Bab 11

Safha memasukkan kembali botol minum itu lalu meminta Sabil untuk turun. Tidak bisa jika mereka terus di sana. Gadis itu sudah cukup kesakitan.

Shafa pun mengajak Salsabila ke tempat yang aman. Ada undakan untuk mereka turun ke sungai. Pemandangan di bawah cukup menenangkan dan menyegarkan mata. Mungkin bisa membuat pikiran Salsabila lebih tenang.

"Ikut Abang!" ajak Shafa.

Perlahan Salsabila melangkah dalam rangkulan Shafa. Keduanya melangkah menjauhi jembatan dan mulai berjalan di jalan setapak menuju sungai.

"Jangan terlalu fokus, rileks ya! Santai jangan tegang!" bisik Shafa menenangkan Salsabila yang mengangguk paham.

Keduanya duduk di atas bebatuan melihat aliran sungai yang bening.

"Gimana? Masih sakit?" tanya Shafa. Dia memperhatikan wajah Salsabila yang tadi sempat pucat dan sekarang sudah kembali normal kembali.

"Sedikit Bang," ucapnya lirih.

"Apa yang loe ingat tadi?" tanya Shafa pada Salsabila yang sejak tadi masih diam.

"Jalanan  itu... Aku tidak begitu jelas tapi terlintas dipikiran jika aku pernah ada di sana. Dada aku sesak, Bang. Kepalaku sakug begitu pun hati aku. Aku nggak mampu lagi memaksakan untuk mengingat lebih. Rasanya sangat sakit, Bang."

Salsabila memejamkan kedua matanya. Ekor mata terlihat basah dan mampu membuat Shafa yakin jika memang ada hal buruk yang menimpa gadis itu.

"Sudah cukup! Lain kali kita kesini lagi. Pelan-pelan dulu nggak usah berusaha mengingatnya dengan tajam. Nanti malah kepala loe sakit. Percaya sama gue, nanti pasti ingatan loe balik. Yang penting kita udah usaha."

"Iya Bang," sahut Sabil kembali membuka mata.

Shafa mengeluarkan kameranya dan mulai memotret pemandangan yang ada di sana. Saat kejadian itu pekerjaannya disini belum selesai dan sekarang dia bisa meneruskan kembali pekerjaannya.

Salsabila diam memperhatikan apa yang Shafa kerjakan. Dia tersenyum saat Shafa menoleh ke arahnya dan mengarahkan kamera ke wajahnya.

"Narsis loe! Tapi bagus," ucap Shafa melihat potret Salsabila yang ia ambil saat gadis itu sedang tersenyum. Tak hanya satu, ada tiga gambar dan itu membuat Salsabila penasaran karena Shafa terkekeh melihatnya.

"Coba lihat, Bang!"

"Sini!" titah Shafa agar Sabil mendekat.

Salsabila pun segera turun dari batu besar dan melangkah mendekat Shafa yang hendak duduk di batu besar lainnya. Begitu antusias Sabil melangkah hingga tak hati-hati saat pijakan licin.

"Abang!"

BYUUURR

Kedua mata Shafa terpejam saat Salsabila meraih tubuhnya hingga mereka terjatuh bersamaan. Entah siapa yang salah tetapi posisi mereka kembali tidak dibenarkan bahkan Shafa enggan membuka mata.

Salsabila terjun bebas dan mendarat di atas tubuh Shafa hingga kepala pria itu terbentur bebatuan. Salsabila terperanjat saat melihat kedua mata Shafa yang terpejam terdiam pasrah. Dia yang ingin memastikan kondisi Shafa, bukan beranjak melainkan merangkak naik di atas tubuh Shafa.

Salsabila belum sadar jika posisinya semakin membahayakan membuat Shafa semakin enggan membuka mata. Kekhawatirannya membuat Salsabila semakin ceroboh.

"Abang... Kata Abang kalau kepala terbentur batu bisa membuat amnesia. Abang bangun Abang! Abang! Jangan ikutan aku amnesia juga. Nanti aku semakin bingung."

Mendengar itu Kashafa semakin ingin mengumpat kesal pada Salsabila. Dia mendeesah frustasi merasakan sesuatu yang tak seharusnya. Walau bagaimanapun Kashafa pria normal yang memiliki rasa ingin dan nafsuu dunia.

"Neng bisa bangun dulu nggak? Sumpah, Abang takut khilaf," ucapnya lirih tanpa membuka mata.

Sontak Salsabila melihat posisi mereka. Gadis itu baru sadar dan bergegas beranjak dari tubuh Kashafa. Dia berdiri berpegangan batu besar menatap Khasafa yang mulai membuka mata.

"Maaf Bang."

Melihat gadis itu sudah berdiri bersandar batu. Shafa pun segera terduduk lalu menatap wajah Salsabila dengan lekat. Sejenak terdiam tanpa suara sampai dimana dia teringat akan kameranya yang ikut terjatuh ke sungai.

"Kamera gue... Yasalam... Basah lagi aja."

"Abang Maaf, rusak ya... Nanti aku ganti dech," ucap Salsabila dengan perasaan bersalah.

"Ganti pakai apa?" tanya Shafa cuek, tatapannya masih pada kamera yang sedang ia cek kewarasannya.

"Nanti minta Mamah jika sudah tau jalan pulang," jawab Salsabila. Dalam hati gadis itu bertekad harus sembuh agar kembali mengingat akan keluarganya. Tak ingin dia selalu merepotkan Shafa yang sejak awal sudah begitu baik membantunya. Bahkan keluarganya begitu sayang.

"Gue tagih nanti!" Shafa beranjak dari sana dan mengajak gadis itu pulang. Pakaian mereka sudah basah dan tak lagi bisa menikmati pemandangan. Bisa sakit nanti jika berlama-lama di sana. Terlebih angin semilir mulai masuk ke kulit.

"Ayo balik!"

"Abang mau kemana?" tanya Salsabila kemudian melangkah menyusul Shafa.

"Pulang," jawab Shafa singkat.

"Abang marah?" tanya Salsabila. Dia terus melangkah perlahan mengikuti Shafa yang mulai naik.

"Abang tunggu!"

Shafa pun menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke belakang. Dia menghela nafas lelah melihat Salsabila masih berada di bawah. Bergegas Shafa turun menyusul gadis itu.

"Naik!"

Salsabila tercengang melihat Shafa berjongkok di hadapannya. Dia ragu melihat punggung Shafa. Pria itu menggendong tasnya di depan serta kamera yang dikalungkan di leher. Tak mungkin masih harus diberatkan dengan tubuhnya yang tak kecil.

"Jalan aja, Bang."

"Naik gue bilang, nanti loe jatuh lagi." Shafa memaksa karena akan sama saja jika Salsa jalan dia pun harus membantu.

Efek emosi yang sedang naik membuat kesabaran Shafa mengikis. Jika menggendong akan lebih praktis mengapa harus menuntun yang akan menghabiskan waktu. Sementara mereka sudah mulai kedinginan.

Salsabila mau tak mau mengikuti perintah Kashafa. Dia mulai naik ke atas punggung Shafa lalu memeluk leher pria itu.

"Jangan kencang-kencang! Gue nggak bisa nafas, Hachie!"

"I.. Iya maaf, Bang. Aku takut jatuh." Salsabila pun segera merenggangkan. Merasakan tubuh Shafa yang mulai membawanya naik membuat rasa takut menyelimuti. Terlebih jalanan setapak yang cukup licin. Salsabila pun memilih memejamkan mata hingga sampai di atas.

"Turun! Loe tunggu sini aja, gue ambil motor dulu. Nggak usah ikut nanti loe takut lagi!" titah Shafa yang kini sudah berjongkok meminta Salsabila turun.

"Abang jangan lama ya!"

"Iya tenang aja, kelihatan juga dari sini. Tunggu sebentar!" Kashafa melangkah panjang mendekati motornya. Dia segera naik dan menyalakan mesin.

"Udah mulai bersahabat, sekarang kita pulang ya. Jangan ngadat dan antar gue sampai rumah dengan selamat. Bismillah..." Shafa segera melajukan motornya mendekati Salsabila yang menunggu.

"Naik!"

"Basah Bang, jalannya jangan seperti keong ya, Bang. Dingin," keluh Salsabila lalu menaiki motor Shafa.

"Iya bawel!"

Salsabila terkekeh mendengar kekesalan Shafa. Dia memeluk tubuh pria itu dengan erat saat motor mulai berjalan.

"Abang kok jalannya oleng?" seru Salsabila di tengah perjalanan, saat merasakan motor yang membawanya tak beres.

"Diem! Nanti dia ngadat kalau loe berisik," sahut Shafa tak kalah seru. Dia menyeimbangkan motornya saat bayangan masa lalu kembali hadir. Bukan motor yang rusak tetapi Shafa yang kembali mengingat.

"Abang awas!"

Terpopuler

Comments

🍁⒋ⷨ͢⚤ 🧡УШИ🧡Hiatцs𝆯⃟ ଓε

🍁⒋ⷨ͢⚤ 🧡УШИ🧡Hiatцs𝆯⃟ ଓε

Hachie 😂🤭
semoga cepat pulih ingatan mu ..
Salsabila 💪.
........

lanjut thor 👍🙏

2024-01-30

2

🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈

🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈

jagn biki kecelakaan dong thor kasihan tuh mereka
btw kok ya si sabil ini wis2

2024-01-30

1

nis_ma

nis_ma

semangat berkarya kak 🔥

2024-01-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!