi.

Sementara gadis yang ia lihat tengah berbincang dengan seorang pria di depan toko roti. Kini sudah menaiki motor besar lalu pergi dari sana.

"Shiit! Kemana dia? Aku yakin sekali jika itu Salsabila. Nggak mungkin salah, tapi pria yang bersamanya siapa? Kalau benar Salsabila, kenapa dia nggak pulang? Apa mungkin karena rasa bersalah membuat aku berhalusinasi hingga salah orang? Nggak mungkin!" gumam Gilang.

Gilang yang sudah menepikan mobilnya, kini kembali melajukan lagi. Dia mencari keberadaan gadis yang ia lihat tadi. Gadis yang sangat mirip dengan mantan tunangannya. Matanya terus menatap jalanan siapa tau dia bisa menemukan Salsabila. Sayangnya motor yang dikendarai begitu lihai menyalip dan menelusup di keramaian jalanan.

"Ya Tuhan apa mungkin Salsabila selamat?" Gilang seperti mendapatkan harapan di saat dirinya sudah menyerah akan hubungan mereka yang kandas dan tubuh Salsabila yang sampai sekarang belum ditemukan. Namun dia tak tau harus mencari Salsabila kemana. Gadis itu cepat sekali menghilang membuat Gilang semakin tak tenang.

"Jika begini aku semakin yakin Salsabila masih hidup. Jika aku menemukannya, aku akan meminta Pak Wiratama untuk kembali melanjutkan rencana pernikahan kami. Nggak akan aku melepaskan Salsabila. Sungguh aku menyesal telah hampir menodainya hingga ia celaka."

Gilang kembali bersemangat untuk mencari Salsabila. Dia bertekad bisa membawa pulang gadis itu. Keluarganya pun pasti mendukung dan ayahnya tak akan lagi kecewa padanya karena bisnis melatar belakangi keinginan orang tuanya. Tidak dengan Gilang yang benar-benar menyukai Salsabila. Terlebih kecantikan Salsabila yang alami.

...****************...

"Abang aku masuk duluan ya!" ucap Salsabila setelah turun dari motor. Dia melangkah lebih dulu setelah Shafa menganggukkan kepala.

"Assalamualaikum, Tante."

"Waallaikumsalam... Bawa apa?" tanya Mamah Kaira yang sudah selesai menyiapkan makan malam.

"Roti, Tante. Kata Abang roti tawar habis. Ada juga yang lainnya." Salsabila meletakkannya di atas meja makan agar bisa dinikmati bersama. Kebetulan tadi Shafa ingat jika roti habis saat sarapan pagi.

"Neng mandi dulu!" perintah Shafa saat melihat Salsabila berlama-lama di meja makan.

"Abang perhatian banget, nanti suka sama aku bahaya loh. Bisa diamuk sama Kakak sexy," ucap Salsabila yang mengulum senyum dengan wajah merona.

Shafa yang hendak melangkah menaiki tangga sejenak terdiam lalu menatap Sabil yang cengengesan. Sementara Mamah Kaira hanya menggelengkan kepala lalu masuk kamar bersiap sholat magrib.

"Abang kenapa? Lihat ya begitu banget? Aku cantik ya?" tanya Salsabila lagi yang kini hendak masuk kamar tetapi matanya masih fokus pada Shafa yang melangkah mendekati.

Tatapan mata Shafa begitu dingin, wajahnya pun datar membuat Salsabila menggigit bibir bawahnya menyurutkan senyuman. Ada apa dengan pria itu? Terkesan kaku padahal hanya bercanda. Namun beberapa detik kemudian, Salsabila tergelak saat kedua tangan Shafa menggelitik tubuhnya.

"Abang ampun!"

"Loe cantik kalau loe diam! Reseh banget ngeledek terus!" Shafa terus menggelitik tubuh Salsabila sedangkan gadis itu tertawa hingga kedua sudut mata basah.

"Abang awas! Minggir! Ampun, Bang! Hahaha..." Salsabila berlari saat ada celah. Shafa pun yang gemas segera mengejar hingga keduanya seperti anak TK main kejar-kejaran.

"Sini!"

"Nggak mau!" tolak Salsabila.

"Sini Abang bilangin!" titah Shafa yang kini berdiri berjarak sofa.

"Nggak mau, nanti dikelitikin lagi. Sana Abang masuk kamar! Aku mau mandi."

Namun Shafa yang sudah terlanjur gemas tak menghiraukan ucapan Salsabila. Dia menarik tangan Sabil membuat gadis itu kembali memberontak hingga keduanya jatuh di sofa.

"Abang," ucap Sabil lirih saat melihat wajah Shafa yang hanya berjarak lima centi saja.

Terpopuler

Comments

💗AR Althafunisa💗

💗AR Althafunisa💗

Dia inget dari amnesia GE, yakin kagak Mao dia pasti balik sama Lo 😡

2024-04-22

0

wahyunidarwanti2

wahyunidarwanti2

ngapain jg si gilang muncul mresahkan sabil aja deh

2024-03-02

1

Hendra Yana

Hendra Yana

lanjutlagi

2024-02-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!