Bab 04

Khasafa menggelengkan kepala saat mengingat Salsabila, gadis yang ia tolong memilih masuk bagasi dari pada duduk di sebelahnya. Dia melirik ke arah jok sampingnya kemudian mengingat kembali tentang kejadian sebelum Salsa masuk jurang.

Ada rasa curiga akan sesuatu yang terjadi sebelum terjunnya gadis itu. Namun Shafa tidak tau itu apa dan siapa yang sengaja mencelakainya.

"Gue yakin ada yang sengaja. Nggak mungkin dia mau bunuh diri terus minta tolong. Yang ada nggak jadi nyebur karena udah keduluan disamperin warga." Kashafa mengusap kasar wajahnya dan kembali fokus ke jalan. Dia sadar harus bertanggung jawab atas gadis itu sampai kembali pada keluarganya.

Shafa melajukan mobilnya hingga kini sudah memasuki gerbang tinggi kediaman orang tuanya. Shafa memarkirkan mobil lalu bergegas turun untuk membuka bagasi mobil.

"Alhamdulillah," ucap Shafa dalam hati saat melihat Salsabila masih hidup. Dia sudah khawatir akan ada tragedi gadis cantik mati di bagasi mobil.

"Ayo turun, Neng! Duh... Loe nggak engap apa di dalam sini? Yang nggak-nggak aja dech loe." Kashafa meraih tangan Salsabila lalu membantunya keluar dari dalam bagasi. Gadis itu pun menurut mengikuti langkah Kashafa memasuki rumah besar keluarga Regantara.

"Assalamuallaiku, Mah." Terlihat Mamah Kaira yang terkejut melihat kedatangan putranya.

"Waallaikumsalam.. Ya Allah Kashafa, setelah seminggu kamu baru pulang dan ini siapa? Kenapa pulang-pulang bawa perempuan? Ya Tuhan apa salahku?" Mamah Kaira yang berada di dapur segera mendekati putra bungsunya yang selalu membuat pikiran karena pekerjaan yang tak jelas.

Kashafa memang belum mau membantu perusahaan sang papah dan masih suka menjadi fotografer yang kesana kemari menerima job hingga jarang pulang.

Melihat reaksi sang Mamah membuat Shafa melepaskan genggaman tangannya pada Salsabila lalu mendekati Mamah Kaira dan tak lupa mengecup tangan beliau.

"Tenang, Mah! Jangan marah dulu, oke! Ini nggak seperti yang Mamah pikirkan. Itu cewek boleh nemu, Mah," jelas  Shafa yang membuat Mamah Kaira semakin sesak nafas.

"Apa? Yang benar saja kamu, Shafa. Boleh nemu dimana? Kenapa dibawa pulang? Bagaimana kalau kamu terkena kasus penculikan terus masuk penjara? Astagfirullah Shafa, pusing Mamah jadinya," sahut Mamah Kaira yang semakin pening memikirkan kelakuan putranya.

"Eh nggak gitu, Mah. Shafa nemu di sungai pas banget ini anak butuh pertolongan, Mah. Masa' iya sebagai manusia ciptaan Allah yang paling sempurna terus diam aja saat orang butuh bantuan. Dia sekarang amnesia, Mah. Kasihan nggak tau siapa namanya," ujar Shafa lalu melirik Salsabila yang hanya diam menundukkan kepala.

Tepatnya gadis itu bingung bagaimana akan bersikap. Masih linglung juga tak tau harus apa. Dia tak kenal siapa-siapa, yang ia tau hanya Shafa orang yang bersamanya beberapa hari ini dan merawat serta memberi makan apapun yang ia suka.

Sontak Mamah Kaira diam lalu menoleh ke arah Salsabila. Beliau mendekati gadis itu lalu menyibakkan rambut Salsa untuk melihat jelas wajahnya.

"Cantik, manis, tapi apa benar kata Kashafa kalau kamu itu ditemukan di sungai oleh anak saya?" tanya Mamah untuk memastikan apa benar yang dikatakan Kashafa padanya.

Salsabila mengangkat kepalanya lalu memperhatikan wajah Mamah Kaira yang melempar senyum kemudian dia menoleh ke arah Shafa yang mengangguk memberi kode. Namun sungguh sial nasib Shafa saat Salsabila menjawab pertanyaan Mamahnya dengan gelengan kepala.

"Kok geleng sich, Hachie? Kan gue udah suruh mengangguk. Loe mah bikin ribet. Gue jadi ha... Awwhhh Sakit, Mah." Shafa meringis dan mengaduh kesakitan saat merasakan telinganya ditarik oleh Mamah Kaira.

"Ngapain ngasih kode segala? Yang bener Shafa! Siapa dia dan kalian bertemu dimana?" tanya Mamah Kaira dengan gemas. Shafa pun meminta semua untuk duduk dulu dan agar dia bisa menjelaskan.

" Ya udah duduk dulu, Mah. Orang baru pulang udah diteror pertanyaan. Harusnya tuh diteror sama makanan. Shafa laper habis ngurusin anak orang."

Mamah segera melangkah menuju sofa tanpa menggubris ucapan Shafa yang katanya kelaparan. Hal ini harus jelas asal muasalnya. Shafa pun mengajak Salsa untuk ikut duduk juga. Memang benar dia harus bisa menjelaskan pada sang Mamah secara detail agar beliau tak salah paham. Jadi mudah untuk menjelaskan pada sang Papah.

****

"Jadi kamu menemukan dia dalam keadaan terluka karena terjun dari atas jembatan? Ya Allah kasihan kamu, Nak. Cantik-cantik kok jadi anak hilang. Lupa ingatan pula," ucap Mamah Kaira lalu mendekati Salsabila dan mengusap kepala gadis itu.

Sebagai Ibu tentu dia tau rasanya orang tua Salsabila yang saat ini kehilangan putrinya tetapi dia pun bingung ingin memulangkan kemana. Mamah Kaira menoleh ke arah putranya lalu meminta Shafa untuk menghubungi Papah Regan.

"Coba kamu hubungi Papah, Nak! Minta Papah untuk pulang dulu. Tidak mungkin dia kita biarkan saja, jika boleh biarkan tinggal disini sampai bisa mengingat kembali."

"Kenapa tidak di apartemen Shafa saja, Mah?" tanya Shafa tetapi dia segera mengambil ponselnya untuk menghubungi sang papah.

"Tidak bisa begitu! Nanti kalian kumpul kebo lagi," celetuk Mamah Kaira.

"Astagfirullah... Mamah kalau ngomong suka pas banget kebeneran," sahut Shafa lalu beranjak dari sana untuk berbicara pada Papahnya. Sementara Salsabila sejak tadi hanya diam menyimak dan mencerna. Belum banyak bertanya karena dia pun masih syok mendengar cerita Shafa yang menemukannya di sungai.

"Bagaimana, Nak?" tanya Mamah pada Shafa yang sudah kembali duduk.

"Katanya suruh menunggu, Mah. Papah akan cepat pulang."

"Ya sudah kalau begitu," sahut Mamah lalu menoleh ke arah Sabil. "Siapa namanya? Hachie ya?" tanya Mamah Kaira pada Salsabila tetapi hal itu justru membuat Kashafa menahan tawa.

"Iya, Mah. Neng Hachie anak yang sebatang kara," sahut Shafa.

"Huusshh kamu ini. Biarkan dia istirahat dulu. Kasihan baru keluar dari rumah sakit juga. Ayo Nak! Tante antar ke kamar tamu." Mamah Kaira beranjak dan meraih tubuh Salsabila untuk mengajak gadis itu menuju kamar yang akan Sabil tempati.

Keduanya pun melangkah berbarengan. Namun saat sampai dia ambang pintu kamar. Langkah Salsabila terhenti kemudian menoleh ke belakang. Dia menatap ke arah Shafa yang hendak beranjak menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

"Kenapa berhenti, Nak? Ini kamar kamu. Apa kamu tidak suka dengan kamarnya? Biar Tante siapkan  kamar yang lainnya ya," ucap Mamah Kaira saat sadar jika Sabil terdiam dan enggan masuk ke dalam.

"Mau ikut Bang Shafa, Tante" ucap Sabil membuat Mamah Kaira juga Shafa tercengang mendengarnya.

"Wah Mah, kayaknya ada yang bau tangan sama Shafa. Jangan bercanda, Neng! Awas kena pasal! Abang nich normal loh," ucap Shafa membuat Mamah Kaira memijit pelipisnya.

Terpopuler

Comments

💗AR Althafunisa💗

💗AR Althafunisa💗

😂😂😂😂

2024-04-21

0

💗AR Althafunisa💗

💗AR Althafunisa💗

🤣🤣🤣

2024-04-21

0

Rini Musrini

Rini Musrini

maunya sekamar sm bang shafa ya

2024-03-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!